Jakarta, ILLINI NEWS – Kembalinya Selat Muria akan menimbulkan keresahan masyarakat Indonesia pada tahun 2024.
Selat Muria ramai diperbincangkan pascabanjir di Jawa Tengah, khususnya Demak, Pati, dan Kudus, awal tahun ini. Sebab, ketiga wilayah tersebut dilintasi selat yang sudah lama hilang bernama Selat Muria.
Sebelumnya selat tersebut memisahkan Pulau Jawa dan Gunung Muria. Kemudian selat tersebut menjadi daratan sekitar 300 tahun yang lalu.
Eko Soebovo, ahli geologi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), mengatakan tanah longsor mudah terjadi di kawasan tersebut. Selat Muria bisa saja muncul kembali, namun tidak menimbulkan banjir saat ini.
Kota-kota seperti Semarang dan pesisir utara mengalami keruntuhan karena material bawah tanah belum mengalami pemadatan yang sebenarnya, kata Eko seperti dikutip CNNIndonesia. , Jumat (27/12/2024).
Eko melaporkan, tanah longsor di wilayah Semarang, Demak dan sekitarnya terisolasi dengan konsentrasi maksimal 10 sentimeter per tahun, seperti yang terjadi di Semarang Timur.
Perbedaan ini bergantung pada kondisi umum tanah di masing-masing wilayah dan faktor-faktor yang mendukung terjadinya tanah longsor di wilayah tersebut.
Faktor erosi tanah terbagi menjadi dua bagian yaitu faktor alam dan faktor antropogenik atau akibat ulah manusia.
Faktor alam antara lain karakteristik sedimen lunak yang memungkinkan terjadinya penurunan permukaan tanah. Faktor ini biasanya menghasilkan penurunan sekitar 1 sentimeter per tahun.
Selanjutnya faktor alam yang kedua adalah aktivitas tektonik. Faktor ini tidak terlalu berdampak besar karena hanya menyebabkan pengurangan beberapa milimeter saja.
Sedangkan faktor antropogenik atau buatan manusia menjadi penyumbang terbesar. Beban pada infrastruktur tanah lunak dapat menyebabkan penurunan permukaan tanah sebesar 1 sentimeter per tahun.
Setelah itu, pengambilan air tanah menjadi faktor utama yang dapat menyebabkan berkurangnya 7-8 sentimeter per tahun.
Selain penurunan permukaan tanah, Eko mengatakan kenaikan permukaan air laut akibat perubahan daratan dan iklim juga dapat menyebabkan munculnya kembali Selat Muria.
Banjir Selat Muriya bukan disebabkan oleh
Pak Eko mengatakan banjir bukan menjadi faktor mundurnya Selat Muria. Dia mengatakan banjir benar-benar akan mengangkat tanah.
“Kalau banjir, banjir justru menyebabkan sedimentasi di selat. Dari Muria, dari selatan Demak, dari selatan Semarang, semua sungai masuk ke kawasan Pantura,” jelas Ako.
Dia menambahkan, “Ini membawa material, menciptakan dangkalan. Namun banjir tidak membuat selat itu surut.”
Selain itu, banjir membawa lumpur ke daerah yang terkena dampak dan mengakibatkan ketinggian tanah.
(luc/luc) Tonton video di bawah ini: Video: iPhone 16 masih belum tersedia, Kementerian Perindustrian ingin Apple mengkaji usulan tersebut Artikel berikutnya WNI hidup di megathrust, peneliti beri tahu cara agar tetap aman