JAKARTA, ILLINI NEWS – Secara umum negara-negara ASEAN akan banyak mengalami volatilitas pada tahun 2024, terutama dari sisi perekonomian. Riset ILLINI NEWS berfokus pada tiga indikator utama yaitu pertumbuhan ekonomi, Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur, dan tingkat inflasi.
Jika dilihat dari pertumbuhan ekonomi tahunan/year-on-year, Vietnam termasuk negara yang tumbuh lebih besar dibandingkan kuartal I, II, dan III, yaitu sebesar 5,87% per tahun, 7,09%, dan 7,4% y/y.
Konsumsi akhir di Vietnam, yang menyumbang sekitar 60% dari total pertumbuhan, tetap kuat pada kuartal ketiga, meningkat sebesar 7,02%. Pada saat yang sama, perdagangan luar negeri tetap kuat, dengan ekspor melonjak sebesar 15,68%. Sementara itu, produktivitas pertanian sedikit menurun (2,58% vs 3,64%).
Dalam tiga tahun pertama tahun ini, perekonomian tumbuh sebesar 6,82% dibandingkan 6,42% pada kuartal pertama. Pemerintah menargetkan pertumbuhan PDB sekitar 6,8 hingga 7,0% tahun ini, namun tetap waspada terhadap tantangan global.
Sebenarnya bukan hanya Vietnam saja yang mempunyai pertumbuhan ekonomi melebihi masa-masa sebelumnya. Terlihat Thailand menjadi contoh yang terkenal pertumbuhan ekonominya meningkat, misalnya 1,6% dibandingkan satu tahun, 2,3% dibandingkan dua tahun.
Sedangkan Indonesia sendiri terlihat masih tumbuh sekitar 5%, namun terjadi penurunan dari kuartal ke kuartal, dimana jika dilihat dari masing-masing sektor berada pada angka 5.11% y/y, 5.05% y/y dan 4.95% y /y.
Sementara jika dilihat dari sisi PMI manufaktur, Filipina merupakan yang terbaik dengan rata-rata PMI manufaktur Januari-November 2024 berada di kisaran 51,91 yang bisa dikatakan ekspansif.
Jika dilihat secara rinci, PMI Manufaktur Filipina juga berada di atas level 50 yang berarti lapangan kerja manufaktur di Filipina tidak akan mengalami fase kontraksi pada tahun 2024.
Data dari S&P Global pada bulan November 2024 menunjukkan bahwa PMI manufaktur di Filipina naik menjadi 53,8 dari 52,9 pada bulan Oktober, menandai perbaikan selama 15 bulan berturut-turut pada sektor ini.
Peningkatan tersebut signifikan sejak pertengahan tahun 2022. Tingkat produksi meningkat pesat seiring meningkatnya permintaan, seiring dengan persiapan perusahaan untuk pertumbuhan penjualan dalam beberapa bulan mendatang.
Pekerjaan, pembelian bahan mentah, dan pembelian bahan mentah semuanya meningkat, dan pembelian bahan mentah meningkat untuk pertama kalinya dalam empat bulan, menunjukkan pendekatan yang lebih agresif untuk memenuhi kebutuhan manufaktur yang lebih tinggi. Menariknya, optimisme bisnis untuk tahun mendatang mencapai titik tertinggi dalam 22 bulan terakhir.
Saat ini, PMI manufaktur Vietnam tidak sebaik Filipina, meski masih masuk kategori terbaik dengan rata-rata 11 bulan pertama tahun 2024 sekitar 51,11.
Hanya dua kali, yakni pada bulan Maret dan September, rangkaian PMI Vietnam mengalami penurunan atau bahkan di bawah 50.
Melihat ke Indonesia, PMI manufaktur Indonesia sangat positif pada awal tahun hingga Juni 2024. Namun memasuki kuartal ketiga hingga November 2024, PMI manufaktur Indonesia terus mengalami penurunan selama lima bulan berturut-turut.
Pada bulan November 2024 terjadi penurunan pesanan baru. Sementara itu, permintaan luar negeri telah turun dengan cepat selama sembilan bulan. Ketenagakerjaan mengalami penurunan terbesar dalam lebih dari tiga tahun, sementara tingkat pengangguran mengalami penurunan selama enam bulan berturut-turut, meskipun hanya sedikit.
Di sisi lain, tingkat inflasi negara-negara ASEAN cenderung menurun pada semester II tahun 2024. Hal tersebut terjadi di Vietnam, Filipina, Malaysia, Singapura, dan Indonesia.
Namun sedikit berbeda dengan Thailand yang terlihat mengalami penurunan harga dibandingkan periode-periode sebelumnya, terutama sejak Agustus 2024. Hal ini tidak terlalu mengejutkan karena penurunan harga tercatat pada semester II 2023 bahkan sempat mengalami deflasi.
Inflasi di Vietnam dan Filipina pada 11 bulan pertama tahun 2024 tampak lebih tinggi dibandingkan negara lain, yakni masing-masing sebesar 3,7% dan 3,25%. Saat ini Indonesia dan Singapura sama yakni 2,37% dan 2,44%.
Penurunan harga di negara-negara ASEAN menunjukkan bahwa harga barang-barang yang tersedia di masing-masing negara tidak mengalami kenaikan yang signifikan dan hal ini juga menunjukkan bahwa negara dan bank sentral ada untuk mengendalikan harga-harga di pasar.
Berdasarkan ketiga indikator tersebut, kita dapat mengatakan bahwa negara ASEAN yang baik adalah Vietnam dan Filipina dengan produktivitas tinggi dan pertumbuhan ekonomi yang masih di atas 5% per tahun.
Survei ILLINI NEWS
[dilindungi email]
(banyak)