Pekan ini ada gelombang berbagai sentimen penting yang mampu meramaikan pasar. Bank Indonesia akan mengumumkan suku bunga dan inflasi AS pada minggu ini, yang akan mempengaruhi pergerakan pasar pada minggu ini.
Jakarta, ILLINI NEWS – Pasar saham diperkirakan akan mengalami perdagangan berombak pada minggu ini karena tingginya sentimen seputar rilis data ekonomi utama. Diawali dengan pengumuman suku bunga Bank Indonesia dalam menghadapi inflasi di Amerika Serikat.
Berbagai perasaan penting tersebut akan dibahas di halaman tiga serta agenda emiten di halaman empat.
Pasar keuangan Indonesia sendiri masih belum mampu pulih dari tekanan yang terjadi sejak tahun 2024. Pasar saham ditutup antusias pada penghujung perdagangan Jumat (10/1/2025) setelah beberapa hari terakhir mengalami stagnasi.
Indeks harga saham gabungan juga turun 1% dalam sepekan. Berdasarkan Reintiv, Jumat (10/1/2025), IHSG ditutup pada 7.088,87. IHSG sempat sempat pulih ke level psikologis 7.100. Namun pada akhir sesi hari ini, IHSG kembali ditutup di level psikologis 7.000, tepatnya di 7.080.
Sentimen pemeringkatan IHSG selama sepekan terakhir berasal dari sumber eksternal. seperti negara-negara perdagangan dan hasil risalah Federal Reserve/Fed Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC).
Minggu ini juga dirilis serangkaian data ketenagakerjaan AS, seperti lowongan pekerjaan JOL, pengabaian pekerjaan, klaim pengangguran, dan terakhir data terbaru yang akan dirilis pada hari Jumat ini adalah non-farm payroll (NFP) dan tingkat pengangguran.
Data NFP sangat penting karena akan memberikan gambaran mengenai jumlah karyawan yang bekerja di perusahaan swasta dan pemerintah. Sekitar 80% angkatan kerja AS dianggap sebagai NFP, sehingga data ini ideal untuk menggambarkan lapangan kerja terkini di Amerika Serikat.
Sementara itu, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS masih stabil di level Rp16.100 karena ekspektasi pasar terhadap data ketenagakerjaan AS (non-farm payrolls/NFP) dan prospek kebijakan moneter bank sentral Amerika atau The Fed.
Berdasarkan data Refinitiv, rupee ditutup pada Rp 16.180/US$ pada Jumat (10/1/2025), naik 0,09% dibandingkan hari sebelumnya, dengan rupee menguat secara mingguan sebesar 0,03%. zona tersebut, dengan sedikit fluktuasi sejak Selasa (1/7/2025), saat nilai tukar mencapai Rp 16.125/US$, level terkuat dalam sepekan terakhir.
Laporan NFP AS yang dirilis Jumat malam menunjukkan 256.000 lapangan kerja tercipta pada bulan Desember, jauh di atas ekspektasi pasar sebesar 160.000 lapangan kerja. Hasil ini menggarisbawahi ketahanan pasar tenaga kerja AS dan memicu spekulasi bahwa The Fed akan melonggarkan kebijakan suku bunganya secara lebih lambat.
Namun volatilitas pasar akibat NFP membuat rupee tetap stabil. Investor terus menantikan rencana kebijakan moneter AS, terutama mengingat risiko kenaikan inflasi akibat tekanan pada pasar tenaga kerja. Di tempat lain, Indeks Dolar AS (DXY) menunjukkan tren stagnan sepanjang pekan dan berakhir di 109,28 pada hari Jumat. , sedikit lebih tinggi dari 109,16 hari sebelumnya. Stabilnya pergerakan dolar menjadi faktor penopang kinerja rupee.
Meski apresiasi rupee pada minggu ini relatif kecil, namun perkembangan positif tersebut menandai ketahanan rupee di tengah ketidakpastian global. Menyusul rilis data NFP yang lebih kuat dari perkiraan, fokus pasar kini telah bergeser.