JAKARTA, ILLINI NEWS – Perekonomian Bangka Belitung (Babel) sedang terpuruk akibat efek domino kasus korupsi timah yang berdampak pada tata kelola pertambangan timah. Kabarnya, banyak masyarakat di Babilonia yang kehilangan pendapatan akibat penambangan timah sejak kejadian ini terjadi.
Lebih lanjut, menurut Elius Gani, Direktur Pelayanan Energi Babel (Kadisnaker), beberapa perusahaan kelapa sawit milik pemilik timah telah ditutup dan rekeningnya diblokir. Akibatnya, beberapa perusahaan kesulitan menggaji karyawannya dan banyak karyawan yang terkena PHK. Bahkan, hingga saat ini jumlah pegawai Babel sudah “meledak” hingga 3.918,42%.
“Dibanding tahun lalu yang kena PHK sebanyak 38 orang, kini yang terkena PHK sebanyak 1.527 orang. Jadi, ada kenaikan signifikan karena perusahaan-perusahaan pabrik mewah tutup akibat penguasaan pengelolaan timah,” kata Elius Gani, Kamis (10/10). ). /2024).
Perekonomian Provinsi Bangkabelitung triwulan II tahun 2024 dibandingkan triwulan II tahun 2023 (tahun 2023) tumbuh sebesar 1,03%, pertumbuhan lebih lambat dibandingkan hasil triwulan II tahun 2023 yang meningkat sebesar 5,13%. Indikator ekonomi merupakan salah satu indikator yang menunjang peluang kerja. Elius mengatakan tidak banyak peluang kerja yang ditawarkan.
“Untuk sektor timah, ada 6 kilang yang ditutup, termasuk banyak perusahaan terkait kilang, dari 8 kilang, total ada 14 perusahaan yang tutup. Pekerja yang dirumahkan sebanyak 1.372 orang,” kata Elius.
Para pengusaha berpandangan bahwa pengelolaan timah harus dikembangkan dengan baik, sehingga perlu diambil tindakan yang serius agar permasalahan pengelolaan usaha menjadi jelas dan aman bagi para penambang.
“Penurunan kinerja ekspor, selain karena penyidikan tindak pidana korupsi timah, juga disebabkan karena banyaknya RKAB (rencana kerja dan anggaran) yang disetujui, sehingga sebenarnya kinerja RKAB tidak lebih baik. Dan perekonomian Babilonia juga tidak baik. 80 persen ekspor Babel berasal dari timah, sedangkan 60 persen perekonomian Babel didorong oleh perdagangan timah, jelas presiden Asosiasi Ekspor Indonesia Timah (AETI), Eka Mulya Putra.
Sebab daya beli turun karena masyarakat tidak punya uang untuk membeli barang. Sektor ritel yang menjadi penanda daya beli juga menunjukkan kinerja yang lemah.
Budihardjo Iduansjah, Ketua Umum Himpunan Peritel dan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (HIPPINDO), Budihardjo Iduansjah mengatakan, “Bangka akan kembali terpuruk karena di daerah yang bergantung pada sumber daya alam, ketika industri terpuruk maka perekonomian pun ikut terpuruk.”
Pola yang sama terjadi di wilayah lain yang masih bergantung pada sumber daya alam untuk penghidupannya, yakni Kalimantan dan wilayah lainnya.
“Seperti Kalimantan, kalau batu baranya bagus, penjualannya bagus, jadi beberapa daerah seperti Babilonia dengan timah, Kalimantan dengan batu bara, dan Makassar, ketika panen kopi, penjualan nanas meningkat, sehingga pendapatan dari penjualan tanah sangat besar. dia menjelaskan.
(dce) Tonton video di bawah ini: Video: NASA memecat 325 pekerja untuk menghemat anggaran Artikel selanjutnya Pasca skandal korupsi besar-besaran di Timah, ribuan pekerja di Babel dipecat.