JAKARTA, ILLINI NEWS – Indonesia memperingati Hari Kesehatan Nasional pada tanggal 12 November setiap tahunnya. Tahun ini Hari Kesehatan Nasional memasuki hari jadinya yang ke-60 dan mengangkat tema “Gerakan Sehat Bersama”.
Tema ini dimaksudkan untuk mengingatkan masyarakat akan pentingnya menjaga kesehatan, mengajak masyarakat untuk selalu menjaga kesehatan, membangun semangat dan optimisme untuk tetap sehat, serta menerapkan pola hidup bersih dan sehat (PHBS). Tujuannya adalah untuk menciptakan masyarakat yang sehat dan produktif serta memberikan dampak positif pada seluruh aspek kehidupan.
Hari Kesehatan Nasional telah menjadi perayaan tahunan masyarakat sejak sejarahnya yang panjang, tepatnya pada tahun 1964. Lantas, bagaimana sejarah Hari Kesehatan Nasional?
Hari Kesehatan Nasional diawali dengan program pemberantasan penyakit malaria yang dicanangkan pemerintahan Soekarno pada tanggal 12 November 1964. Pemberantasan malaria penting dilakukan karena penyakit ini sudah lama mewabah di Indonesia sejak zaman kolonial.
Saat itu, menurut Johannes Leimena, Menteri Kesehatan Masyarakat Indonesia: Pandangan dan Perencanaan (1955), dilaporkan 30 juta orang terjangkit malaria setiap tahunnya dan rata-rata 120.000 di antaranya meninggal.
Jumlah yang besar ini jelas menghambat proses pembangunan. Berdasarkan hal tersebut, pemerintah serius dalam memberantas penyakit malaria. Program pemberantasan malaria dilakukan dengan tiga cara, yaitu: penyemprotan cairan dikloro difenil trikloroetana (DDT), pemberian pil kina kepada warga terdampak, dan pengeringan rawa.
Program ini juga didukung oleh Dana Internasional Administrasi Operasi Luar Negeri AS. Program ini akhirnya membuahkan hasil.
Dalam buku Sejarah Kesehatan Nasional Indonesia: Volume 2 (1980), Kementerian Kesehatan mencatat program pertama berhasil menyelamatkan sekitar 2,6 juta orang dari penyakit malaria. Meski angka cakupannya sangat rendah dibandingkan jumlah penduduk Indonesia yang berjumlah 50 juta jiwa, namun penularan malaria juga sangat rendah.
Sejarawan Vivek Neelakantan, dalam Memelihara Jiwa dan Jiwa Bangsa: Ilmu Pengetahuan, Kesehatan Masyarakat dan Pembangunan Indonesia di Era Sukarno (2019), menyatakan bahwa keberhasilan program tersebut mengantarkan impian luhur Indonesia untuk bebas malaria pada tahun 1970.
Mimpi besar tersebut kemudian mendapat dukungan finansial dan material dari WHO dan organisasi nirlaba lainnya di seluruh dunia. Belum lama ini, program penyemprotan DDT dan pemberian pil kina menyelamatkan 65 juta orang.
Selain itu, pemerintah juga membentuk Komando Operasi Pemberantasan Malaria (COPEM) pada tahun 1963. Melalui COPEM, pemberantasan malaria semakin terstruktur agar sesuai dengan karakteristik penyakit, populasi dan lingkungan.
Keberhasilan ini mendorong pemerintah mencanangkan Hari Kesehatan Nasional Pemberantasan Malaria. Seiring berjalannya waktu, Hari Kesehatan Nasional tidak hanya fokus pada penyakit malaria, namun juga mendorong pembangunan di bidang kesehatan masyarakat.
Seiring berkembangnya zaman, permasalahan kesehatan pun semakin meningkat. Bukan hanya malaria, tapi juga stunting, kematian ibu dan anak, serta masalah sanitasi dan keluarga berencana.
Terakhir, Hari Kesehatan Nasional terus diperingati setiap tahunnya. Pemerintah, kepala daerah, dunia usaha, organisasi masyarakat, dan masyarakat umum diundang untuk berpartisipasi dalam peringatan HKN ini. Tujuannya tak lain untuk menyadarkan masyarakat akan pentingnya hidup sehat dan bersih.
Malaria baru-baru ini
Statistik Kementerian Kesehatan (KMENKS) menunjukkan bahwa pada tahun 2023, penyakit malaria akan terberantas di 389 kabupaten/kota sesuai target. Pada tahun 2030, seluruh wilayah Indonesia ditargetkan bebas kasus malaria.
Tren tes malaria meningkat menjadi 3.464.862 tes pada tahun 2023 dibandingkan 3.358.447 tes pada tahun 2022. Di sisi lain, jumlah positif malaria pada tahun 2023 mengalami penurunan dibandingkan tahun 2022 sebanyak 418.546 kasus.
Target tingkat positif malaria (PR) nasional meskipun terjadi peningkatan pengujian dan penurunan kasus positif
Indonesia menyumbang jumlah kasus malaria terbesar kedua di Asia setelah India. Indonesia mencatat sekitar 811.636 kasus positif pada tahun 2021.
(mfa/mfa)