Jakarta, ILLINI NEWS – Volkswagen (VW) terus berjuang menghadapi kesulitan finansial dan operasional akibat lemahnya penjualan.
Pada Rabu (30/10/2024), raksasa otomotif Jerman itu melaporkan penurunan laba kuartal ketiga sebesar 42% selama tiga tahun.
Akibatnya, karyawan VW menerima pemotongan gaji sebesar 10%, yang merupakan satu-satunya cara bagi produsen mobil terbesar Eropa untuk mempertahankan pekerjaan mereka.
“Hal ini menyoroti kebutuhan mendesak untuk pengurangan biaya dan peningkatan efisiensi secara signifikan,” kata Chief Financial Officer Arno Antlitz kepada Reuters. – tulisnya dalam keterangan tertanggal Sabtu (11/2/2024).
Pengumuman ini merupakan konfirmasi resmi pertama mengenai langkah-langkah pemotongan biaya yang direncanakan VW untuk diterapkan guna menghadapi tingginya biaya dan lemahnya permintaan di Tiongkok.
Antlitz mengatakan perusahaan yakin akan mampu mencapai kesepakatan dengan karyawan. Namun, dia tidak menutup kemungkinan bersikap pragmatis dan mengambil tindakan hukuman ketika perusahaan mempertimbangkan pemotongan biaya lebih dari 10 miliar euro (169 triliun rupiah).
Namun dalam pengumuman tersebut pihak pabrikan tidak menyebutkan secara langsung rencana penutupan pabrik di Jerman untuk pertama kalinya dalam 87 tahun sejarah VW. Namun, pengurus serikat pekerja mengatakan opsi tersebut masih dipertimbangkan karena perusahaan mempertimbangkan untuk menutup tiga pabrik.
“Dari sudut pandang perusahaan, penutupan pabrik masih dalam pertimbangan, artinya belum ada keputusan yang diambil,” kata Daniela Cavallo, ketua dewan pekerja Volkswagen.
“Hari ini adalah momen ketika kedua belah pihak menyadari bahwa mereka harus melewati garis finis maraton.”
Pasar mobil Eropa telah kehilangan sekitar 2 juta kendaraan sejak awal pandemi, dan VW mengurangi penjualan sekitar 500.000 unit per tahun. Model yang lebih murah dari Tesla dan produsen mobil Tiongkok memperoleh pangsa pasar di Eropa.
“Kami mendukung pasar yang bebas dan terbuka, dan jika Anda melihat pesaing Tiongkok, mereka sudah mendirikan pabrik di Eropa,” tambah Antlitz.
“Kami tidak melupakan cara membuat mobil bagus, namun biaya produksi kami jauh dari kompetitif. Kita harus meluangkan waktu untuk meningkatkan daya saing kita di pabrik-pabrik Jerman.”
Masalah yang dihadapi VW telah menimbulkan kekhawatiran yang lebih luas mengenai posisi Jerman sebagai kekuatan industri dan daya saing produsen mobil Eropa untuk bersaing dengan pesaing global.
(fsd/fsd) Tonton video di bawah ini: Video: Mobil baru itu mahal; Masyarakat Suka Mobil Tua Artikel selanjutnya Mobil ini tidak dijual di Indonesia Hanya terjual 2 saja