Sebagian besar pasar keuangan Indonesia ditutup menghijau pada akhir perdagangan pekan lalu setelah sentimen di Wall Street berubah menjadi hijau pada akhir pemilu daerah dan data dari AS dan Tiongkok muncul sebagai pendorong pasar untuk sepekan ke depan.
Jakarta, ILLINI NEWS – Pasar keuangan Indonesia ditutup positif pada Jumat (22 November 2024). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat tipis, begitu pula nilai tukar rupee terhadap dolar AS yang menguat. Sementara itu, obligasi pemerintah (SBN) nampaknya banyak dijual investor asing.
Mengingat minimnya sentimen yang berdampak langsung ke pasar keuangan, pasar keuangan domestik diperkirakan tidak terlalu berfluktuasi pada hari ini, Senin (25/11/2024). Untuk informasi lebih lanjut mengenai sentimen pasar minggu ini, lihat halaman 3 artikel ini.
Pada penutupan perdagangan Jumat pekan lalu, IHSG ditutup menguat 0,77% di 7.195,57. Posisi IHSG saat ini mendekati level psikologis 7200 yang belum dicapai sejak 14 November 2024.
Sedangkan IHSG pada pekan lalu menguat 0,48%. Hal ini mematahkan tren pelemahan mingguan IHSG yang sudah terjadi selama empat pekan berturut-turut.
Pekan lalu tercatat asing meraup penjualan Rp 3,65 triliun. Angka tersebut lebih rendah dibandingkan minggu sebelumnya yang penjualan bersihnya sebesar Rp 4,64 triliun.
Namun secara sektoral (mingguan), pertumbuhan terbesar terjadi pada sektor teknologi yaitu sebesar 4,56%, permintaan konsumen meningkat sebesar 2,22%, serta pada sektor infrastruktur yang meningkat sebesar 2,03%.
Sementara itu, sektor Real Estate dan Real Estate, Consumer Staples dan Industrials mengalami depresiasi masing-masing sebesar 1,53%, 1,01% dan 0,2%.
Sementara itu, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS mengakhiri perdagangan pada Rp 15.870/USD akhir pekan lalu, naik 0,31% hari ini, namun gagal mengimbangi pelemahan minggu ini sebesar 0,13%, sehingga melanjutkan devaluasi pada minggu sebelumnya, yang berjumlah lebih dari 1 %.
Tantangan eksternal berupa menguatnya indeks dolar AS masih menjadi penghambat pergerakan rupee Hingga akhir pekan ini, indeks dolar AS (DXY) terus menanjak melampaui angka 107, yang merupakan level tertinggi sejak dua tahun lalu. .
Penguatan dolar AS merupakan konsekuensi dari post-Wrap effect Donald Trump yang membuat pelaku pasar menunggu kebijakan proteksionismenya terkait pengenaan tarif impor dan janji efektif anggaran pemerintah AS yang mampu mengurangi defisit.
Terpilihnya Trump berarti ekspektasi penurunan suku bunga Federal Reserve (Fed) AS semakin berkurang dan angka inflasi AS berpotensi semakin meningkat. Akibatnya, DXY terus menguat dari hari ke hari dan rupee relatif mengalami tekanan.
Selanjutnya jika dilihat dari imbal hasil Surat Negara (SBN) 10 tahun, terlihat imbal hasil tersebut naik hingga 6,908% pada penutupan perdagangan akhir pekan lalu.
Posisi tersebut merupakan yang tertinggi sejak 14 November 2024.
Perlu diketahui, hubungan antara imbal hasil dan harga SBN berbanding terbalik. Artinya jika imbal hasil naik berarti harga obligasi turun. Hal ini menunjukkan investor kembali menjual SBN.