Jakarta ILLINI NEWS – Selama lima tahun terakhir, sektor batubara menghadapi situasi kompleks yang penuh tantangan dan peluang. Mulai dari harga batubara global yang mencapai rekor terendah hingga tekanan yang kuat terhadap kebijakan transisi energi.
Industri batubara memberikan kontribusi besar terhadap perekonomian Indonesia, terutama dalam hal pendapatan negara dan ekspor. Berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), penerimaan negara dari sektor mineral dan batubara (MINERBA) pada tahun 2024 melebihi target yaitu mencapai Rp136,79 triliun atau 120,47% dari perkiraan semula sebesar Rp113,54 triliun.
Kontribusi besar tersebut tidak lepas dari besarnya permintaan global terhadap batu bara yang digunakan sebagai bahan bakar utama pembangkit listrik di berbagai negara.
Karena komoditas ini mudah berubah, harga batubara dapat dipengaruhi oleh fluktuasi di pasar global, seperti permintaan negara-negara besar, prakiraan impor dan ekspor, serta kejadian tak terduga seperti penyakit dan epidemi, perang atau bencana alam.
Selama lima tahun terakhir, harga batubara global mengalami volatilitas yang signifikan. Harga batu bara naik 85,63% sepanjang tahun 2021 dan mengakhiri tahun pada level US$151,75 per ton.
Rekor tertinggi terjadi pada September 2022 dengan harga US$463,75 per ton. Pertumbuhan ini meningkatkan pendapatan perusahaan batubara, terutama yang bergantung pada ekspor sebagai sumber pendapatan utama. Namun kebijakan transisi energi global yang semakin meningkat memberikan tekanan yang besar terhadap industri ini.
Di Indonesia, penerapan Internal Market Service (DMO) mulai tahun 2021 mengharuskan produsen batu bara untuk memasok setidaknya 25% produksinya untuk kebutuhan dalam negeri dan pembangkit listrik dengan harga maksimum US$70 per ton. Kebijakan ini bertujuan untuk menjaga stabilitas energi dalam negeri, namun di sisi lain berdampak pada margin keuntungan banyak produsen.
Sebagai “penjual harga”, perusahaan batubara tidak bisa mengendalikan harga jual produknya yang bergantung pada harga pasar internasional.
Dalam hal ini, adaptasi perusahaan terhadap perubahan harga, efisiensi operasional, dan strategi bisnis menjadi faktor utama yang menjadikannya lebih baik.
Di sini, kami melakukan penelitian untuk mengkaji kinerja penyedia batubara Indonesia di tengah ketidakpastian dan gejolak peluang global selama lima tahun terakhir. Analisis data seperti kekayaan bersih, rasio harga, margin keuntungan dan kontribusi pasar domestik dapat memberikan gambaran rinci perusahaan ini merupakan perusahaan yang paling tangguh dan berkinerja tinggi.
Berikut rangkuman kinerja sepuluh perusahaan batubara dengan pangsa pasar terbesar di Indonesia selama lima tahun terakhir: 1. PT Bayan Resources Tbk (BIAN)
Kinerja PT Bayan Resources Tbk (BYAN) dianalisis selama lima tahun terakhir, mulai tahun 2019 hingga kuartal III tahun 2024. Namun, terjadi penurunan dalam beberapa tahun terakhir.
Berdasarkan grafik tersebut terlihat BYAN memiliki pertumbuhan NPM yang tinggi pada tahun 2019 hingga tahun 2022, namun setelah itu pertumbuhannya mengalami penurunan pada tahun 2023. Pertumbuhan NPM telah mencapai 25,7% pada kuartal ketiga tahun 2024.
Hal ini menunjukkan bahwa laba perusahaan mengalami perubahan dan diperkirakan akan tumbuh dalam lima tahun terakhir, meski mengalami perlambatan pertumbuhan pada tahun 2023. NPM pada kuartal keempat tahun 2024 dapat berdampak pada tingkat pertumbuhan akhir tahun.
Peningkatan NPM ini berdampak pada peningkatan laba bersih dari US$234 juta pada tahun 2019 menjadi US$344 juta pada tahun 2020. Peningkatan ini terus berlanjut hingga US$1,3 miliar pada tahun 2021, hingga mencapai US$2,3 miliar pada tahun 2022. Hal ini menggembirakan. NPM terus meningkat dari tahun 2019 hingga tahun 2022. Selain itu, nilainya diperkirakan akan turun menjadi US$1,3 miliar pada tahun 2023 dan mencapai US$635 juta pada kuartal ketiga tahun 2024. Meski demikian, masih ada kemungkinan laba bersih meningkat pada akhir tahun 2024.
Di sisi lain, PT Bayan Resources Tbk (BYAN) mencapai CAGR (Compound Annual Growth Rate) sebesar 58,52% selama 5 tahun, yang menunjukkan bahwa rata-rata tingkat pertumbuhan tahunannya jauh lebih tinggi. Hal ini disebabkan harga saham BYAN yang meningkat drastis pada tahun 2022 menyebabkan CAGR pada tahun tersebut mencapai 685,05%.
Sebelumnya, total penyaluran BYAN pada tahun 2019 sebesar US$66 juta dan akan mencapai US$300 juta pada tahun 2020. Nilainya meningkat hingga total US$1 miliar pada tahun 2021 dan akan mencapai US$1 miliar pada tahun 2022. 1,8 di Amerika. $800 juta untuk tahun 2023. Hal ini menarik investor untuk membeli saham BYAN dan NPM.2 lebih stabil. Pinjaman Perusahaan PT Indica Energy Tbk (INDY)
INDY mengalami penurunan NPM yang signifikan pada tahun 2020, yaitu dari 0,2% menjadi -5,7%. Saat itu, INDY mencatatkan kerugian pada tahun sebenarnya, kerugian perseroan setara US$117,54 juta atau Rp 1,64 triliun (dengan asumsi kekayaan bersih). kurs Rp 14.000/US$), dari posisi US$18,16 juta sepanjang tahun 2019.
Berdasarkan laporan keuangan perseroan, kerugian pendapatan per unit meningkat menjadi US$0,0226, dari sebelumnya hanya US$0,0035.
Pendapatan perseroan pada akhir Desember 2020 tercatat sebesar US$2,07 miliar (Rp 29,08 triliun). Turun 25,35% per tahun (y-o-y/y-o-y) dari periode yang sama tahun lalu yang bernilai US$2,78 miliar. Kombinasi faktor-faktor tersebut mengakibatkan kerugian yang sangat besar bagi perusahaan.
Namun pendapatan dan kekayaan bersih INDY mulai membaik mulai tahun 2021, memasuki tahun 2022, INDY berhasil mencatatkan kekayaan bersih sebesar US$452,67 juta. Laba bersih INDY meningkat 684,27% dari laba bersih tahun sebelumnya yang hanya US$57,71 juta.
Pertumbuhan bersih INDY sejalan dengan pertumbuhan pendapatan. Sepanjang tahun 2022, INDY menghasilkan pendapatan sebesar US$4,33 miliar, naik 41,21% dari pendapatan tahun 2021 sebesar US$3,06 miliar. Hal inilah yang menjadi penyebab meningkatnya NPM perusahaan sepanjang tahun 2022.
Namun secara keseluruhan, kinerja profitabilitas INDY menunjukkan volatilitas yang tinggi selama lima tahun terakhir dan juga mencerminkan CAGR 5 tahun yang mengalami penurunan sebesar -1,91%.
Meskipun terdapat pemulihan dan pertumbuhan yang signifikan pada tahun 2022, CAGR secara keseluruhan berubah menjadi negatif karena penurunan pada tahun 2020 dan penurunan lebih lanjut pada tahun 2023 dan Q3 tahun 2024. Kinerja yang kuat pada tahun 2022 tidak cukup untuk menutupi kekurangan pada tahun-tahun lainnya, khususnya tahun 2020.
Terkait dividen INDY, total dividen yang dibagikan pada tahun 2022 adalah sebesar US$113,2 juta atau sekitar 25% dari laba bersih. Pada tahun 2020 dan 2021 perseroan tidak membagikan dividen, sedangkan pada tahun 2019 perseroan membagikan dividen sebesar Rp467,0 miliar. Dan laba ditahan. Hal ini berdampak besar bagi investor yang melihat kinerja perusahaan.3. PT Alamtri Resources Indonesia Tbk (ADRO)
Pendapatan PT Alamtri Resources Indonesia Tbk (ADRO) selama lima tahun terakhir berada dalam tren positif, meski dari tahun ke tahun berfluktuasi. ADRO mendapat diskon 50% untuk NPM di tahun 2020.
Hal ini ditopang oleh laba bersih yang dibukukan ADRO yang turun 63,64% menjadi US$146,93 juta atau setara Rp2,05 triliun (kurs US$1 = Rp14.000). Sedangkan tahun lalu perseroan membukukan laba sebesar US$404,19 juta atau sekitar Rp 5,65 triliun.
Setelah itu, ADRO berhasil pulih dengan baik pada tahun 2021 dan mencatat pertumbuhan NPM yang luar biasa. Kenaikan harga batubara global menjadi pendorong utama pertumbuhan ini. Hal ini terlihat jelas dari bukti bahwa ADRO berhasil mencatatkan laba dan laba inti yang signifikan masing-masing sebesar US$ 1,77 miliar dan US$ 1,256 miliar pada tahun 2021. Nilai laba kotor dan laba inti meningkat masing-masing sebesar 207% dan 210% secara tahunan (year-on-year). tahun/tahun).
Tren positif ini berlanjut hingga tahun 2022, yang menunjukkan bahwa ADRO dapat secara efektif memanfaatkan kenaikan harga batubara.
Setelah masa pertumbuhan, akan terjadi pemulihan dan sedikit penurunan NPM pada tahun 2023. Pada Q3 2024, NPM ADRO menunjukkan pertumbuhan yang mengindikasikan stabilitas setelah mengalami penurunan pada tahun sebelumnya. Data ini masih belum final untuk tahun 2024.
Di sisi lain, keuntungan perusahaan meningkat signifikan. Hal ini tercermin dari nilai CAGR sebesar 14,39% selama 5 tahun terakhir yang menunjukkan bahwa penurunan NPM pada tahun 2020 dan 2023 merupakan perbaikan sementara dalam tren pertumbuhan jangka panjang.
Pada tahun 2023, ADRO akan membagikan sebesar US$1 miliar atau 40% dari laba bersih sebelum tahun 2022, dengan pembagian buku untuk tahun 2021 sebesar US$800 ribu. ADRO membagikan dividen sebesar US$146,82 juta atau 99% dari laba tahun 2020, dan US$250 juta atau sekitar 62% dari laba tahun 2019. Laporan Keuangan PT Golden Energy Mines Tbk (GEMS).
Sekadar informasi, GEMS telah membagikan pengalaman suspensi perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI) sejak 31 Januari 2018 hingga 26 April 2021 (sesi perdagangan pertama dibuka dengan baik pada 26 April 2021). Alasan utama penangguhan tersebut adalah karena GEMS tidak memenuhi persyaratan free float, yaitu jumlah saham yang akan dibagikan kepada masyarakat.
Perusahaan naik dari 6,0% menjadi 9,0% selama penangguhan NPM. Hal ini menunjukkan kinerja perusahaan terus mengalami kemajuan bahkan laba pun menunjukkan peningkatan, meskipun penjualan tidak. Setelah suspensi dicabut pada April 2021, GEMS mencatatkan peningkatan NPM yang signifikan. Peningkatan ini disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk pemulihan ekonomi dunia pasca pandemi, kenaikan harga komoditas (termasuk batu bara), dan kinerja selama masa penangguhan.
Keuntungan perseroan meningkat signifikan setelah masa suspensi. GEMS mencatatkan laba sebesar US$95,9 juta pada tahun 2020 dan tumbuh sebesar 269,32% menjadi US$354 juta pada tahun 2021. Tren ini mencapai puncaknya selama 5 tahun terakhir pada tahun 2022, dengan pendapatan GEMS meningkat sebesar 84% dari US$1,59 miliar pada tahun 2021. , US$2,92 miliar pada tahun 2022 dan total aset US$695,9 juta.
Tren ini mencapai puncaknya selama lima tahun terakhir pada tahun 2022, dengan pendapatan GEMS meningkat sebesar 84% dari US$1,59 miliar pada tahun 2021 menjadi US$2,92 miliar pada tahun 2022 dan laba bersih sebesar US$695,9 juta.
GEMS memiliki tingkat pertumbuhan stabil yang sangat baik dalam 3 tahun terakhir setelah penangguhan dicabut. James CAGR membayar 22,18%. Harga dihitung hanya setelah penangguhan dicabut karena data pra-penangguhan tidak relevan untuk mengukur pertumbuhan ketika perusahaan melanjutkan bisnisnya. GEMS menunjukkan pemulihan yang kuat dalam pertumbuhan laba setelah pencabutan suspensi perdagangannya. Pertumbuhan NPM pada tahun 2021 dan tingginya CAGR periode 2021-2023 menunjukkan bahwa perusahaan berhasil melakukan investasi pada return to product exchange.
Tingkat pembayaran dividen GEMS pada tahun 2019 sebesar 81,03% dengan nilai US$53 juta, sedangkan pada tahun 2020 sebesar 130,40% dengan nilai total US$125 juta. Selain itu, pada tahun 2021 kepemilikan ini akan meningkat menjadi 94,83% sehingga bernilai US$270 juta. Proses kenaikan dividen akan berlanjut hingga tahun 2022 sebesar 61,73% senilai total US$420 juta, kemudian pada tahun 2023 rasionya menjadi 80,06% senilai US$415 juta. Laporan Keuangan PT Bumi Resources Tbk (BUMI).
PT Bumi Resources Tbk (BUMI) mengalami penurunan NPM yang cukup signifikan sebesar -42,7% di tahun 2020, menandakan BUMI mengalami kerugian operasional yang signifikan. Pandemi global telah menyebabkan penurunan permintaan energi dan aktivitas perekonomian, yang berdampak negatif pada industri pertambangan.
Kerja keras yang luar biasa itu akhirnya membuahkan hasil, dengan NPM yang tercatat sebesar 22,2% di tahun 2021. Kiprah BUMI sangat fluktuatif dan penuh tantangan hingga mengalami penurunan pada tahun 2023. Meski mengalami kemajuan dan mencatat kemajuan yang cukup besar, namun perusahaan masih bisa melakukan perubahan. dan harga saham serta faktor eksternal lainnya.
Pendapatan BUMI menurun dari US$1,11 miliar pada tahun 2019 menjadi US$790 juta pada tahun 2020. Hal ini menyebabkan BUMI mengalami kerugian sebesar US$337 juta akibat pandemi COVID-19, yang berdampak buruk pada pendapatan global. Energi semuanya. Menginginkan. Pada tahun 2023, laba BUMI turun 94,4% menjadi US$32 juta dari US$578 juta pada tahun 2022. Hal ini terjadi karena kondisi pasar dan harga batu bara akan turun pada tahun 2022.
Perubahan selama 5 tahun terakhir ini dibenarkan oleh nilai CAGR sebesar -4,14% untuk periode 2019 – Q3 2024. Dengan CAGR negatif, kita mungkin melihat peningkatan NPM pada tahun 2021 dan 2022 hanya sekedar jeda sementara dalam aksi pertanahan. Penurunan tajam pada tahun 2020 dan khususnya pada tahun 2023 berkontribusi terhadap CAGR negatif. Perseroan belum dapat membagikan dividen sejak tahun 2012 karena laba ditahan masih tercatat negatif.6. PT Dian Swastika Sentosa Tbk (DSSA)
PT Dian Swastika Sentosa TBK (DSSA) menunjukkan perubahan menarik selama lima tahun terakhir. Perusahaan berhasil mencatatkan pertumbuhan signifikan setelah mengalami penurunan laba. Pada tahun 2020, perusahaan mengalami kerugian sebesar US$62,4 juta akibat pandemi COVID-19.
Hasilnya, DSSA menerima penurunan NPM yang signifikan pada tahun 2020, namun situasinya dapat segera berbalik pada tahun depan. Tren positif terus berlanjut dengan NPM mencapai 21,8% pada tahun 2022. Hal ini menunjukkan pertumbuhan DSSA yang kuat dan stabil di tahun mendatang. Lebih lanjut, peningkatan produksi dari 33,9 juta ton pada tahun 2021 menjadi 50,3 juta pada tahun 2022 berdampak pada peningkatan pendapatan dan laba, mencapai NPM tertinggi dalam lima tahun terakhir.
Rata-rata laba perusahaan dengan CAGR 42,74% dalam 5 tahun dengan rata-rata strategi pengembangan jangka panjang yang sehat telah meningkat secara signifikan dari tahun ke tahun. Hingga saat ini DSSA belum melakukan pembagian pemegang saham karena masih membutuhkan banyak dana untuk mendanai proyek-proyek baru di sektor korporasi7. PT Bookit Assam TBK (PTBA)
Perubahan harga PT Bookit Assam TBK (PTBA) di industri batubara. Berikut disajikan data dan rincian pertumbuhan margin laba bersih (NPM) PTBA pada periode kuartal III tahun 2019 hingga 2024.
Rata-rata laba perusahaan dengan CAGR 42,74% dalam 5 tahun dengan rata-rata strategi pengembangan jangka panjang yang sehat telah meningkat secara signifikan dari tahun ke tahun. Sejauh ini DSSA belum melakukan pembagian pemegang saham karena masih membutuhkan kebutuhan finansial yang besar untuk mendanai proyek-proyek baru di perseroan.
PTBA berhasil mengatasi penurunan NPM pada tahun 2020 pada tahun 2021. Walaupun sebagian besar perusahaan menelan NPM negatif pada tahun itu, PTBA bertahan dengan baik dengan NPM sebesar 13,9%. Perkembangan terus berlanjut, namun tidak dapat bertahan lama karena laba kembali turun pada kuartal ketiga tahun ini.
Peningkatan pendapatan pada tahun 2021 menambah keuntungan PTBA pada tahun tersebut. Perusahaan mencatatkan laba sebesar US$ 148 juta pada tahun 2020 dan secara bertahap mencapai US$ 495 pada tahun 2021. Namun sejak kuartal III 2022 hingga 2024, harganya terus turun akibat anjloknya harga batu bara belakangan ini.
Pertumbuhan yang kuat pada tahun 2021 dan 2022 tidak mampu meningkatkan CAGR PTBA selama 5 tahun yaitu -10,80%. Angka negatif ini menunjukkan bahwa laba perusahaan pada periode tersebut rata-rata mengalami penurunan. Hal ini hanya mencerminkan pentingnya melihat kinerja jangka panjang dibandingkan berfokus pada kinerja tahun tertentu.
PTBA akan membagikan dividen sebesar Rp12,57 triliun untuk tahun buku 2022, sedangkan pada 2021 sebesar Rp7,9 triliun dan rasio pembayaran dividen keduanya sebesar 100%. Dividen tahun buku 2020 sebesar Rp 835 miliar dengan margin 35% dan dividen tahun 2019 sebesar Rp 3,65 triliun dengan margin 90%. Laporan Keuangan PT Haram Energy TBK (HRUM).
Laporan keuangan pendapatan PT Haram Energy TBK terkini adalah HRUM. Review peta NPM HRUM tahun 2019 hingga triwulan III tahun 2024. PTBA berhasil mencapai kinerja signifikan dalam pengendalian biaya pada tahun 2020. Hal ini melibatkan pengurangan biaya umum dan administrasi serta biaya penjualan dan pemasaran. Dengan menekan biaya, PTBA dapat mempertahankan profitabilitasnya, meski penurunan permintaan dapat mempengaruhi pendapatan.
Di banyak perusahaan yang NPMnya buruk di masa pandemi Covid-19, HRUM masih bisa meningkatkan NPM-nya. Penurunan pendapatan terus berlanjut dari US$262,6 menjadi US$157,8 juta pada tahun 2020. Namun beban pokok pendapatan dan belanja langsung turun 70,2% menjadi US$ 195,06 menjadi US$ 114,58 juta, sehingga harga di AS meningkat pada tahun 2020 menjadi US$ 20 juta hingga US$ 60 juta. Hrum akan turun mulai tahun 2023 karena pendapatan produksi batu. Batubara semakin menurun dan jatuhnya harga jual batubara semakin meningkat yang terus menurun.
Hrum memperoleh peningkatan signifikan sebesar 7,7% menjadi 38,2% di NPM pada tahun 2020. Faktor-faktor seperti kenaikan harga batu bara, efisiensi operasional, atau faktor non-operasional lainnya berkontribusi terhadap pertumbuhan ini. Selain itu, nilai ini akan berubah lagi pada tahun 2022. Namun tren penurunan masih berlanjut pada tahun 2023 hingga triwulan III tahun 2024 dengan NPM mencapai 9,9%. Data ini memang belum final untuk tahun 2024, namun menunjukkan adanya tantangan terhadap nilai HRUM.
CAGR Hrum menunjukkan tingkat pertumbuhan yang signifikan sebesar 36,38%. Dengan CAGR yang tinggi, penurunan NPM pada triwulan III tahun 2021, 2023, dan 2024 hanya bersifat perbaikan sementara atau perubahan pola pertumbuhan yang besar. Peningkatan NPM yang besar pada tahun 2020 dan pertumbuhan yang kuat pada tahun 2022 berkontribusi signifikan terhadap CAGR dan menyebabkan penurunan pada tahun-tahun lainnya.
Indeks dividen belum tersedia untuk tahun 2023, sedangkan dividen tahun 2022 sebesar Rp1 triliun dengan rasio 21%. Kemudian pada tahun 2021 total dividennya sebesar Rp 200 miliar dengan rasio 18,6%. Pada tahun buku 2020, laba naik menjadi Rp100 miliar dengan rasio 37,8% dan perseroan tidak membagikan dividen untuk tahun buku 2019 karena digunakan untuk menambah cadangan pengembangan usaha. Laporan Keuangan PT Indo Tambangarai Megha TBK (ITMG).
Sejarah dan grafik PT Indo Tambangarai Megha TBK (ITMG) tersedia di situs web kami. Laba berkurang di tahun 2020, PT Indo Tambangarai Megha TBK (ITMG) berhasil pulih.
Perbaikan kondisi pasar mulai meningkat sebesar US$1,19 miliar pada tahun 2020 menjadi US$2,08 miliar pada tahun 2021. Puncaknya, pada tahun 2022, pendapatan meningkat sebesar US$ 3,64 miliar. ITMG 2022 juga mencatatkan peningkatan sebesar US$ 1,2 miliar dari US$ 475 juta. Namun biaya produksi yang meningkat dan menurun mengakibatkan NPM mengalami penurunan pada triwulan III tahun ini. 2024.
ITMG mengalami penurunan NPM yang signifikan pada tahun 2020. Hal ini disebabkan oleh permintaan energi global dan dampak epidemi Covid-19 terhadap harga batubara. Namun ITMG pada tahun 2021 berhasil menjawab tantangan tersebut melalui proses peningkatan laba pada tahun 2021-2022. Selain itu, pada triwulan III tahun 2023 hingga tahun 2024, pembangunan akan semakin membaik dan akan terus meningkat pada akhir tahun 2024.
Perubahan yang signifikan dari tahun ke tahun menghasilkan CAGR sebesar 4,97% dalam 5 tahun, menunjukkan bahwa rata-rata laba perusahaan meningkat walaupun sangat kecil. Manajemen risiko ITMG dan kemampuan beradaptasi dengan kondisi pasar penting untuk menjaga profitabilitasnya.
Pada tahun 2023, ITM akan membagikan total 674 juta dolar AS sebagai dividen tunai kepada pemegang saham. Untuk tahun anggaran 2022, pembagian keuntungan sebesar US$774 juta dengan rasio 65%, sedangkan laba tahun anggaran 2021 memiliki rasio 70% dengan rasio 333 juta dollar AS. Harganya pada tahun anggaran 2020 adalah US$35.454 dan pada tahun anggaran 2019 dibanderol US$97,10. Laporan Keuangan PT Resource Alam Indonesia TBK (KKGI).
Pasca putaran penuh gejolak, keuntungan PT Resource Alam Indonesia TBK (KKGI) mulai meningkat. Akibat mewabahnya Covid-19, KKGI mengalami penurunan NPM yang cukup signifikan dan mencatatkan kerugian pada tahun 2020. Tahun lalu, pendapatannya berkisar US$72 juta hingga 2020 sebesar $114,9 juta. Pada tahun 2019, KKGI mencatatkan keuntungan AS. Memang $ 5,41 juta, tapi tahun depan harus menerima kerugian US $ 8,67 juta. Harga komoditas naik sangat lambat sehingga NPM KKGI akan mulai stabil pada kuartal ketiga tahun 2024.
Satu tahun berlalu, KKGI berhasil meningkatkan posisi NPM menjadi 17,4% pada tahun 2021. Pada triwulan III tahun 2021 hingga tahun 2024, KKGI telah menunjukkan perbaikan yang signifikan, meskipun data tersebut belum tersedia untuk tahun 2024.
CAGR memberikan gambaran yang lebih stabil tentang tren rata-rata tahunan dan menangkap pengaruh fluktuasi jangka pendek. Dalam kasus KKGI, nilai 1,48% menunjukkan CAGR peningkatan yang cepat atau diinginkan, Rp 117 miliar dengan 20% saham pada tahun 2023 dan Rp 94 miliar dengan saham 17% pada tahun 2022. Kemudian tahun 2021 menjadi Rp 26 miliar dengan rasio 8% dan tahun 2020 menjadi Rp 18 miliar dengan rasio 13,52%. Laba tahun 2019 tidak akan dibagikan dan struktur permodalan perseroan akan dicadangkan untuk memperkuat CAGR (tingkat pertumbuhan tahunan majemuk).
Secara keseluruhan, terdapat perbedaan signifikan dalam manfaat operasional dari 10 penyedia batubara baru yang disurvei selama lima tahun terakhir. Namun jika dibandingkan, byan memimpin dengan Cagr tertinggi, disusul DSSA dan HRUM.
Catatan: GEMS CAGR dihitung hanya 3 tahun setelah penangguhan berakhir.
Harga saham tertinggi PT Bayan Resources TBK adalah 58,52%. Harga tersebut disusul PT Witch Swastika Santosa TBK (DSSA) sebesar 42,74% dan PT Haram Energy TBK (HRUM) sebesar 36,38% yang menunjukkan pertumbuhan kuat.
Harga saham tertinggi PT Golden Energy Mines TBK adalah 22,18%. Selama sebulan, PT Alam Tri Resources TBK +berubah 14,39%. PT Indo Tambangarai Megha TBK (ITMG) dan PT Resource Alam Indonesia TBK (KKGI) menunjukkan pertumbuhan yang lambat dengan CAGR masing-masing sebesar 4,97% dan 1,48%.
Sebaliknya, PT Bumy Resources TBK (BUMI) dan PT Bookit Assam TBK (PTBA) mengalami rata-rata penurunan tahunan dengan CAGR negatif masing-masing sebesar -4,14% dan -10,80%, dan CAGR PT Indica Energy TBK (Indi) pun ikut merasakan. -1,91% yang mengindikasikan tantangan dalam mempertahankan atau meningkatkan laba dari waktu ke waktu.
Beralih ke pembahasan dividen, rata-rata dividen tahunan mencerminkan besarnya dividen yang dibagikan suatu perusahaan kepada pemegang sahamnya dibandingkan periode sebelumnya. Pertumbuhan dividen sebenarnya meski tidak setinggi PTBA dan HRUM, namun tetap menunjukkan pertumbuhan pembayaran dividen yang kuat.
Tingginya pembagian dividen pada HRUM disebabkan oleh peningkatan laba yang besar, keputusan untuk membagikan laba sebesar-besarnya sebagai dividen.
Ada banyak perusahaan dengan pertumbuhan 0, seperti Indy, Adro, Bumi dan DSSA. Hal ini disebabkan karena perusahaan memilih perusahaan untuk mempertahankan laba sebagai modal (bukan membagikannya sebagai dividen). Sebaliknya, perusahaan yang mengalami defisit (keuntungan negatif) justru tidak mempunyai laba yang dapat dibagikan sebagai dividen.
Meskipun demikian, penting untuk berasumsi bahwa dari segi keuntungan dan imbal hasil atau potensi keunggulan harga pasar, harga batubara masih menjadi pilihan yang menarik bagi uang investor, mengingat rata-rata memberikan imbal hasil yang baik sebesar 5%. , khusus untuk. Banyak penyedia layanan yang aktif berinvestasi pada hasil dividen 20 indeks seperti ITMG, PTBA dan ADRO.
Riset ILLINI NEWS: Artikel ini merupakan produk jurnalisme dalam format opini Riset ILLINI NEWS. Tujuan analisis ini bukan untuk mendorong pembaca untuk membeli, mempertahankan, atau menjual saham atau sektor investasi tersebut. Keputusan sepenuhnya merupakan kebijaksanaan pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab atas segala kerugian atau keuntungan yang diakibatkan oleh keputusan ini.
(Ton/ton)