Jakarta, ILLINI NEWS – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika (AS) mengalami koreksi pada awal Januari 2025.
Berdasarkan data Refinitiv, rupiah melemah 0,62% terhadap dolar AS ke Rp 16.190/US$1 pada penutupan perdagangan 2 Januari 2025. Hal ini berbanding terbalik dengan posisi perdagangan pada hari terakhir tahun 2024, Selasa (31 Januari 2025). . /2024), yang meningkat sebesar 0,25%.
Pada perdagangan hari ini, rupiah melemah lebih dari 1% seiring dengan dirilisnya sejumlah data ekonomi mulai dari inflasi hingga indeks manajer pembelian manufaktur.
Jika menilik sejarah 10 tahun terakhir, terlihat rupiah melemah hingga 80% atau delapan kali lipat pada awal Januari. Padahal, devaluasi rupiah sudah keempat kalinya pada awal tahun, yakni pada tahun 2022, 2023, 2024, dan 2025.
Rupiah melemah di tengah berkurangnya ekspektasi Bank Sentral AS (The Fed) akan memangkas suku bunga pada tahun 2025 menyusul kemenangan Donald Trump dalam pemilu presiden AS melawan Kamala Harris.
Fokus Trump pada penguatan perekonomian domestik diperkirakan akan meningkatkan inflasi di AS. Hal ini tentu berpotensi berdampak pada suku bunga The Fed yang semakin sulit diturunkan.
Berdasarkan survei CME FedWatch Tool, pasar memperkirakan The Fed akan memangkas suku bunga sebesar 50 basis poin (bps) pada tahun ini, dengan pemotongan pertama terjadi pada paruh pertama tahun 2025 dan pemotongan berikutnya terjadi pada paruh kedua tahun 2025.
Jika hal ini terjadi, atau bahkan suku bunga tidak diturunkan pada tahun 2025, maka risiko rupiah akan kembali mendapat tekanan yang lebih besar akan semakin besar.
Oleh karena itu, pemerintah dan Bank Indonesia (BI) harus bekerja sama secara aktif untuk memitigasi risiko lebih lanjut di dunia yang tidak stabil.
RISET ILLINI NEWS (riv/riv)