Jakarta, ILLINI NEWS – Laju aktivitas manufaktur di negara-negara Asia Tenggara (ASEAN) cenderung menurun. Banyak negara bahkan berada di ambang resesi pada September 2024.
Sekadar informasi, PMI Manufaktur menggambarkan aktivitas industri di suatu negara. Jika aktivitas manufaktur tetap kuat, hal ini bisa menjadi tanda bahwa permintaan tetap kuat dan oleh karena itu perekonomian tetap cerah.
Data Indeks Manajer Pembelian (PMI) umumnya digunakan untuk memahami arah perekonomian dan pasar serta untuk menjajaki peluang di masa depan. Oleh karena itu, negara-negara dengan PMI manufaktur di atas 50 dianggap memiliki sektor industri/manufaktur yang berkinerja baik.
Sedangkan jika nilai PMI manufaktur kurang dari 50 maka aktivitas manufaktur kurang baik atau dalam kondisi kontraksi.
Berdasarkan S&P Global per September 2024, PMI Manufaktur Inti ASEAN berada pada atau di bawah 50,5 dibandingkan 51,1 pada bulan lalu.
Tercatat di atas skor netral 50,0 selama sembilan bulan berturut-turut, angka terbaru menunjukkan sedikit perbaikan pada kondisi operasional manufaktur ASEAN, salah satu indikator terlemah sejak Februari 2019. 2024.
Perlambatan ini umumnya disebabkan oleh tren permintaan yang menurun. Pertumbuhan pesanan baru turun dan kenaikan terbaru ini merupakan yang terlemah dalam tujuh bulan terakhir.
Peningkatan ini terhambat oleh volume perdagangan yang lebih rendah dan terus menurun sejak tahun 2022. Selain itu, penjualan ekspor baru akhir-akhir ini turun tajam dan merupakan yang tertajam dalam lebih dari tiga tahun terakhir.
Bereaksi terhadap data PMI Manufaktur ASEAN, Maryam Baloch, ekonom di S&P Global Market Intelligence, mengatakan data PMI Manufaktur ASEAN menunjukkan pertumbuhan melambat pada bulan September.
“Produksi kembali turun, sedangkan volume perdagangan turun tajam sehingga mempengaruhi permintaan modal secara keseluruhan yang sedikit meningkat,” kata Maryam.
Sementara jika dicermati lebih detail, indeks PMI manufaktur 5 negara ASEAN seperti Indonesia, Singapura, Malaysia, Vietnam, dan Myanmar semuanya berada di zona kontraksi.
Hanya Filipina yang masih berada di wilayah ekspansi, bahkan indeks PMI Manufaktur Filipina pada bulan September (53,7) tercatat lebih tinggi dibandingkan periode Agustus (51,2).
Sementara di Indonesia sendiri, PMI manufaktur September 2024 terpantau sedikit membaik namun tetap mengalami penurunan selama tiga bulan berturut-turut atau sejak Juli 2024.
PMI manufaktur Indonesia pada September 2024 tercatat sebesar 49,2, lebih rendah dibandingkan bulan Agustus. Namun, situasi tersebut tidak mengabaikan fakta bahwa situasi manufaktur Indonesia saat ini sangat buruk.
Paul Smith, kepala ekonom S&P Global Market Intelligence, mengatakan penurunan PMI manufaktur Indonesia disebabkan melambatnya permintaan dari luar negeri akibat melambatnya perekonomian global.
Penurunan permintaan manufaktur global telah mempengaruhi penjualan di luar negeri. Pesanan ekspor baru turun selama tujuh bulan berturut-turut dan mencapai level terendah sejak November 2022.
“Buruknya kinerja sektor manufaktur Indonesia erat kaitannya dengan lesunya situasi makroekonomi global secara keseluruhan,” kata Paul dalam laman resminya. Perusahaan telah meresponsnya dengan mengurangi pembelian, memprioritaskan pemanfaatan inventaris, dan menjaga biaya serta efisiensi operasional.”
Dalam konteks permintaan yang lesu, biaya input komoditas meningkat secara signifikan karena nilai tukar yang tidak mendukung. Memang benar, inflasi terus merosot ke tingkat terendah dalam satu tahun, sehingga kecil kemungkinannya biaya input akan turun.
Salah satu berita positifnya adalah perusahaan mulai merekrut lebih banyak karyawan. Meskipun kondisi operasionalnya mengecewakan, perusahaan menambah tenaga kerjanya pada bulan September.
Ini merupakan penambahan tenaga kerja pertama dalam tiga bulan terakhir. Langkah ini diambil karena para pelaku bisnis optimistis kondisi bisnis akan membaik di masa depan.
“Bisnis meningkatkan jumlah karyawan karena mereka mengharapkan masa depan yang lebih cerah,” kata Paul.
Riset ILLINI NEWS
[email protected] (rev/rev) Tonton video di bawah ini: Prabowo: Siaran langsung mutlak, tidak bisa dinegosiasikan!