Jakarta, ILLINI NEWS – PT Sri Rejeki Isman TBK (SRIL) atau Sritex mengajukan banding atas putusan Perkara Nomor 2/PDT.sus-Homologasi/2024/PN Niaga SMG.
Dalam putusan tersebut, Sritex dan tiga anak perusahaannya, PT Sinar Pantja Jaja, PT Bitratex Industries, dan PT Primayudha Mandirijaya dinyatakan pailit oleh Pengadilan Negeri Semarang.
Manajemen Sritex mengatakan dalam pernyataannya, “Kami menghormati keputusan hukum tersebut, dan telah merespons dengan cepat dengan melakukan konsolidasi internal dan koordinasi dengan pemangku kepentingan terkait. Kami telah merespons hari ini untuk menyelesaikan masalah ini dengan baik dan memastikan kepentingan para pemangku kepentingan terlindungi.” telah diajukan.” Keterangan tertulis, Jumat (25/10/2024).
Manajemen Shritex mengatakan hal ini merupakan bentuk tanggung jawab kami terhadap kreditur, pelanggan, karyawan, dan pemasok yang secara kolektif mendukung upaya perusahaan.
Shritex melaporkan saat ini sekitar 14.112 karyawan terkena dampak langsung dari kondisi di perusahaan dan terdapat 50.000 karyawan di Grup Shritex.
Sementara itu, Sritex dinyatakan bangkrut setelah mengalami masalah utang dalam beberapa tahun terakhir. Hingga akhir tahun lalu, kewajiban jangka pendek Shritex mencapai US$113,02 juta, di mana US$11 juta di antaranya merupakan pinjaman bank jangka pendek dari Bank Central Asia (BBCA). Sedangkan utang jangka panjang sebesar US$858,05 juta adalah utang bank sebesar US$1,49 miliar.
Mayoritas utang bank jangka panjang adalah pinjaman pra-sindikasi (Citigroup, DBS, HSBC dan Shanghai Bank), senilai US$330 juta. Selain itu, BCA, Bank QNB Indonesia, Citibank Indonesia, Bank BJB, dan Mizuho Indonesia tercatat sebagai kreditor terbesar dengan kewajiban SRIL masing-masing lebih dari US$30 juta. Selain 5 bank tersebut, perseroan juga mempunyai utang pada 19 bank lain yang sebagian besar merupakan bank asing atau bank swasta milik asing.
Dalam keterbukaan informasi terbaru, perusahaan tekstil ini menyebutkan utangnya semakin banyak dan kondisi karyawan yang terkena PHK semakin banyak.
Rincian pinjaman usaha terkait yang belum jatuh tempo pada tanggal 31 Maret 2024 adalah sebesar US$31,67 juta, meningkat sebesar US$8,7 juta dibandingkan posisi Desember 2023.
Pinjaman tersebut kemudian meningkat menjadi US$630.000, dibayar dalam waktu 30 hari. Kemudian terjadi peningkatan sebesar US$1,2 juta pada 31-90 hari dan US$468.000 pada 91-180 hari.
Selain itu, SRIL juga melakukan restrukturisasi surat utang jangka pendek (MTN) yang semula jatuh tempo pada 18 Mei 2021 menjadi 29 Agustus 2027. “Akibat krisis kas, perseroan mengajukan pengabaian pembayaran pokok dan bunga MTN,” tulis manajemen SRIL.
Permasalahan keuangan ini akhirnya memaksa Sritex melakukan efisiensi. Perusahaan memangkas 2.232 karyawan pada tahun lalu, turun dari 16.370 karyawan pada akhir tahun 2022 menjadi 14.138 karyawan tersisa pada akhir tahun lalu.
(MKH/MKH) Simak videonya di bawah ini: Video: Opsi Dana Talangan untuk Shritex, Kemenperin: Nanti lihat saja.