JAKARTA, ILLINI NEWS – Dalam peta yang terus berkembang, Indonesia menciptakan cerita baru di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Berkembangnya provinsi-provinsi baru, khususnya daerah-daerah terpencil di Papua, memunculkan perkembangan era baru.
Penambahan ini tidak hanya sekedar perubahan garis pada peta, namun diharapkan dapat mempercepat kesejahteraan dan memperkuat identitas daerah yang seringkali terpinggirkan.
Pada masa pemerintahan Pak Jokowi terbentuk 4 provinsi baru sehingga menjadikan Indonesia dari 34 provinsi menjadi 38 provinsi. Proses ini dianggap sebagai bentuk nyata dari desentralisasi dan otonomi daerah yang bertujuan untuk mendekatkan pelayanan publik kepada masyarakat.
Di sisi lain, timbul pertanyaan besar apakah kepemimpinan masa depan Prabowo Sabianto akan mencontoh hal tersebut atau fokus memperkuat provinsi yang sudah ada.
Kemungkinan adanya penambahan provinsi di bawah kepemimpinan Prabowo Subianto menjadi isu menarik yang perlu dicermati.
Jika Prabowo meneruskan kebijakan pemerataan dan desentralisasi seperti era Jokowi, mustahil ada provinsi lagi, apalagi yang memiliki karakteristik geografis dan sosial berbeda.
Banyak daerah yang kerap diusulkan menjadi provinsi baru, seperti Pulau Madurai dan Nias bisa dinegosiasi ulang menjadi agenda pemerintah.
Namun tidak dapat dipungkiri bahwa integrasi provinsi tidak hanya sekedar persoalan kelembagaan saja, namun juga memerlukan persiapan anggaran, infrastruktur, dan sumber daya manusia. Di era Prabowo, tantangan besarnya adalah bagaimana memastikan pertumbuhan tidak hanya mencakup provinsi, tetapi juga meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan pemerataan pembangunan.
Oleh karena itu, meskipun terdapat potensi pertumbuhan, pemerintah dapat memilih untuk lebih selektif dalam mempertimbangkan pertumbuhan wilayah di masa depan. Di bawah ini adalah daftar 38 Provinsi di Indonesia dan ibukotanya:
Nangro Ashiya Dar es Salaam (Ibukota: Banda Ashiya)
Sumatera Utara (Ibukota: Medan)
Sumatera Barat (Ibukota: Padang)
Riau (Ibukota: Pekanbaru)
Pulau Riau (Ibukota: Tanjung Pinang)
Jambi (Ibukota: Jambi)
Bengaluru (Ibukota: Bengaluru)
Sumatera Selatan (Ibukota: Palembang)
Pulau Bangkabetang (Ibukota: Pingkalan)
Lampung (Ibukota: Bandar Lampung)
Banten (Ibukota: Serang)
DKI Jakarta (Ibukota: Jakarta)
Jawa Barat (Ibukota: Bandung)
Jawa Tengah (Ibukota: Semarang)
Di Yogyakarta (Ibukota: Yogyakarta)
Jawa Timur (Ibukota: Surabaya)
Bali (Ibukota: Denpasar)
Nusa Tenggara Barat (Ibukota: Mataram)
Nusa Tenggara Timur (Ibukota: Kupang)
Kalimantan Barat (Ibukota: Pontianak)
Kalimantan Tengah (Ibukota: Palangka Raya)
Kalimantan Selatan (Ibukota: Banjarbaru)
Kalimantan Timur (Ibukota: Samarinda)
Kalimantan Utara (Ibukota: Tanjung Selar)
Sulawesi Utara (Ibukota: Manado)
Sulawesi Tengah (Ibukota: Palo)
Sulawesi Selatan (Ibukota: Makassar)
Sulawesi Barat (Ibukota: Mamuju)
Sulawesi Tenggara (Ibukota: Kendari)
Gorontalo (Ibukota: Gorontalo)
Maluku (Ibukota: Ambon)
Maluku Utara (Ibukota: Sufi)
Papua (Ibukota: Jayapura)
Papua Barat (Ibukota: Manokwari)
Papua Tengah (Ibukota: Nabir)
Gunung Papua (Ibukota: Jayawijaya)
Papua Selatan (Ibukota: Merauke)
Papua Barat Daya (Ibukota: Sorong)
Bertambahnya provinsi di era Jokowi berdampak besar terhadap pembangunan Papua, namun tetap memberikan tantangan baru. Di saat yang sama, kebijakan serupa pada masa Prabowo masih menjadi misteri. Apakah Prabowo akan menambah provinsi baru atau fokus memperkuat provinsi yang sudah ada? Hanya waktu yang bisa menjawabnya, namun arah kebijakan desentralisasi pemerintah berikutnya akan tetap menjadi perhatian utama.
ILLINI NEWS Riset Indonesia
(emb/dce) Simak video berikut: Prabowo: Hilirisasi Mutlak, Tak Bisa Ditawar!