Jakarta, ILLINI NEWS. Indonesia saat ini sedang membangun proyek Pabrik Pengolahan Bauksit Alumina atau Alumina Smelter (SGAR) Tahap 1 di Mempawa, Kalimantan Barat.
Proyek tersebut memiliki nilai investasi sebesar US$900 juta atau setara Rp13,96 triliun (dengan kurs Rp15.517 per dolar AS).
Proyek ini dikelola oleh PT Borneo Alumina Indonesia (BAI), perusahaan patungan antara PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) dan PT Aneka Tambang Tbk (ANTM).
Direktur Utama PT BAI Leonard M. Manurung mengatakan, pabrik bauksit hingga alumina ini dapat memberikan dampak berkelanjutan baik bagi wilayah sekitar Mempawa, Kalimantan Barat dan juga negara.
Khusus dampak regional, kata Leonard, pabrik tersebut akan menciptakan lapangan kerja dan mendongkrak perekonomian daerah.
Kehadiran PT Borneo Alumina akan menciptakan lapangan kerja, menggerakkan roda perekonomian mulai dari meningkatkan kebutuhan atau kepuasan masyarakat sebagai pemasok barang, pemasok bahan termasuk tenaga kerja. Dan ini akan berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi,” jelas Leonard kepada ILLINI NEWS tentang program Mining Zone, dikutip Jumat (18/10/2024).
Leonard menjelaskan, pabrik yang ia garap telah memberikan kontribusi besar terhadap pertumbuhan ekonomi Kalimantan Barat. Ia mencontohkan, produk domestik regional bruto (PDB) dari industri pertambangan saja mencapai 15,38% yang dinilai mampu meningkatkan perekonomian daerah.
Oleh karena itu, jika pabrik alumina miliknya mulai beroperasi penuh yang diharapkan terjadi pada awal tahun 2025, maka pihaknya akan berperan besar dalam meningkatkan perekonomian Kalbar.
“Kalau dilihat dari sisi ini sebenarnya industri pengolahan ini memberikan kontribusi yang besar bagi pembangunan Kalimantan Barat dan tentunya dengan adanya PT Borneo Alumina Indonesia maka dengan produksi yang penuh maka akan memberikan kontribusi yang besar terhadap pertumbuhan perekonomian negara. . Kalimantan Barat,” ujarnya.
Tak hanya itu, kata Leonard, warga sekitar juga akan diprioritaskan untuk bekerja di SGAR miliknya. Dikatakannya, perusahaan terus berupaya membangun kapasitas masyarakat sekitar pabrik baja untuk bekerja di PT BAI.
“Jika kami memiliki masyarakat lokal yang berpengalaman, tentunya melalui program CSR kami akan berusaha memastikan bahwa masyarakat lokal dapat diberdayakan,” ujarnya.
Sementara itu, Leonard menjelaskan berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), setidaknya 5% tenaga kerja diserap oleh sektor manufaktur. Artinya seluruh tenaga kerja Kalbar yang berjumlah 2,7 juta orang terserap oleh sektor industri pengolahan sekitar 5%.
“Kalau angkatan kerja Kalbar sekitar 2,7 juta, 5% diantaranya terserap oleh perusahaan pengolahan,” ujarnya.
Seperti diketahui, penyuntikan bauksit pertama SGAR Mempawah Tahap 1 telah diresmikan pada Selasa (24/09/2024) yang langsung diresmikan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Pabrik peleburan Tahap 1 ini memiliki kapasitas produksi alumina hingga 1 juta ton per tahun.
Proyek SGAR tahap 1 akan menghubungkan rantai pasok antara bijih bauksit di Kalimantan Barat yang diproduksi oleh PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) dengan smelter aluminium Inalum di Kuala Tanjung, Sumatera Utara.
Injeksi mineral bijih bauksit merupakan kelompok pertama dalam proses produksi alumina dengan target produksi alumina pertama dijadwalkan pada November 2024. Proses commissioning atau uji coba akan dilakukan secara bertahap dengan peningkatan atau peningkatan produksi secara bertahap pada Desember 2024.
Proyek SGAR Tahap 1 dijadwalkan memasuki produksi alumina penuh pada kuartal pertama tahun 2025 dengan target tanggal operasi komersial (COD) atau beroperasi komersial pada akhir Februari 2025.
Setelah Tahap 1, proyek SGAR akan dilanjutkan ke Tahap 2 yang juga bertujuan untuk menciptakan kapasitas produksi alumina hingga 1 juta ton per tahun, dengan target operasional pada tahun 2028.
Dengan beroperasinya proyek SGAR Fase 1 dan Fase 2, maka produksi alumina dalam negeri akan meningkat menjadi 2 juta ton per tahun, dan penyerapan mineral bijih bauksit mencapai 6 juta ton per tahun.
Hal ini sejalan dengan rencana aksi korporasi Inalum untuk meningkatkan kapasitas produksi aluminium hingga 900.000 ton per tahun.
Selain itu, pabrik aluminium Inalum kini memiliki kapasitas produksi aluminium hingga 275.000 ton per tahun yang seluruhnya diprioritaskan untuk memenuhi kebutuhan aluminium dalam negeri.
Namun kebutuhan aluminium dalam negeri kini mencapai 1,2 juta ton per tahun, dan pada tahun 2018 hingga 2023, produksi aluminium dalam negeri masih didominasi produk impor, dengan pangsa impor sebesar 56% dan pasokan Inalum sebesar 44% pada tahun 2023.
(wia) Simak video di bawah ini: Video: Kolaborasi Antam-PTFI Perkuat Fondasi Tambang Emas. Artikel Selanjutnya Besok, Jokowi akan menyaksikan penyuntikan bauksit perdana di pabrik senilai Rp 25,6 triliun itu.