berita aktual Susah Tarik Pembeli Baru, Ecommerce Punya Cara Baru Cari Cuan

JAKARTA, ILLINI NEWS – Rupanya perusahaan e-commerce kesulitan menarik pengguna baru. Kini, platform belanja online harus bersaing untuk menarik pelanggan setia agar lebih sering berbelanja.

Berdasarkan laporan e-conomy SEA 2024 yang diterbitkan Google, Temasek dan Bain & Company, disebutkan bahwa perusahaan e-commerce di Asia Tenggara harus menemukan keseimbangan antara upaya meningkatkan pendapatan dan mencatatkan keuntungan.

“Pemain kunci memperoleh keuntungan melalui kampanye [pemasaran] yang disiplin dan optimalisasi biaya penjualan. Untuk mendukung pertumbuhan, sebagian dari keuntungan ini harus dikembalikan ke subsidi pelanggan. Tren saat ini menunjukkan bahwa pertumbuhan dan profitabilitas dapat dicapai secara bersamaan,” kata laporan tersebut.

Google CS memperkirakan nilai transaksi e-commerce di Asia Tenggara akan meningkat sebesar 15 persen menjadi US$ 159 miliar pada tahun 2024, sedangkan bagi hasil akan meningkat sebesar 13 persen menjadi US$ 35 miliar. Margin EBITDA untuk industri e-commerce di Asia Tenggara menyusut 10 persen karena upaya meningkatkan pendapatan secara efektif mengurangi kerugian.

Perusahaan e-commerce meningkatkan pendapatan dengan meningkatkan komisi yang mereka bebankan kepada penjual di platform masing-masing. Menurut laporan Google, jumlah komisi yang dibebankan oleh platform e-commerce di Asia Tenggara semakin meningkat dan kini hampir menyentuh “langit-langit” yang dibuat di pasar e-commerce Tiongkok.

Sumber lain peningkatan pendapatan e-commerce adalah iklan tambahan, terutama dari pendapatan iklan dari “video commerce”. Di sisi lain, biaya pemasaran dan penjualan semakin meningkat akibat meningkatnya persaingan industri dengan munculnya platform e-commerce baru

Saat ini, 60 hingga 70 persen pertumbuhan pendapatan eCommerce berasal dari “pengguna lama”. Hal ini berbeda dengan pola pertumbuhan sebelumnya yang mengandalkan tambahan pendapatan dari pengguna baru.

Data yang dihimpun Google, Temasek, dan Bain menunjukkan frekuensi belanja pengguna e-commerce akan meningkat dari 3 hingga 4 kali per tahun pada tahun 2012 menjadi 27-32 kali per tahun pada tahun 2024.

Konsumen di e-commerce lebih “percaya diri” dalam membeli barang sehari-hari melalui e-commerce. Hal ini antara lain tergambar dari nilai transaksi per belanja (basket size) yang mengalami penurunan dari US$18 pada tahun 2012 menjadi US$23 pada tahun 2024 dari US$13 menjadi US$15 pada tahun 2024.

“8 kali lebih banyak konsumen berbelanja online dibandingkan satu dekade lalu, namun melakukan lebih sedikit transaksi per toko karena pergeseran kategori dan persaingan yang semakin ketat,” kata laporan tersebut.

Pertumbuhan transaksi e-commerce berbeda untuk setiap kategori. Berdasarkan data Google, fashion menjadi kategori yang pertumbuhannya mencapai puncaknya. Faktanya, produk fesyen yang dibeli melalui e-commerce kini menjadi bagian utama dari total penjualan baik online maupun offline.

Transaksi e-commerce lain yang mendapatkan daya tarik adalah kategori produk kecantikan dan perawatan pribadi. Namun kategori ini diperkirakan akan terus berkembang karena terus bermunculannya merek-merek baru yang fokus menjual produknya di platform online.

Dua kelompok yang pertumbuhannya diperkirakan akan meningkat adalah produk pangan segar dan kebutuhan sehari-hari (groceries) serta produk furnitur. Sementara itu, sektor elektronik diperkirakan masih akan mempertahankan laju pertumbuhannya, meski tidak secepat dua kategori sebelumnya.

“Meskipun harga transaksi tidak sama dengan kontrak berikutnya, persaingan harga lebih ketat dan ukuran keranjang yang kecil dapat membatasi pertumbuhan dalam jangka pendek.” (dem/dem) Simak video berikut: Video: Langkah QRIS dan RI Kembangkan Sistem Pembayaran Inklusif Artikel berikutnya Cominfo: Pemerintah Tak Berpikir Digital, Regulasi Malah Hambat Perekonomian

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *