Jakarta, ILLINI NEWS – Masyarakat semakin tertarik minum kopi di tempat mahal. Di sisi lain, kebiasaan ini jelas hanya membuang-buang uang bagi masyarakat yang berpenghasilan rata-rata.
Bagi yang memiliki kebiasaan ini, ambil hikmah dari orang terkaya di Indonesia, Sri Sultan Hamengkubuwana IX (HB IX). Meski punya banyak uang, Sri Sultan lebih memilih minum kopi di pinggir jalan ketimbang di tempat mahal. Cerita apa?
Kisah ini diceritakan oleh pahlawan nasional Indonesia Abdurrahman Baswedan. Pada tahun 1945, Baswedan dan Sultan HB IX menghadiri rapat KNIP (Komite Nasional Indonesia Pusat) di Malang.
Cuaca hari itu menyulitkan siapa pun untuk mendengarkan pertemuan tersebut. Hujan yang turun pada malam hari sangatlah dingin. Sultan HB IX yang hanya menjadi anggota dan mendengarkan laporan di pengadilan, merasa bosan. Dia sepertinya ingin meninggalkan ruangan.
Sri Sultan marah, bosan, meluruskan kakinya. Begitu melihat Baswedan, Sultan berdiri dan menghampirinya. “Kak Baswedan, ayo kita keluar!” kata Baswedan, Melewati Kadang-kadang Kadang-kadang. Nyata (2007). ).
Baswedan merasakan hal itu dan langsung menyetujui ajakan Sultan HB IX. Lagi pula, ia ragu-ragu menolak ajakan Raja Jawa. Namun, Baswedan belum mengetahui akan mengundangnya ke mana. Baru beberapa langkah, Baswedan kaget, dia diajak ke warung pinggir jalan untuk ngopi.
Keduanya kemudian masuk ke sebuah kios kecil di pinggir jalan yang hanya menyalakan obor. Mereka memesan kopi panas dan makan dua buah pisang goreng, tulis kakek politisi Anies Baswedan itu.
Pandangan ini jelas terbalik jika dibandingkan dengan kekayaan yang dimiliki Sultan Khb IX. Berdasarkan penjelasannya, Sultan Hamengkubuwana IX telah menjadi penguasa Yogyakarta sejak tahun 1940. Ia merupakan salah satu orang terkaya di Indonesia karena memperoleh banyak kekayaan dari warisan dan sistem feodal kerajaan.
Tidak diketahui secara pasti seberapa kayanya dia, namun dia tercatat dalam sejarah sebagai orang dermawan yang sering membagi kekayaannya. Misalnya, pada awal kemerdekaan, ia memberikan 6,5 juta gulden kepada pemerintah dan 5 juta gulden kepada masyarakat terdampak. Jumlah tersebut setara dengan Rp 20-30 miliar saat ini.
Tentu saja dengan kehormatan dan kekayaannya yang tinggi, Sultan HB IX bisa pergi ke tempat-tempat mahal. Namun, ia tidak santai dan lebih memilih minum kopi di pinggir jalan saat gelap. SEBUAH. Selain di Basvedan, momen Raja Jawa juga banyak diabadikan orang.
Dahulu Sri Sultan sedang makan di pinggir jalan. Hal ini disebutkan dalam buku “Takhta untuk Rakyat: Retak Kehidupan Sultan Hamengkubuwono IX” (1982).
Pada tahun 1946, Sri Sultan tercatat membeli es dari gerobak pinggir jalan di depan Stasiun Kalender Jakarta. Saat itu cuaca sedang sangat panas dan Sultan membutuhkan minuman baru. Dia bisa pergi ke restoran dan makan, tapi dia tidak memilih untuk minum es di pinggir jalan karena lebih dekat.
Karena sikapnya tersebut, seorang peneliti asing bernama Breckman terkesan dengan pendekatannya. Bahkan ia meminta seluruh bangsa Indonesia meneladani Sri Sultan, karena sebagian besar masyarakat feodal di Indonesia tidak feodal dalam sikap dan pemikirannya.
“Bagaimana bisa penguasa paling feodal di negeri ini tidak feodal dalam tindakan dan pemikirannya?” – kata Brackman. (mfa/mfa) Tonton video di bawah ini: Video: Teks tentang produk perawatan rambut lokal.