Jakarta, ILLINI NEWS – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkapkan telah menyiapkan peta jalan pengembangan pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP). Pada tahun 2033, kapasitas PLTP di Indonesia diperkirakan mencapai 3.000 megawatt (MW) atau 3 giga watt (GW).
Roni Chandra Harahap, Koordinator Pengawasan Eksplorasi Panas Bumi dan Pengoperasian EBTKE Kementerian ESDM, mengatakan kapasitas PLTP Indonesia saat ini hanya 2,5 GW. Angka tersebut setara dengan 11% dari total cadangan panas bumi yang ada.
Oleh karena itu, ia meyakini Indonesia masih memiliki peluang besar untuk mengembangkan potensi panas bumi. Pemerintah juga telah menyiapkan peta jalan pengembangan panas bumi yang menargetkan kapasitas mencapai 3 GW pada tahun 2033.
“Kita punya kemungkinan untuk mengembangkan 50% saja dari 11 ribu MW yang sudah kita bangun 9.000 MW. Roadmap yang sudah disusun sampai tahun 2033 adalah 3.000 MW,” kata Roni saat diskusi implementasi komitmen pemanfaatan tersebut. Produk Pipa Baja Seamless Nasional di Jakarta, Rabu (11/6/2024).
Roni di awal menjelaskan potensi energi panas bumi Indonesia merupakan salah satu yang terbesar di dunia dengan proyeksi mencapai 23 Giga Watt (GW).
Menurutnya, potensi besar tersebut tersebar di seluruh Indonesia karena adanya 127 gunung berapi aktif yang menyimpan banyak cadangan energi panas bumi.
“Hanya saja, Tuhan di balik semua ini telah memberikan kita sumber energi yang begitu besar dan kalau bicara panas bumi, potensi kita paling besar di dunia, angkanya 23 GW setara listrik, itu luar biasa di dunia,” katanya. dikatakan.
Di sisi lain, Indonesia juga telah berkomitmen kuat untuk mencapai emisi net zero pada tahun 2060, atau bahkan lebih cepat lagi. Untuk mencapai tujuan tersebut, Indonesia akan menggunakan sumber energi terbarukan (EBT), termasuk energi panas bumi.
Artinya sumber energi kita akan sebagian besar berasal dari sumber EBT dan panas bumi salah satunya, ujarnya.
Roni mengatakan potensi besar tersebut membuat Indonesia layak disebut sebagai Timur Tengah energi panas bumi. Mengingat paradigma yang dulunya identik dengan minyak dan gas bumi di Timur Tengah, kini bisa dialihkan ke energi panas bumi di Indonesia.
“Karena paradigma ini umumnya diterapkan di Timur Tengah, kalau kita bicara Timur Tengah, kita berpikir tentang migas. Nah, panas bumi itu Indonesia, Timur Tengah itu panas bumi , rencana kami minimal 22 GW,” ujarnya.
(wia/wia) Simak video di bawah ini: Video: Tinjauan Prospek Bisnis Panas Bumi di RI Artikel Berikutnya Bahlil Jelaskan Sederet Keuntungan RI Punya 2 Harta Karun Terbesar Dunia