berita aktual Jarang Orang Sadar, Semua Kembang Api di Bumi Ternyata ‘Made in China’

JAKARTA, ILLINI NEWS Indonesia – Di malam tahun baru, banyak orang di seluruh dunia menyalakan kembang api. Semua itu semakin menjiwai pergantian tahun, meski polusi udara dan suara di daratan meningkat.

Namun, tidak semua orang yang merilis kerupuk mengetahui bahwa produk tersebut sebenarnya “Made in China”. Hasil produk Cina

Kembang api adalah produk buatan manusia tertua. Artikel ini sepertinya tidak bisa dipisahkan dari penemuan kembang api. Sekitar 1.000 tahun yang lalu pada masa Dinasti Song (960-1279 M) hiduplah seorang biksu bernama Li Tian di Liuyang.

Suatu kali, dia mencampurkan tiga bahan yang ditemukan di suatu tempat. Ketiga bahan tersebut dicampur dalam wadah tabung. Wadah tersebut kemudian dinyalakan dan segera meledak mengeluarkan cahaya yang indah. Belakangan, ketiga zat tersebut ditemukan adalah karbon, belerang, dan kalium nitrat.

Bahan yang disebutkan terakhir telah lama digunakan oleh masyarakat Tiongkok. Dalam The Genius of China: 3,000 Years of Science, Discovery, and Invention (2007), kalium nitrat diketahui telah digunakan sebagai pengobatan oleh orang Tiongkok sejak abad ke-1. Saat dibakar, kalium nitrat menghasilkan api berwarna ungu yang membuat takjub orang.

Namun, campuran kalium nitrat bisa membentuk kembang api ratusan tahun kemudian jika Liu Tang mencampurkannya dengan bahan lain. Para sejarawan mengatakan bahwa petasan pertama di bumi diciptakan dari sini.

Orang Tionghoa awalnya menggunakan petasan untuk mengusir makhluk halus dan roh jahat yang mengganggu kehidupan masyarakat. Namun perlahan berubah menjadi perayaan acara atau perayaan besar seperti kelahiran, ulang tahun, dan tahun baru.

Meskipun ditemukan di Tiongkok, kembang api dan teknik kembang api yang terlihat saat ini adalah ciptaan orang Italia. Setelah kembang api buatan Tiongkok dibawa ke Eropa oleh penjelajah Marco Polo pada tahun 1292, orang Italia menjadi penemu kembang api dan kembang api modern. 

Saat itu, orang Italia mengembangkan berbagai bentuk dan warna kerupuk. Mereka mencampurkan berbagai bahan kimia dan warna lain ke dalam sebuah wadah. Tentu saja, pencampurannya dilakukan dengan proporsi yang tepat. 

Chemistry of Fireworks (2009) menyatakan bahwa ledakan campuran ini menghasilkan semburan warna merah, hijau, dan biru dengan pola yang berbeda-beda. Belakangan penemuan ini disebut kembang api atau kembang api dan menjadi bentuk modern dari penemuan pertamanya di Tiongkok. 

Di Indonesia, kehadiran kembang api dan kembang api diduga dibawa oleh orang Tionghoa. Mereka sering dinyalakan selama acara atau perayaan besar. Sedikit demi sedikit, kembang api berevolusi dari budaya Tiongkok dan banyak digunakan oleh banyak orang pada masa penjajahan. 

Orang Belanda sering menyalakan kembang api pada acara-acara besar. Dalam A History of Batavian Power (2007), sejarawan Mona Lohanda menyatakan bahwa perayaan kembang api dirayakan pada pesta-pesta besar dan perayaan penobatan atau ulang tahun Ratu Belanda. Warna-warni dan cahaya api di langit praktis menjadi pemandangan dan hiburan bagi masyarakat suku pada masa penjajahan.

Seiring berjalannya waktu, penggunaan petasan dan kembang api terus berlanjut di seluruh dunia bahkan saat perayaan Tahun Baru. Saat ini, Tiongkok sebagai negara asal masih menjadi produsen dan eksportir petasan terbesar di dunia. Berdasarkan data Bank Dunia, pada tahun 2023, Tiongkok akan mengirimkan 363,5 juta ton ke dunia, sehingga 90% kerupuk dan kerupuk dunia berasal dari negara layar bambu.  (mfa/mfa) Simak videonya di bawah ini: Video: Lirik Tentang Produk Perawatan Rambut Lokal Peluang Bisnis Go Global Pengenalan Artikel Berikutnya! Milenial kaya pertama di China, banyak skandal

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *