Jakarta, ILLINI NEWS – nilai tukar rupium yang dapat dikurangi dengan dolar AS (AS), sambil menunggu kebijakan perdagangan presiden AS Donald Trump untuk mitra dagang.
Pada hari Selasa (25.03.2025) pada 15:01, WIB ditutup pada 16.590 rupies/dolar AS, yang ditutup pada hari Selasa (25.03.2025) pada hari Selasa (25.03.2025) pada 16.590 rupee/dolar AS, melemah 0,24%.
Di sisi lain, Indeks Dolar AS (DXY) pada 14:50 ratus meningkat sedikit atau 0,07% pada 104,36 jumlah itu lebih tinggi dibandingkan dengan penutupan perdagangan kemarin, yaitu 104,01.
Rupei menyentuh titik terendah di toko intra -hari pada 23 Maret.
Pelemahan rupee saat ini dapat dijelaskan oleh beberapa faktor dasar yang meningkatkan permintaan dolar AS, seperti membayar utang asing pada kuartal kedua, serta banyak perusahaan dan pemerintah Indonesia harus membayar hutang asing. Untuk memenuhi kewajiban ini, mereka harus mengganti rupee untuk dolar AS, sehingga permintaan untuk dolar meningkat dan menghambat nilai tukar rupee.
“Pintu masuk ke kuartal kedua dari permintaan dalam dolar cukup kuat untuk membayar hutang dan dividen selain menguras pasar saham,” kata ekonom PT Bank Sentra Asia TBK David E. Sumual untuk ILLINI NEWS.
Selain itu, perusahaan di Indonesia mendistribusikan dividen kepada pemegang saham asing selama periode ini (pembayaran dividen di luar negeri). Dividen dibayarkan kepada dolar AS. Oleh karena itu, perusahaan harus membeli sejumlah besar dolar yang meningkatkan tekanan pada RUPA.
Drainase modal (arus keluar modal) pasar saham dipicu oleh ketidakpastian global, seperti kebijakan tarif yang dilakukan oleh Presiden AS Donald Trump dan kerusuhan geopolitik. Ini memaksa investor asing untuk menarik pasar saham Indonesia. Mereka mengubah rupoo menjadi satu dolar sebelum mereka membawa modal mereka, yang berkontribusi pada melemahnya Rupia.
Kombinasi faktor -faktor ini meningkatkan permintaan untuk dolar AS, sedangkan proposal rupee dalam aliran darah meningkat, sehingga nilai tukar rupee per dolar melemah.
“Ini, tentu saja, juga akan menunda kemungkinan mengurangi suku bunga, karena akan menetapkan stabilitas mata uang sebagai salah satu faktor penting,” – ekonom utama sekuritas Indonesia Indonesia Fahrul Fulvian.
Penelitian ILLINI NEWS