Jakarta, ILLINI NEWS – Rupiah membuka lebih rendah 0,79% pada hari Jumat (28.02.2025) refinitif pada 11:11 dengan WIB dari 02.02.2025 (28.02.2025). Posisi ini adalah yang terburuk dalam sejarah Rupiah.
Sementara itu, Indeks Dolar AS (DXY) meningkat 0,04% pada 107,29. Jumlah ini lebih tinggi dari posisi kemarin (27/2/2025), yaitu 107,24.
Ekonom Bank Maybank Indonesia Myrdal Gunarto, menemukan bahwa kelemahan Rupiah cocok dengan peningkatan fluktuasi pagi ini, disertai dengan keuntungan investor yang cocok dengan implementasi politik Presiden AS Donald Trump, tarif barang yang diimpor dari Kanada, Meksiko dan Cina sejak 25 Maret.
Kerugian kursus perubahan Rupiah juga cocok dengan meningkatnya permintaan dolar AS oleh aktor ekonomi domestik untuk pembayaran rutin pada akhir bulan.
“Cara Membayar Utang dan Bunga serta pembayaran barang impor seperti bahan baku untuk produksi dan barang -barang konsumen, terutama untuk puasa dan sumpah,” Myrdal dikutip pada hari Jumat (28.201025).
Tarif baru China oleh Amerika Serikat adalah tambahan 10%dari bea cukai, yang sebelumnya didakwa awal bulan ini ketika ditunda tarif di Kanada dan Meksiko. Tarif 25% berlaku untuk semua impor Kanada dan Meksiko, kecuali untuk produk energi Kanada, yang dikenakan pajak sebesar 10%.
Negara -negara ini ditambahkan ke penjual terbesar di Amerika Serikat. Jika tidak ada penahanan pada saat terakhir, kenaikan pajak impor lebih dari 1 triliun dolar AS pada 4 Maret 2025.
“Mengingat hal -hal di atas, inflasi AS akan mencapai 3,5% lebih tinggi pada tahun 2025. Fed dan bank sentral lainnya memiliki kesempatan untuk mengurangi kepentingan politik, tetapi terbatas karena tekanan inflasi yang lebih tinggi,” katanya.
Sementara itu, Ariston Tjendra mengevaluasi Pt Doo Director Pt Doo Financial Futures, faktor eksternal masih mendominasi kelemahan Rupiah. Karena pasar masih mengharapkan efek negatif dari kebijakan tarif Trump.
Selain itu, komponen harga data BIP AS tadi malam, indeks harga PDB sebagai Q4, menunjukkan peningkatan sebelumnya.
“Ini dapat ditafsirkan sebagai adanya pencetakan inflasi yang dapat mengundang Fed untuk menunda suku bunga patokan, memperkuat dolar AS,” katanya.
Faktor eksternal masih terkendali. Tingkat perasaan Ariston sekarang mendukung dolar AS yang masih terbela.
“Tekanan pada Rupiah dapat melanjutkan dalam beberapa bulan ke depan. Peluang untuk area 16700 masih terbuka,” katanya.
,