Jakarta, ILLINI NEWS – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menemukan banyak faktor yang telah menyebabkan keberhasilan campuran energi baru dan terbarukan (EBT) di Indonesia. Sejauh 23 % target terkait pada tahun 2025, perasaan senyawa EBT sampai mencapai hanya 14 %.
Anya Listin Dewai, Direktur Jenderal Energi Terbarukan dan Perlindungan Energi (EBTK), mengatakan bahwa hambatan penting untuk melacak campuran EBT bukanlah hambatan penting untuk melakukan infrastruktur. Misalnya, seperti transmisi yang tidak dibuat.
“Mengapa kami hanya mendapatkan 14 % memiliki banyak masalah karena faktor transmisi tidak dibuat. Misalnya, Hydro di Somatra adalah bilah EBT. Jadi 34 % EBT hadir. Kapasitasnya adalah Hydro.
Menurutnya, jalan listrik yang menghubungkan daerah dengan kapasitas energi terbarukan tidak pantas. Dengan demikian, pengembangan infrastruktur penularan harus segera dipercepat dalam lima tahun ke depan.
“Tidak ada saluran listrik yang menarik,” katanya. Itu harus diikuti dalam 5 tahun ke depan. Investasi dalam siaran harus segera dilakukan. “
Sebelumnya, Anya kecewa untuk mencapai target pencampuran EBT 23 % pada tahun 2025. Namun, partainya saat ini mengacu pada target.
Menurut campuran Anya EBT di Indonesia selama 2023, perasaan itu hanya mencapai 13,2 %. Sementara itu, tahun ini target campuran EBT baru telah ditetapkan pada 19,5 %.
“Kami masih merujuk pada proposal dekan, yang hanya harus mencapai 19,5 persen, sementara 13,2 % dari tahun lalu. Ini harus dibahas, jadi kami membahas ulasan ini karena kami mengambilnya dengan cara yang lebih realistis pada anggota.
Selain itu, partainya juga memantau penambahan Rencana Bisnis PLN (PLN) PLN (PLN) PLN (PLN).
“Tujuan baru dari PLN mirip dengan peningkatan, jadi kemarin, PLN juga meningkatkan warna hijau pada tahun 2030. Saya lupa sosok itu karena masih dibahas,” katanya. .