JAKARTA, ILLINI NEWS – Tiongkok mengumpulkan kekuatan di bidang pertanian untuk menopang pangan bagi 1,4 miliar warganya.
Pemerintah Tiongkok pekan lalu meminta dukungan keuangan yang lebih besar untuk menstabilkan produksi makanan pokok, termasuk gandum, menurut laporan Reuters. Upaya ini merupakan bagian dari langkah mereka yang lebih besar untuk menjamin ketahanan pangan nasional.
Tiongkok telah berjanji untuk menggunakan berbagai alat kebijakan moneter untuk mendukung sektor pertanian dan usaha kecil, seperti pengurangan dan diskonto fasilitas, serta penyesuaian terhadap rasio cadangan wajib (RRR).
Dalam pernyataan bersama bank sentral, kementerian pertanian dan regulator keuangan, mereka menekankan perluasan kredit dan pinjaman yang dijamin oleh aset pertanian dan peternakan, peningkatan pendapatan petani melalui kredit mikro, serta penguatan sektor pertanian dan peternakan. sistem asuransi pertanian, khususnya tanaman gandum. .
Investasi besar juga dilakukan pada penelitian dan teknologi pertanian, termasuk pengembangan mesin dan benih unggul untuk meningkatkan kapasitas produksi dan mengurangi ketergantungan pada impor. Langkah ini merupakan sinyal kuat bahwa Tiongkok berkomitmen penuh untuk melindungi lembaga pangannya dari ancaman global.
Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA) memperkirakan produksi jagung Tiongkok diperkirakan akan mencapai 292 juta ton pada tahun 2024-2025, meningkat sebesar 1,09% secara tahunan, sedangkan permintaan dalam negeri akan meningkat sebesar 1,95% menjadi 313 juta ton.
Untuk kedelai, produksinya diperkirakan turun 0,7% menjadi 20,7 juta ton, padahal permintaan dalam negeri meningkat 4,19% menjadi 126,8 juta ton. Artinya, impor jagung diperkirakan akan tetap stabil pada angka 23 juta ton, sementara impor kedelai diperkirakan meningkat 1% menjadi 109 juta ton.
Upaya tersebut juga didukung oleh data historis yang menunjukkan pertumbuhan positif pada produksi bahan pangan pokok, seperti jagung, yang rata-rata tumbuh sebesar 7% selama lima tahun terakhir, meskipun banyak komoditas seperti kedelai dan bunga matahari mengalami penurunan. Langkah besar ini merupakan sinyal kuat bahwa Tiongkok memprioritaskan kedaulatan pangan sebagai pilar fundamental pembangunan ekonominya.
Bagaimana dengan Indonesia? Di Indonesia, langkah yang tidak kalah heroiknya juga dilakukan untuk mendukung sektor pertanian dan perikanan. Presiden Indonesia Prabowo Subianto baru-baru ini menandatangani Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2024 yang secara resmi menghapuskan kredit macet bagi pelaku UMKM di sektor tersebut, khususnya bank Himbara.
Langkah tersebut diapresiasi Menteri Koordinator Pangan Zulkifli Hassan dan Menteri Pertanian Andi Amran Suleiman saat ditemui di kantor Kementerian Pertanian (Kementan) sebagai wujud keseriusan pemerintah terhadap petani kecil dan petani kecil. nelayan. ) Jakarta, Rabu (6/11/2024).
Sistem putih ini diharapkan dapat memberikan kehidupan baru bagi UMKM untuk kembali produktif tanpa dibayangi utang lama. Untuk mencapai tujuan swasembada pangan pada tahun 2028, pemerintah meningkatkan subsidi pupuk hingga 100%, menyediakan benih unggul, serta alat dan mesin pertanian. Ini bukan hanya soal ekonomi, tapi juga kehormatan dan martabat pangan. Produsen tulang punggung negara.
Meskipun pendekatan mereka berbeda, terdapat perbedaan yang menarik antara penekanan Tiongkok pada teknologi maju dan manajemen ekonomi yang tepat, dan fokus Indonesia pada solusi sosial yang langsung menyentuh akar permasalahan petani kecil.
Langkah Tiongkok mencerminkan pendekatan jangka panjang terhadap teknologi, sementara Indonesia menekankan sisi kemanusiaannya, sehingga memberikan lebih banyak ruang bagi petani kecil untuk bernapas. Pada akhirnya, keduanya mencerminkan kebutuhan dasar setiap negara, ketahanan pangan adalah landasan kehidupan.
Riset ILLINI NEWS (emb/emb)