illini berita Emiten Asuransi YOII Siap Jadi IPO Pertama 2025, Begini Prospeknya!

Jakarta, ILLINI NEWS – Setelah sempat dibatalkan pada September lalu, PT Asuransi Digital Bersama Tbk (YOII) kini melanjutkan rencana Initial Public Offering (IPO) dan resmi mencatatkan rencana IPO pada tahun depan.

Perusahaan asuransi yang fokus pada produk asuransi jiwa, PT Asuransi Digital Bersama Tbk (YOII) berencana melepas saham di pasar modal dengan mencatatkan saham perdana (sebanyak 412.087.500 saham atau mewakili sebanyak-banyaknya 12,03% dari total modal ditempatkan.

Perseroan mematok harga penawaran umum perdana alias IPO pada harga Rp 100-Rp 110 per saham. Artinya, perseroan nantinya akan mendapat dana baru sebesar Rp 45,32 miliar

Sementara itu, YOII berencana menggunakan sekitar 80% atau setara Rp36 miliar dana IPO untuk kebutuhan pemasaran seperti distribusi produk dan brand awareness.

Kemudian digunakan sisanya 20% atau Rp. Dan pengembangan sumber daya manusia, yang mencakup biaya perekrutan staf TI, Teknis, dan Operasional baru.

Berikut detailnya:

Jadwal IPO YOII

Saat ini saham YOII masih dalam masa bookbuilding untuk menentukan harga IPO. Pelaku pasar yang ingin mengikuti acara IPO ini dapat mencatat jadwalnya

Sebagai berikut:

Periode penawaran awal: 10 – 18 Desember 2024

Tanggal efektif: 20 Desember 2024

Masa Penawaran Umum: 24 – 30 Desember 2024

Tanggal penerbitan: 30 Desember 2024

Tanggal distribusi elektronik: 2 Januari 2025

Tanggal Pendaftaran BEI : 3 Januari 2025 Tindakan Penjamin Emisi Efek

Dalam IPO kali ini, YOII menggandeng underwriter Reliance Sekuritas.

Dilihat dari tindakan Reliance Sekuritas dalam proteksi saham IPO, pada 2018 akan ada PT MultiSpunindo Jaya Tbk (MSJA). Tren di awal pencatatan naik sebesar 20% namun ditutup oleh candle merah.

Selain itu, pada tahun 2022, Reliance memperkenalkan penerbit penjualan buah, PT Segar Kumala Indonesia Tbk (BUAH). Pada hari pertama pencatatan di bursa FRUIT, Upper Auto Reject (ARA) mencatatkan kenaikan dan kemudian turun selama dua hari berturut-turut.

Kemudian pada tahun 2021, Reliance akan memantau PT. GTS Internasional Tbk (GTSI). Sayangnya di hari pertama di lantai itu ARB. Setelah itu, tercatat candle merah selama empat hari berturut-turut dan sudah berada di papan pantauan khusus dengan harga turun di bawah angka Rp 50 YOII.

Sejarahnya, perusahaan asuransi ini didirikan oleh Panoet Harsono yang merupakan Direktur Utama Bank Jateng dan Djajoes Adisapoetro yang memiliki 40% saham. Sisanya, Eko Santoso dan Dwi Sampoerno memiliki 10% saham.

Namun pada tahun 2019 terjadi perubahan dimana Adi Wibowo Adisaputro dan Djajus Adisaputro mengambil alih YOII. Sisanya dipegang oleh berbagai dana pensiun BPD, seperti BPD Jateng, BPD DKI, BJBR, BJTM, Yayasan BPD Jateng, Yayasan Perumahan BPD Jateng, dan BPD Jateng sendiri.

Setelah IPO, ketika seluruh saham baru diperoleh, struktur kepemilikan perusahaan akan terlihat seperti ini:

Sebagai informasi, Adi Wibowo Adisaputro yang juga menjabat sebagai Direktur Utama perseroan dan Djajus Adisaputro tercatat sebagai pemegang saham pengendali.

Adi Wibowo merupakan anak dari Djajus. Beliau merupakan lulusan Master of Business Administration dari University of Chicago pada tahun 2001. Sebelum menjabat sebagai Direktur Utama Asuransi Digital Bersama pada tahun 2022, Adi pernah menjabat sebagai Direktur PT Serva International Indonesia (2018-2022), PT Adi Mitra Intikorpa (2017) . – ). 2022_, Upaya Pertahanan PT Sarana (2014-2022).

Selain itu, beliau juga menjabat sebagai komisaris PT Serva International Indonesia (2009-2018) dan PT Sarana Lindung Usaha (2001-2014).

Berbicara soal bisnis, YOII merupakan perusahaan asuransi umum dengan produk-produk seperti asuransi kecelakaan diri, asuransi sepeda motor, asuransi kargo, asuransi properti, asuransi tabungan, asuransi transfer uang, dan asuransi perjalanan.

Melihat kinerja keuangan berdasarkan data perkiraan hingga semester pertama tahun ini, YOII mencatatkan peningkatan pendapatan berlangganan sebesar 522% menjadi Rp 56,6 miliar, sedangkan laba bersihnya meningkat 1,167% atau lebih hingga 10 kali lipat atau sama dengan Rp. 15,92 miliar.

Dari segi pertumbuhan memang terlihat bagus, namun perlu dicatat bahwa dalam tiga tahun terakhir (2021 – 2023) perseroan mencatatkan kerugian tahunan.

Di antara sedikit klien yang mencatatkan keuntungan lebih dari 10% sejak Juni 2024 adalah Dana Indonesia, PT Trinusa Travelindo, dan PT Kredivo Finance Indonesia.

Sebelumnya, beberapa klien perseroan yang menyumbang penerimaan tinggi hingga lebih dari 10% pada tahun 2023 antara lain Dana Indonesia, PT Trinusa Travelindo, dan PT Kredivo Finance Indonesia.

Yang penting juga, hingga Juni 2023 pendapatannya lebih dari 10% dari PT Investree Radhika Jaya, dan PT Satustop Finansial Solusi.

Kedua perusahaan ini masuk radar OJK karena menyediakan pinjaman online dengan bunga tinggi. Faktanya, Investree baru-baru ini bangkrut dan izinnya dicabut oleh OJK.

Namun berdasarkan catatan perseroan, hingga Juni 2024, Investree sudah tidak punya uang lagi untuk membebani perseroan. Sedangkan PT Satustop Finansial Solusi masih Rp 457,52 juta.

Perlu diketahui, jika ada risiko gagal bayar dari klien dengan porsi pendapatan yang besar, sangat merugikan perusahaan.

Sementara untuk klien lain di tahun 2022 yang mencatatkan kontribusi pendapatan lebih dari 10% antara lain PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk (BJTM), PT Bank Raya Indonesia Tbk (AGRO), Tempat Wisata Pangandaran, dan Komunal.

Sedangkan pada Desember 2021, penerimaan besar lebih dari 10% dibukukan dari Direct, Bank Jawa Timur, dan PT Grab Teknologi Indonesia Valuasi dan Prospek Pasca IPO.

Peralihannya ke harga saham YOII yang ditawarkan pada kisaran Rp 100-Rp 110. Jika dihitung dengan asumsi laba per saham tahunan, YOII dihargai sekitar 10,75 kali hingga 11,82 kali. Sedangkan PBVnya 2,08 kali – 2,25 kali.

Kami melihat nilai valuasinya mungkin tinggi dibandingkan peers seperti PT Asuransi Bintang Tbk (ASBI), PT Asuransi Ramayana Tbk (ASRM), dan PT Asuransi Dayin Mitra Tbk (ASDM). Berikut perbandingannya:

Meski mahal, namun saham YOII terlihat berpotensi naik signifikan di hari pertama, karena pasokan saham baru yang tersedia sangat sedikit, yakni 12,03%.

Namun perlu diperhatikan juga bahwa pemegang saham eksisting yang kepemilikannya kurang dari 5% berpotensi menjadi free floater, seperti Dapen BPD Jateng, Dapen Bank DKI, Dapen Bank BJB, Dapen Pegawai BJTM, Diwjawanti Widiatmadja, Yayasan BPD Jateng , dan Bank Sentral Jawa.

Jika mereka menjual, free float bisa meningkat menjadi 21%. Hal ini bisa menjadi risiko yang membuat harga saham semakin fluktuatif pasca IPO.

Dari segi catatan manajemen, sesuai prospektus, hanya Adi Wibowo Adisaputro yang berjanji akan mengunci sahamnya dalam waktu delapan bulan.

Di sisi lain, prospek dividen nampaknya kurang menarik bagi YOII. Ingat, dalam prospektusnya mereka hanya menjanjikan laba bersih maksimal 5%.

Hal ini sangat bisa dimaklumi karena mereka baru melakukannya pada paruh pertama tahun ini setelah mengalami kekalahan beruntun selama tiga tahun. Oleh karena itu, mereka tetap fokus pada toleransi bisnis untuk meningkatkan keuntungan terlebih dahulu.

RISET ILLINI NEWS

Disclaimer: Artikel ini merupakan produk jurnalistik berupa opini Riset ILLINI NEWS. Analisis ini tidak dimaksudkan untuk mendorong pembaca untuk membeli, menahan atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada di tangan pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab atas kerugian atau keuntungan apa pun yang diakibatkan oleh keputusan ini.

(tsn/tsn)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *