JAKARTA, ILLINI NEWS – Empat bank besar yang menjadi investor utama Grup Bank berdasarkan Sentral Investasi atau KBMI 4 telah merilis kinerja keuangannya untuk Oktober 2024.
Keempat bank tersebut adalah PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI).
Terpantau keempat bank tersebut mengalami peningkatan aset yang besar pada periode tersebut.
Hingga Oktober 2024, total aset Bank BRI masih lebih tinggi dibandingkan tiga bank lainnya. Namun dari sisi evolusi pertumbuhan total aset, Bank Mandiri mampu mencatatkan pertumbuhan aset tertinggi yaitu mencapai 12,46%.
Diketahui, keempat bank KBMI 4 menguasai hampir separuh seluruh aset perbankan di Indonesia.
Berdasarkan statistik perbankan Indonesia bulan September 2024 Badan Jasa Keuangan (OJK), total aset bank pada KBMI 1 hingga 4 tercatat sebesar Rp 12.147,17 triliun. Bank KBMI 4 menguasai 49,73% seluruh aset perbankan di Indonesia yang tercatat sebesar Rp 6,047 triliun.
Aset 4 bank besar tersebut meningkat 0,12% menjadi Rp6,047 triliun pada Oktober dari Rp6,040 triliun pada September 2024. Dan meningkat 6,76% dari Oktober 2023 menjadi Rp 5,664 triliun.
Sebagai perbandingan, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) mengumumkan hasil pemeriksaan keuangan pemerintah pusat pada tahun 2023 hingga akhir tahun 2023, total aset pemerintah mencapai Rp 13.072,8 triliun. Artinya, mereka sudah menjangkau empat bank terbesar di Indonesia. Hampir separuh dari total kekayaan Indonesia.
Kinerja Bank BRI
Bank Rakyat Indonesia (BBRI) mencatatkan laba bersih (bank only) sebesar Rp 45,7 triliun periode Januari hingga Oktober 2024, meningkat 5,3% year-on-year. Namun pendapatannya turun menjadi Rp 4,1 triliun pada Oktober 2024, turun 8,2% year-on-year dan 26% year-on-month.
Penurunan ini terutama disebabkan oleh kenaikan biaya kredit sebesar 3,15%, lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Kenaikan biaya pasokan menjadi Rp3,2 triliun pada Oktober 2024 (83% YoY) juga membebani laba bersih bulanan, meski harga pra-pengiriman (PPOP) tetap kuat di angka Rp8,5 triliun.
NIM BBRI pun sempat tertekan hingga turun menjadi 6,28% pada Oktober 2024 sehingga rata-rata NIM Januari-Oktober 2024 mencapai 6,34% dari 6,73% pada periode yang sama tahun lalu.
Kinerja Manajemen Bank
Laba bersih Bank Mandiri (BMRI) sebesar Rp 43,1 triliun (khusus bank) pada Jan-Okt 2024, naik 6,3% year-on-year, laba bulanan turun menjadi Rp 4,1 triliun pada Oktober 2024, disesuaikan 11% yoy dan 26% yoy. % bulanan
Kinerja kredit BMRI tumbuh kuat sebesar 23% pada Januari-Oktober 2024, mengalahkan target manajemen sebesar 16-18%.
Hal ini ditopang oleh NIM yang stabil di angka 4,6%, sedangkan pendapatan non bunga (NII) turun 25% pada Oktober 2024.
Biaya pasokan BMRI meningkat signifikan pada Oktober 2024 menjadi Rp954 miliar (86% YoY), meskipun rata-rata biaya pada Januari hingga Oktober 2024 masih sebesar 0,7%, lebih baik dari target maksimal yang ditetapkan manajemen sebesar 1%.
Kinerja Bank BCA
Bank of Central Asia (BBCA) sendiri mencatat pertumbuhan laba bersih year-on-year yang mengejutkan sebesar 14,9% dalam 10 bulan pertama tahun 2024, mencapai Rp 46,2 triliun. Angka tersebut menjadikan Bank BBCA sebagai bank dengan laba bersih tertinggi di antara empat bank besar lainnya.
Kinerja baik BBCA didorong oleh beberapa faktor yang mendasarinya, yaitu pertumbuhan kredit, peningkatan margin bunga bersih (NIM) dan perubahan biaya pencadangan. Kredit BBCA (hanya untuk bank) tumbuh 14,2% year-on-year pada 10M24, melampaui target pertumbuhan unit pada tahun 2024 sebesar 10-12%.
Meski pertumbuhan kredit signifikan, namun peningkatan dana pihak ketiga (DPK) BBCA hanya 2,7% sehingga rasio pinjaman terhadap simpanan (LDR) naik menjadi 78%.
BBCA juga mengalami kenaikan NIM yang tajam, mencapai 5,93% pada Oktober 2024, yang merupakan tingkat bulanan tertinggi kedua sejak tahun 2022.
Secara keseluruhan, NIM mencapai 5,7% pada 10M24 sejalan dengan target manajemen untuk tahun 2024. Peningkatan NIM ini disebabkan oleh pergeseran aset instrumen yang memberikan imbal hasil lebih tinggi seperti obligasi pemerintah dan kredit.
Selain itu, beban provisi BBCA membaik menjadi Rp341 miliar pada Oktober 2024, setelah pada bulan sebelumnya mendapat beban sebesar Rp541 miliar.
Hasil tersebut menyebabkan biaya kredit naik menjadi 0,22% pada Januari hingga Oktober 2024, lebih baik dibandingkan target manajemen sebesar 0,3-0,4%. Pengumpulan dividen anak perusahaan memberikan kontribusi positif sebesar Rp 2,3 triliun pada Januari hingga Oktober 2024, meski entri tersebut dihilangkan dalam laporan konsolidasi.
Kinerja Bank BNI
Terakhir, Bank Negara Indonesia (BBNI) membukukan laba bersih Rp 18,1 triliun periode Januari hingga Oktober 2024, meningkat 4,3% year-on-year. Pertumbuhan kredit BBNI dinilai moderat sebesar 8,8% year-on-year pada Januari-Oktober 2024, di bawah target manajemen sebesar 10-12%.
Namun LDR BBNI berada di angka 96,1%, tertinggi di antara bank-bank besar lainnya.
NIM BBNI naik menjadi 4,3% pada Oktober 2024, namun rata-rata hanya 3,9% pada Januari-Oktober 2024, masih di bawah target manajemen. Meskipun biaya kredit naik menjadi 1,2% pada Oktober 2024, yang merupakan level tertinggi sepanjang tahun, rata-rata 10M24 masih berada di kisaran 1%.
Secara keseluruhan, BBCA muncul sebagai pemimpin laba bersih di antara bank-bank besar lainnya, berkat efisiensi operasional dan perubahan strategi aset yang lebih baik.
BBRI, BMRI dan BBNI menghadapi tantangan yang berbeda dalam hal kredit, biaya pasokan dan efisiensi operasional.
Meski demikian, keempat bank tersebut tetap menunjukkan kemampuan mempertahankan pertumbuhan laba meski dalam kondisi sulit.
Riset ILLINI NEWS
[dilindungi email]