berita aktual Indonesia Menang di WTO, Akal-akalan Uni Eropa “Tersandung” Sawit

JAKARTA, ILLINI NEWS – Angin baru bertiup dari Jenewa, Swiss.  Sebuah kelompok di Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) baru saja memutuskan untuk mengadopsi kebijakan non-diskriminasi Uni Eropa (B) untuk minyak sawit dan biofuel berbasis minyak sawit. Kemenangan ini menjadi momen penting bagi Indonesia yang telah lama berjuang melawan proteksionisme laten demi kelestarian lingkungan.

Keputusan ini menunjukkan bahwa Indonesia tidak akan tinggal diam terhadap perlakuan tidak adil. Hal ini merupakan hasil diplomasi dan kerja sama yang kuat antara banyak pihak di Indonesia, kata Menteri Perdagangan Budi Santoso. Sejak menentang kebijakan Renewable Energy Directive (RED) II pada tahun 2019, Indonesia telah membuktikan bahwa kebijakan Eropa yang mengklasifikasikan minyak sawit sebagai produk “high ILUC risk” merupakan langkah proteksionis yang menyamarkan kepentingan komersial sebagai kepedulian lingkungan.

Perubahan penggunaan lahan tidak langsung (ILUC) adalah konsep penggunaan lahan di Uni Eropa. Dalam hal ini, kelapa sawit dianggap sebagai tanaman yang beresiko tinggi. 

Minyak sawit bukan hanya merupakan isu lingkungan hidup, namun juga merupakan medan perang perdagangan yang sengit. Uni Eropa menyediakan pemrosesan yang lebih besar terhadap biofuel yang terbuat dari karet dan bunga matahari dibandingkan dengan minyak sawit melalui kebijakan peraturan yang diamanatkan oleh RED II dan ILUC. Faktanya, Perancis membatasi konsumsi biofuel sawit hingga 7%. Panel WHO menemukan bahwa Uni Eropa gagal menunjukkan dasar ilmiah atas kebijakannya dan menjamin keadilan proses sertifikasinya.

Jelas sekali bahwa Indonesia telah menentang kebijakan minyak sawit dan kebijakan proteksionis lainnya. Salah satunya adalah gugatan Uni Eropa terhadap larangan pemerintah terhadap ekspor nikel mentah. Uni Eropa (UE) menilai kebijakan ini melanggar prinsip perdagangan bebas. Namun pemerintah Indonesia menyatakan kebijakan ini bukan sekadar membatasi perdagangan, melainkan mendukung industri hilir.

Kemenangan sawit menambah daftar panjang sengketa dagang Indonesia di WTO. Indonesia sebelumnya mengajukan gugatan atas tambahan impor baja tahan karat dari Morowali, yang dianggap Uni Eropa sebagai subsidi lintas batas. Terdapat juga contoh tarif biodiesel dan bea anti-dumping terhadap asam lemak dan produk minyak sawit di UE.

Namun perselisihan ini menimbulkan dilema besar bagi Indonesia. Di satu sisi, kita perlu menjaga hubungan dengan Uni Eropa, apalagi saat ini sedang dirundingkan Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif (CEPA). Di sisi lain, langkah-langkah tegas harus diambil untuk melindungi kepentingan nasional.

Keputusan WTO memberikan contoh penting tidak hanya bagi industri kelapa sawit, namun juga bagi negara-negara berkembang lainnya. Eropa, yang memimpin kampanye global untuk keberlanjutan, kini berada di bawah tekanan untuk mengubah kebijakannya. Pemerintah Indonesia akan memantau pelaksanaan keputusan ini dan memastikan kepatuhan terhadap rekomendasi Dewan Keamanan Uni Eropa.

Apalagi diplomasi Indonesia tidak berhenti sampai di sini.

Indonesia bergabung dengan Malaysia dalam menentang peraturan deforestasi Uni Eropa (EUDR), yang dianggap diskriminatif. Delegasi dari kedua negara menyampaikan informasi yang menyerukan pengurangan deforestasi sebesar 75% pada tahun 2019-2020 untuk memerangi kategori ‘negara-negara dengan risiko deforestasi rendah’ ​​di Eropa.

Meskipun Indonesia bukan merupakan pasar utama minyak sawit Indonesia, kebijakan diskriminatif di kawasan ini dapat menyebar ke negara lain. Selama lima tahun terakhir, pasar Uni Eropa telah menyerap antara 2 dan 3 juta ton minyak sawit per tahun. Bandingkan dengan konsumsi dalam negeri Indonesia yang mencapai 44,8% dari total produksi pada tahun 2022.

Oleh karena itu, pemerintah harus mempercepat sertifikasi RSPO dan ISPO, meningkatkan konsumsi dalam negeri, dan memberikan dukungan penuh kepada petani skala kecil. Sertifikasi ISPO yang baru mencakup 32 pekebun di lahan seluas 6,7 juta hektar perkebunan kelapa sawit skala kecil. Langkah-langkah ini penting untuk menjaga daya saing minyak sawit Indonesia di pasar global.

Kemenangan Indonesia di WTO merupakan sinyal penting bahwa negara-negara berkembang dapat melawan diskriminasi perdagangan. Tapi ini baru langkah pertama. Melalui diplomasi berkelanjutan, industri hilir, dan dukungan petani, Indonesia dapat mengubah narasi minyak sawit global. Akibatnya, keberlanjutan dan keadilan perdagangan bisa menyatu dan bukannya saling menghilangkan.

Investigasi ILLINI NEWS

(termasuk/termasuk)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Hacklinkbetsat
betsat
betsat
holiganbet
holiganbet
holiganbet
Jojobet giriş
Jojobet giriş
Jojobet giriş
casibom giriş
casibom giriş
casibom giriş
xbet
xbet
xbet
kavbet
extrabet
extrabet giriş
casibom
deneme bonusu veren bahis siteleri
casino siteleri
deneme bonusu veren siteler
grandpashabet giriş
bonus veren siteler
grandpashabet
grandpashabet
grandpashabet
casino siteleri
casibom
casibom giriş
casibom güncel
casibom güncel giriş
jojobet
pusulabet
betturkey
gamdom
https://www.observatoriomamalluca.com/ deneme bonusuescort esenyurtesenyurt masaj salonuesenyurt masaj salonubeylikdüzü masaj salonuesenyurt masaj salonucasibomavcılar masaj salonubeylikdüzü masaj salonubahçeşehir masaj salonuavcılar masaj salonumasaj salonuesenyurt masaj salonubeylikdüzü masaj salonuavcılar masaj salonubahçeşehir masaj salonuşirinevler masaj salonuesenyurt masaj salonuesenyurt masaj salonuesenyurt masaj salonubeylikdüzü masaj salonuesenyurt masaj salonuesenyurt masaj salonujojobet güncel girişcasibomcasibom girişjojobet girişmobil jojobetjojobet canlı bahisfixbet girişfixbetfixbet 2025 güncel girişmarsbahismarsbahismarsbahisjojobetjojobetjojobet
casibomeskişehir web sitesimarsbahiscasibomEskişehir Web Tasarımmarsbetmarsbahismarsbetmarsbetmarsbahis girişmarsbahis girişproduct testing