Jakarta, ILLINI NEWS – Musim hujan telah tiba, di mana muncul hewan-hewan yang dianggap berbahaya, terutama ular.
Mereka yang tinggal di desa atau kota dengan pekarangan luas dan vegetasi lebat mungkin perlu mewaspadai gigitan ular.
Perubahan iklim, seperti kenaikan suhu dan cuaca yang tidak menentu, juga dapat memengaruhi ular. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), perubahan iklim dikaitkan dengan munculnya ular.
Organisasi Kesehatan Dunia mengatakan perubahan iklim akan memperburuk masalah ular yang berbagi ruang dengan manusia. Hal ini karena ketika suhu meningkat, distribusi ular berubah dan kejadian yang lebih parah pun terjadi.
Masyarakat akan mengubah praktik bertani mereka, sehingga akan ada tekanan lebih besar pada ular untuk bermigrasi atau melarikan diri. Akibatnya, interaksi dan konflik manusia-ular diperkirakan akan semakin sering terjadi di beberapa wilayah.
Ular adalah sekelompok reptil panjang tanpa kaki yang ditemukan di seluruh dunia. Hewan ini sering dianggap berbahaya karena beberapa di antaranya mengandung racun yang bisa berakibat fatal.
Namun tidak semua ular berbisa. Salah satunya adalah ular piton. Meskipun ular piton tidak berbisa, mereka tetap mati karena kemampuannya membunuh mangsanya secara efektif.
Ular piton akan membungkus tubuh pejantan dengan erat dan memeluknya erat-erat sehingga menyebabkan pejantan mati lemas akibat terhentinya aliran darah dan pernafasan.
Ular piton sering terlihat saat musim hujan, karena habitatnya di atas tanah bisa terendam banjir, sehingga ular keluar dari persembunyiannya untuk mencari tempat yang nyaman.
Sebagai hewan berdarah dingin, ular akan masuk ke dalam air saat cuaca sedang panas. Oleh karena itu ular harus bisa mengendalikan suhu tubuhnya agar tidak melebihi batas toleransi suhu lingkungan, jika tidak maka dapat berakibat fatal.
Secara umum, ular piton adalah salah satu ular terbesar di dunia. Beberapa spesies ular piton bisa tumbuh hingga panjang 8-10 meter. Faktanya, rahang ular piton terbuka sepuluh kali lebih lebar dari kepala manusia.
Karena ukurannya yang besar, ular ini dapat bersembunyi dari predator dan memakan berbagai macam hewan. Ular piton sering memangsa kutu, burung, dan mamalia kecil di malam hari.
Mereka juga cenderung tinggal di daerah tropis. Inilah sebabnya mengapa Asia menjadi rumah bagi banyak ular raksasa. Tak perlu melepas penat, jenis ular terbesar dan terpanjang di dunia ini bisa ditemukan di Asia, khususnya Asia Tenggara.
Ular berukuran besar ini biasanya hidup di alam liar. Namun, kadang-kadang mereka ditemukan di kawasan pemukiman. Apalagi saat musim hujan tiba, potensi keluarnya ular tersebut dari pemukiman warga sangat tinggi.
Jadi ular piton manakah yang dianggap terbesar di dunia? Di bawah ini adalah daftarnya.
1.Python Bodo (Python bivittatus)
Piton Bodo merupakan ular piton terbesar di dunia dan spesies terbesar di Asia. Menurut berbagai sumber, ular yang memiliki nama ilmiah “python bivittatus” ini bisa tumbuh hingga 7 meter dan berat 182,2 kilogram. Namun ular sebesar ini jarang ditemukan, dengan panjang rata-rata 3 hingga 5 meter dan berat 20 hingga 40 kilogram.
Ular ini tidak hanya berukuran besar, tetapi juga gemuk dan berotot. Karena tidak berbisa, bentuknya membantu ular piton membungkus dirinya dengan rapat, dan tubuhnya berwarna coklat serta ditutupi pola mirip jerapah.
Ia tersebar luas di Myanmar, Thailand, Indonesia, Malaysia, Vietnam, Nepal, Bhutan, Bangladesh, Laos, Kamboja dan Cina.
Mereka juga menjadi endemik di Florida, AS, dan menimbulkan dampak negatif terhadap ekosistem lokal. Ular ini juga merupakan perenang yang kuat dan hidup di hutan, rawa, padang rumput, dan daerah sungai.
2. Retikulatus Malayopython
Ular piton yang terlahir kembali bukanlah ular terbesar di Asia, tapi yang terpanjang. Memang tidak seberat ular piton, namun panjang tubuhnya lebih dari 10 meter.
Tubuhnya juga lebih panjang dan tipis. Oleh karena itu, tidak jarang ular piton memanjat pohon untuk mencari hewan seperti burung, kadal, atau monyet. Kulitnya juga berwarna coklat muda dan dihiasi corak seperti batik atau bunga oranye, putih dan hitam.
Selain itu, ular raksasa ini memiliki sensor panas di depan mulutnya yang memudahkannya menangkap hewan liar di hutan dan pepohonan.
Satwa liar mereka sangat beragam. Mereka dapat memakan mamalia kecil, burung, monyet, babi, dan dalam beberapa kasus, ular piton yang sembuh dapat memakan manusia.
Karena ular tidak mempunyai bisa, mereka mengandalkan gigi tajam dan tali yang kuat untuk membunuh hewan liar. Mereka juga sangat umum dan dapat ditemukan di India, Thailand, Malaysia dan Indonesia.
3. Piton Batu India (Python Molurus)
Python India atau boa constrictor adalah kerabat dekat ular piton Bodo. Awalnya, kedua ular tersebut dikira satu spesies.
Bodo dulunya merupakan subspesies dari ular piton batu India, yang secara ilmiah bernama python molurus bivitattus.
Pada tahun 2009, ular piton Bodo dan ular piton batu India dipisahkan. Namun karena kedekatannya, kedua ular ini memiliki ciri fisik yang mirip.
Keduanya berwarna coklat, namun pola pada ular piton batu India lebih acak dan tidak semrawut seperti pada ular piton Bodo. Indian Stone Python lebih kecil, berukuran panjang 4 hingga 6 meter.
Seperti namanya, boa batu India juga suka hidup di padang rumput berbatu, padang rumput terbuka, dan terkadang di dekat perairan. Pakistan, India, Bangladesh, Nepal dan Sri Lanka merupakan habitat alami ular berbisa ini.
4.Python Patola (Simalia Amethistina)
Ular Patola merupakan ular tidak berbisa yang dapat tumbuh setinggi 4 meter dan berat mencapai 15 kilogram.
Mereka juga merupakan ular raksasa yang dapat ditemukan di Papua dan kepulauan Australia. Ular ini merupakan hewan liar yang sering ditemukan di dahan atau ranting.
Sebagai ular sungguhan, ia kecil, panjang dan berotot. Mereka juga senang memakan hewan seperti burung, tupai, kelelawar, dan reptil kecil.
Ular yang diberi nama Simalia Amethistina ini memiliki kombinasi warna hitam, coklat, dan oranye yang menarik. Sisiknya juga halus dan bersinar warna-warni cerah saat terkena sinar matahari, itulah sebabnya ia sangat populer sebagai hewan peliharaan.
Namun karena permasalahan tersebut, ular piton Patola sering diburu sehingga menyebabkan jumlahnya semakin berkurang. Jika dibiarkan, kemungkinan besar ular tidak akan punah di masa depan.
5. Apodora Papua
Seperti namanya, ular piton ini banyak ditemukan di Pulau Papua, khususnya Indonesia dan Papua Nugini. Ular ini bisa tumbuh hingga sepanjang 4,3 meter.
Warnanya sangat bervariasi, dari coklat, abu-abu, hingga hitam. Warna ini juga berfungsi membantu ular bersembunyi dan bersembunyi di bawah batu, pohon, dan rerumputan di hutan dan padang rumput.
Ular piton Papua khususnya hanya memakan mamalia kecil. Ia juga merupakan spesies mangsa penangkaran yang tetap diam sambil menunggu pejantan mendekat.
Riset ILLINI NEWS
[dilindungi email] (chd/chd)