JAKARTA, ILLINI NEWS – Indonesia, negara yang sangat kaya dengan banyak produk pertanian, ternyata memiliki banyak produk yang harganya lebih mahal dibandingkan di dalam negeri.
Mereka memperkenalkan buah-buahan eksotis ke meja makan Eropa, mulai dari rambutan hingga kaki katak yang anggun, semuanya menunjukkan betapa berharganya kekayaan alam nusantara.
Di bawah ini kita akan melihat lima produk unggulan Indonesia yang bersaing kuat di pasar global dengan harga menarik.
1. Rambutana, “buah berbulu” yang menggoda orang Amerika, dijual hingga Rp 500.000 per kilo di Indonesia. Dijuluki sebagai buah berbulu Asia Tenggara, rasa manis dan tekstur unik buah ini menarik minat pelanggan di Negeri Paman Sam.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), Indonesia akan mengekspor rambutan ke Amerika Serikat pada tahun 2023 sebanyak 415.527 kilogram dengan nilai total US$80.043. Sedangkan Singapura menempati urutan kedua dengan nilai ekspor sebesar USD 73.339. Meski produksi rambutan dalam negeri berfluktuasi (dari 764.586 ton pada tahun 2019 menjadi 845.107 ton pada tahun 2023), namun potensi ekspor rambutan ke pasar global masih tetap menjanjikan, apalagi jika didukung oleh strategi branding yang kuat.
2. Genkol, Aroma yang Diminati Pasar Jepang dan Malaysia Siapa sangka produk yang terkenal dengan aromanya yang khas ternyata menjadi favorit di Jepang dan Malaysia. Produksi genkol Indonesia mencapai 157.157 ton pada tahun 2023, naik dari 155.909 ton pada tahun 2022.
Pada tahun 2024, ekspor batu bara ke Malaysia tercatat sebesar 947.710 kg dibandingkan tahun sebelumnya. Pasar Jepang, meski kecil, menunjukkan potensi besar karena permintaan yang terus meningkat. Harga Gencolin di luar negeri bisa mencapai dua atau tiga kali lipat harga di dalam negeri, terutama karena kualitas dan manfaat kesehatannya yang diakui.
3. Kaki Katak, Hidangan Mewah di Prancis dan Belgia Jika kaki katak dianggap eksotik di Indonesia, maka makanan ini termasuk hidangan mewah di Prancis dan Belgia, dengan harga hingga Rp 500.000 per porsi di restoran bintang lima.
Pada tahun 2023, Indonesia akan mengekspor kaki katak ke Prancis sebanyak 1.163.801 kg senilai 10,3 juta dolar. Meskipun ekspor ke Belgia telah turun secara signifikan – dari 1,7 juta kilogram pada tahun 2019 menjadi 428.065 kilogram pada tahun 2023 – Perancis mengalami peningkatan yang signifikan sebagai pasar yang penting. Ke depan, tantangan bagi eksportir adalah memenuhi standar keberlanjutan UE sekaligus menjaga daya saing harga di pasar global.
4. Dari daun pisang, bungkus nasi, hingga hiasan
Di Indonesia, daun pisang digunakan untuk membungkus nasi atau makanan tradisional lainnya, namun di Jepang daun ini menjadi hiasan kuliner yang elegan dan harganya bisa mencapai Rp 300.000 per lembar.
Pada tahun 2023, ekspor daun pisang Indonesia akan meningkat terutama ke negara-negara Asia Timur seperti Jepang dan Korea Selatan. Pasar ini berkembang berkat preferensi terhadap bahan-bahan alami dan ekologis yang semakin populer di kalangan konsumen internasional.
5. Sapu fiber, mulai dari perlengkapan rumah tangga hingga perlengkapan premium
Digunakan sehari-hari di rumah-rumah Indonesia, sapu ijuk sudah menjadi barang premium di luar negeri. Di Eropa, khususnya Belanda dan Jerman, sapu ijuk dijual hingga Rp 150.000 per unit, jauh lebih mahal dibandingkan harga di dalam negeri. Ekspor sapu ijuk mengalami pertumbuhan yang stabil dalam beberapa tahun terakhir, didorong oleh tren produk tradisional yang mendukung gaya hidup berkelanjutan.
Kelima komoditas ini menunjukkan sejauh mana potensi kekayaan Indonesia di pasar global. Namun tantangan masih tetap ada, mulai dari fluktuasi produksi hingga peraturan yang ketat di negara tujuan. Dengan memperkuat manajemen pascapanen, meningkatkan kualitas produk, dan memperluas pasar baru, Indonesia dapat meningkatkan nilai tambah produk tersebut.
Indonesia telah menunjukkan bahwa produk lokal mampu bersaing secara global. Mulai dari rambutan Amerika yang menggoda hingga kaki katak Perancis yang anggun, kekayaan nusantara merupakan bukti jangkauan globalnya. Kini tinggal bagaimana pemerintah dan pelaku usaha bersinergi untuk menjaga momentum tersebut agar produk Indonesia tetap unggul di pasar internasional.
Riset ILLINI NEWS
(Sematkan/Sematkan)