Jakarta, ILLINI NEWS – Pembayaran Elektronik PT Artajasa (Artajasa) sebagai penyedia infrastruktur untuk sistem pembayaran elektronik utama di Indonesia masih menunjukkan komitmennya untuk mendorong digitalisasi di sektor keuangan. Komitmen ini dibuat oleh acara Forum Ekonomi Digital 2025 di Jakarta (25/02).
Meningkatkan masalah “inovasi digital dalam pendanaan untuk pertumbuhan ekonomi yang cepat dan berkelanjutan”, forum yang terlibat dalam ratusan pemain dalam sistem sistem pembayaran membahas masalah inovasi dan pengembangan digital, yang harus diimplementasikan oleh sektor keuangan untuk lebih luas. Sektor keuangan tanpa pengecualian dianggap mampu mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia lebih cepat dan lebih layak.
Seperti diketahui, teknologi digitalisasi dan transformasi selalu lebih besar di berbagai sektor, termasuk sektor keuangan. Kemajuan teknologi ini dapat dilihat dari perubahan standar transaksi keuangan publik dalam transaksi digital.
Saat ini, orang selalu didasarkan pada platform ekonomi digital untuk melakukan berbagai kegiatan ekonomi mulai dari transaksi, tabungan, investasi. Komunitas ini juga melakukan transaksi digital di hampir semua peluang dan lokasi untuk pengecer dan jalan modern.
Didukung oleh sistem pembayaran yang aman, halus dan andal, nilai transaksi digital di Indonesia telah berkembang pesat. Bank Of Indonesia mendaftarkan pembayaran digital pada tahun 2024 untuk mencapai 34,5 miliar transaksi atau meningkat sebesar 36,1% per tahun (setiap tahun/setiap tahun).
Secara khusus, pertumbuhan tertinggi muncul dalam sistem pembayaran QRI, yang meningkat dari 186% menjadi 689,07 juta transaksi. Jumlah pengguna QRI pada November 2024 mencapai 55,02 juta dan jumlah pedagang mencapai 35,1 juta, sebagian besar pedagang UMKM.
Selain itu, Pusat Studi Ekonomi dan Hukum (Celios) memperkirakan bahwa kami memperkirakan bahwa pembayaran digital untuk 2024 akan mencapai Rp2.491.68 triliun. Perkembangan ini jelas diamati di sektor keuangan, karena semakin banyak orang adalah transaksi ekonomi digital dalam kehidupan sehari -hari.
Namun, perkembangan cepat transaksi digital juga meninggalkan beberapa pekerjaan yang perlu diselesaikan, salah satunya adalah integrasi ekonomi. Hasil penelitian alfabet nasional dan integrasi keuangan (SNLIK) pada tahun 2024 menunjukkan bahwa indeks pendidikan populasi Indonesia adalah 65,43%, sedangkan indeks integrasi keuangan adalah 75,02%.
Selain itu, masih ada jutaan orang yang belum di -tur oleh lembaga keuangan resmi seperti perbankan. Akibatnya, masyarakat tidak dapat memperoleh manfaat dari platform ekonomi digital dalam kehidupan sehari -hari.
Bank Dunia juga mencatat bahwa pada tahun 2021 penduduk, yang tidak merujuk ke Indonesia, mencapai sekitar 97,7 juta orang dewasa atau 48% dari populasi. Artinya, inovasi lembaga keuangan masih diperlukan untuk mencapai komunitas dengan mendigitalkan layanan.
Untuk informasi, acara Forum Ekonomi Digital ini menghadiri berbagai pembicara. Di antara mereka adalah Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara, Wakil Presiden Dewan Direksi Layanan Keuangan (OJK) Mirza Adityaswara, Presiden dan Direktur Jenderal PT Indosat Oldoo Hutchison TBK Vikram Sinha.
Selain itu, itu juga kepala bagian politik dari sistem pembayaran Indonesia Dicky Kartoyono, penasihat khusus untuk Presiden Bambang Brodyronegoro dan PT Artajasa, Direktur Armand Hermawan.
Armand Hermawan menjelaskan pengembangan digitalisasi dalam sistem pembayaran yang pernah ada -industri telah menjadi peluang bagi para pelaku sistem pembayaran (bank dan bukan bank) berinovasi untuk meningkatkan berbagai layanan pembayaran digital. Untuk tujuan ini, Artajasa, sebagai pelopor bisnis tertinggi selama 25 tahun, telah menciptakan solusi lengkap dari sistem pembayaran, sesuai dengan peraturan dan memberikan manfaat untuk sistem pembayaran, klien, mitra dan ekosistem masyarakat.
“Dimulai dengan manajemen layanan pengapian, yaitu ATM Bersama, Artajasa dengan terus -menerus menerapkan layanan antar bank ke ATM bersama secara online dan secara real time, memulai kelahiran jaringan pembayaran ketiga, inisiatif layanan administratif. Implementasi, untuk penerapan layanan QRIS antara negara,” Armand menjelaskan.
Di era digital, yang membutuhkan solusi saat ini untuk sistem pagus terintegrasi, Artajasa juga menyajikan layanan administrasi untuk lembaga keuangan, seperti bank dan fintech dalam menyediakan layanan keuangan kepada pelanggan mereka tanpa harus menghabiskan biaya investasi yang tinggi.
“Artajasa membantu klien menghadirkan pelanggan yang andal, aman, dan efektif mulai dari menyediakan infrastruktur hingga karyawan berpengalaman dalam sistem pembayaran untuk mendukung bisnis pelanggan.
Armand lebih lanjut mengatakan, dengan ekosistem yang semakin meningkat dari sistem pembayaran, Artajasa selalu dimaksudkan untuk menciptakan solusi untuk mendorong perubahan dalam sistem pembayaran, untuk berkolaborasi antara otoritas pengatur, operator publik kepada publik sebagai pengguna yang tentunya akan meningkatkan kesadaran dan penerimaan dan penerimaan.
(DPU/DPU) Tonton video berikut: Video: Serangkaian Eid Digital Berikut Artikel Kartu Ucapan -Aplikasi dengan Transformasi Digital Berkelanjutan, Telkom Mendukung Ekonomi Hijau