Jakarta, ILLINI NEWS – November 2024 akan memasuki musim hujan di banyak daerah. Hal ini terjadi bersamaan dengan keluarnya hewan seperti ular dari tempatnya.
Badan Meteorologi, Iklim, dan Geologi (BMKG) telah mengeluarkan pernyataan bulan November 2024 yang berisi informasi analisis curah hujan bulan Oktober 2024 dan prakiraan curah hujan 3 bulan ke depan: Curah hujan bulan Desember 2024 sampai dengan Desember 2024, Februari 2025.
Curah hujan Dasarian I November 2024 bervariasi dari rendah (21%), sedang (68%) dan tinggi hingga sangat tinggi (10%), dengan kondisi di atas normal (43%). Curah hujan pada bulan Oktober 2024 secara umum berada pada kisaran rata-rata (66%) dan pola curah hujan bervariasi dari atas normal (35%), normal (34%) dan di bawah normal (31%).
Apalagi 32% wilayah Indonesia sedang memasuki musim hujan. Musim hujan meliputi Aceh, Sumatera Utara, Riau, Sumatera Barat, Jambi, Sumatera Selatan, Bengulu, Bang Kabelitung, Lampung Barat, Bangten, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan sebagian besar wilayah Barat. . Kalimantan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, sebagian Kalimantan Selatan, sebagian Sulawesi Barat, sebagian Sulawesi Utara, sebagian Sulawesi Tengah, sebagian Sulawesi Utara, sebagian Maluku Utara, sebagian Maluku, Papua Barat, dan sebagian Papua.
Musim hujan telah tiba, saatnya ular muncul ke permukaan
Saat musim hujan tiba, apalagi saat jumlah air meningkat sehingga menyebabkan tergenangnya habitat darat ini, ular akan keluar dari persembunyiannya untuk mencari tempat yang nyaman.
Sebagai hewan berdarah dingin, ular harus masuk ke dalam air saat cuaca panas. Untuk itu ular harus bisa mengontrol suhu tubuhnya agar tidak melebihi toleransi suhu lingkungan karena bisa mati.
Namun setiap daerah memiliki kondisi yang berbeda-beda seperti musim hujan yang menyebabkan permukaan air naik sehingga banyak laporan ular berinteraksi dengan manusia.
Interaksi ular dan manusia tidak hanya terjadi di masyarakat pedesaan, namun juga di perkotaan. Misalnya saja jenis ular kobra dan ular piton yang paling banyak ditemukan di wilayah Jakarta atau Jabodetabek.
Kedua spesies ular ini memiliki kemampuan beradaptasi dengan baik terhadap perubahan habitat. Mereka dapat bertahan hidup di perkotaan atau dekat pemukiman manusia.
Selain ular salah satunya ular kobra yang mulai bermunculan di luar rumah saat musim hujan tiba, spesies ini dikenal sebagai predator puncak dengan bisa yang mematikan.
Di Indonesia ular ini sering disebut ular lanang atau king kobra. Sedangkan di beberapa daerah, namanya adalah “oray totog” (Sundai), “tedung selor” atau “tedung selar” (Melayu) dan “ula anang” atau “dumung enthong” (Jawa).
Penelitian terbaru mengungkap bahwa ular ini sebenarnya terdiri dari empat spesies berbeda, masing-masing memiliki karakteristik dan tingkat bahaya berbeda.
Berikut penjelasan rinci mengenai keempat spesies ular kobra dan tingkat bahaya masing-masing spesies Nit.
Riset ILLINI NEWS
[dilindungi oleh kami] (rev/rev)