Jakarta, ILLINI NEWS – Praktik nepotisme kerap membuat marah masyarakat karena menghalangi orang-orang terbaik untuk bersaing dengan orang-orang pilihan mereka yang memiliki kekuasaan besar. Kejadian seperti ini tidak hanya terjadi di Indonesia modern, tapi juga terjadi ratusan tahun lalu, ketika Perusahaan Dagang India Timur (VOC) menguasai nusantara.
Salah satu kasusnya menimpa Willem Vincent Helvetius van Riemsdijk yang menjadi PNS pada usia 19 tahun. Meski dikenal sebagai “anak bodoh yang tidak tahu apa-apa”, ia mampu menduduki jabatan elit berkat bantuan ayahnya yang merupakan orang nomor satu di VOC, Gubernur Jenderal Jeremias. van Riemsdijk (1775-1777). Apa ceritanya?
Penjelasannya: Jeremiah van Riemsdijk adalah gubernur jenderal VOC pada tahun 1775-1777. Jauh sebelum berkuasa, Iremia awalnya berprofesi sebagai tentara.
Dia secara bertahap naik menjadi kepala saudagar atau kepala saudagar. Ia kemudian menjadi CEO VOC dan akhirnya naik menjadi orang nomor satu penuh waktu di perusahaan dagang tersebut.
Beberapa ahli sejarah VOC mengatakan bahwa jenjang karir Yeremia diraih melalui keberhasilannya membangun ikatan yang kuat dengan orang-orang penting di VOC. Salah satunya menjalin hubungan dengan Gubernur WOC ke-25, Adrian Valkenier.
Sejarawan Jean Gelman Taylor mengatakan dalam The Social World of Batavia (1983) bahwa Yeremia adalah sepupu Hadrian, sehingga proses kemajuan karier Yeremia tidak dapat dipisahkan dari jabatan dan bantuan pamannya.
Pada akhirnya, sejarah mencatat Jeremias sebagai Gubernur Jenderal VOC ke-30.
Hal serupa kemudian dilakukan Iremiah agar putranya bisa meraih kesuksesan yang sama. Dulu ia selalu diberi pil pahit karena pernikahannya tak selalu dikaruniai anak berumur panjang.
Sejarawan Mona Lokhanda menulis dalam The Magisters Regulated Batavia (2007): “Ia mempunyai banyak anak dari banyak wanita. Umumnya ia meninggal pada masa kanak-kanak atau belum mencapai usia 20 tahun hingga ia mencapai usia 20 tahun.”
Satu-satunya anak yang berumur panjang adalah Willem Vincent Helvetius van Riemsdijk. Dari sini dia sangat menyukai Willem.
Misalnya saja pada tahun 1771, atau saat berusia 19 tahun, Willem diangkat oleh ayahnya sebagai pegawai negeri sipil untuk menduduki jabatan kepala saudagar di VOC. Ayahnya sendiri baru mampu memegang posisi tersebut pada usia 30 tahun.
Penunjukan William tentu menuai kontroversi. Intinya dia tidak layak jadi PNS karena masyarakat umum menganggapnya bodoh dan cuek. Namun rumor tersebut pada akhirnya tidak berpengaruh pada karier Willem. Bahkan karirnya terus menanjak.
Mulai dari kepala pedagang, penjaga pintu, pimpinan instansi/lembaga, pimpinan instansi/lembaga, komisaris perusahaan, hingga anggota dewan. Semuanya tercapai dalam waktu singkat dan pada saat yang sama ayahnya memegang jabatan penting di lingkungan VOC.
“Meski mengenyam pendidikan di Batavia dan mempunyai reputasi ‘bodoh dan cuek’, dia (Willem) diangkat menjadi anggota dewan pada tahun 1799,” tulis Jean Taylor.
Sejarawan Mona Lokhanda mengaku membangun kekayaan selama menjabat, menjadikan keluarga Riemsdijk salah satu keluarga terkaya di Batavia.
Tercatat, dia memiliki tanah di tempat yang kini bernama Tana Abang. Luasnya 5 hektar. Seiring berjalannya waktu, lahan tersebut menjadi Museum Taman Prasasti. Apalagi ia memiliki tanah yang luas di wilayah Bogor dan banyak kapal dagang besar.
Karier William berakhir pada 14 Februari 1818. Ia meninggal dan dimakamkan di Tanah Abang. (mfa/mfa) Simak videonya di bawah ini: Video: Lagu tentang Prospek Usaha Produk Perawatan Rambut Lokal Go Global Artikel selanjutnya Asal Nama Pondok Gede, Kisah Satpam yang Dipukul Majikannya