Catatan: Artikel ini merupakan pendapat pribadi penulis dan tidak mencerminkan pandangan Dewan Redaksi illinibasketballhistory.com
Setelah Muhammadiyah sepakat mengelola konsesi pertambangan yang sebelumnya dikuasai organisasi Islam Nahdlatul Ulama (NU), masyarakat memberikan keuntungan dan kerugian berbeda terhadap keputusan dua ormas Islam terbesar di Indonesia tersebut. Tawaran pemerintah pusat untuk membolehkan ormas Islam mengelola konsesi pertambangan menjadi perhatian serius masyarakat, termasuk basis masing-masing kedua ormas tersebut.
Keputusan ini tidak hanya berdampak pada nilai ekonomi yang dicapai, namun juga berdampak besar pada aspek etika, ekologi, dan sosial masyarakat. Langkah untuk menerima izin pertambangan harus melalui kajian yang kuat terhadap naskah akademis dan mendengarkan aspirasi warga serta disesuaikan dengan kemampuan masing-masing ormas untuk menerimanya. Perlunya kajian akademis dan survei yang kuat terhadap ormas Islam seperti NU dan Muhammadiyah, sebelum menerima tawaran konsesi pertambangan dari pemerintah, perlu dilakukan kajian akademis ilmiah yang kuat dan pemilihan akar rumput di setiap ormas Islam sebelum memutuskan dan serius melaksanakannya. dia .
Hal ini tidak hanya berdasarkan musyawarah dan mufakat antar pengurus organisasi di masing-masing ormas, namun juga pentingnya mengukur kesesuaian dan kapasitas organisasi dengan mengkaji secara akademis dan mendengarkan pendapat masing-masing anggota ormas.
Tidak dapat dipungkiri bahwa Ormas NU mempunyai pengalaman di dunia kemasyarakatan, pendidikan dan kebijakan pemerintahan, termasuk Muhammadiyah yang sudah dikenal berkeliling dunia dalam dunia pendidikan, kesehatan dan sosial kemasyarakatan, penting untuk mendengar suaranya. mendasarkan dan mempertimbangkan nilai-nilai prinsip yang dianut, karena pertambangan merupakan suatu hal yang baru untuk dikelola.
Pertambangan merupakan lahan bisnis dan sarat dengan kepentingan politik. Pengalaman kehadiran perusahaan pengelola konsesi pertambangan semakin menambah eksternalitas negatif terkait dampak dan kerugian lingkungan bagi negara.
Ormas Muhammadiyah dan NU belum memiliki pengalaman ahli di bidang pertambangan. Hal ini berdampak pada beralihnya fokus utama ormas Islam dari pembinaan masyarakat sepanjang koridor Islam menjadi menjalankan usaha yang mempunyai risiko tinggi.
Permasalahan yang muncul adalah kecenderungan korupsi dan kerusakan lingkungan. Misalnya saja isu penambangan timah yang akhir-akhir ini merugikan negara sebesar Rp 271 triliun dan dampak lingkungannya sangat besar selain keuntungan yang didapat (Kompas, 2024).
Studi ekonomi berdasarkan teori permainan menunjukkan bahwa ketika dua orang atau lebih bekerja sama, akan sangat sulit untuk menciptakan kesepakatan. Hal ini berlaku bagi ormas Islam seperti gerakan sosial yang tidak memiliki fokus bisnis pengelolaan pertambangan yang bekerjasama dengan pemerintah dan unit bisnis untuk berbisnis.
Terdapat kecenderungan masing-masing pihak menolak atau menyimpang dari kesepakatan awal. Jadi, ini berlaku bagi pemerintah dan ormas Islam sebelum mereka berkolaborasi dalam praktik pertambangan. Manfaat Ormas Islam yang mengelola tambang. Keunggulan Ormas Islam pengelola pertambangan adalah memiliki aset yang tetap secara operasional dan lebih mandiri dalam pengelolaan kelembagaan. Segala pendapatan yang dimiliki oleh ormas dapat diarahkan untuk menjalankan fungsinya secara lebih optimal, termasuk pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat secara lebih maksimal.
Namun pengelolaan yang dilakukan harus transparan, bertanggung jawab dan dapat dipertanggungjawabkan dengan akuntansi yang teratur dan adil. Selain itu, program pemberdayaan yang dijalankan oleh ormas Islam lebih optimal dan produktif sehingga dapat meningkatkan perekonomian masyarakat.
Pengelolaan tambang yang baik oleh ormas Islam akan berdampak pada pemerataan ekonomi, membangun infrastruktur daerah lebih cepat, memperkuat komunitas lokal dan mengembangkan ekonomi syariah yang lebih luas. Oleh karena itu pengelolaannya dilaksanakan sesuai dengan amanat konstitusi untuk mensejahterakan masyarakat. Kekurangan Ormas Islam mengelola tambang. Pertama, dampak negatif organisasi Islam yang selalu ditimbulkan oleh pertambangan adalah munculnya konflik kepentingan antar pemimpin. dan pejabat terkait. Dampak lebih rasional yang terjadi adalah penyalahgunaan wewenang, dan adanya kecenderungan munculnya korupsi yang melibatkan elite Ormas Islam sehingga menurunkan kepercayaan para pengikutnya.
Hingga saat ini, setiap tahunnya negara terus mengalami kerugian akibat pertambangan yang terjadi. Data tahun 2020 menunjukkan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menerima PNBP kurang dari 2019 sebesar Rp 205,38 miliar (Bisnis.com, 2021). Masih tingginya kasus korupsi di sektor pertambangan dan peran serta elite ormas Islam menyebabkan ormas Islam fokus menyampaikan Dakwah Islam dan beralih ke dunia usaha yang sarat kepentingan praktis.
Berikutnya, Ormas Islam saat ini belum memiliki pengalaman mengelola sumber daya alam, seperti pertambangan, untuk dijadikan barang komersial. Penambangan ini memiliki risiko kerusakan lingkungan yang tinggi.
Eksplorasi dan eksploitasi sumber daya mineral tidak sesuai dengan nilai-nilai luhur pemilik ormas. Kerusakan lingkungan tidak bisa dihindari, sehingga ormas Islam dalam sejarah disebut sebagai ormas yang mengutamakan kepentingan mendesak untuk mengambil nilai ekonomi dari praktik bisnis yang rawan permasalahan kepentingan dan tindakan menyimpang. (miq/miq)