Jakarta, ILLINI NEWS – Kematian akibat bunuh diri lebih banyak terjadi pada hari Senin dibandingkan hari lainnya. Hal ini merupakan hasil survei global yang dilakukan selama hampir empat dekade.
Selain itu, risiko bunuh diri juga meningkat di Tahun Baru, seperti dilansir Euronews, Sabtu (16/11/2024).
Meskipun semua negara mengalami puncak risiko bunuh diri pada hari Senin, terdapat perbedaan regional di seluruh dunia.
Menurut penelitian yang diterbitkan oleh BMJ, yang menganalisis 1,7 juta kasus bunuh diri di 26 negara dari tahun 1971 hingga 2019, kasus bunuh diri di negara-negara Amerika Utara; Asia; di Eropa jarang terjadi pada akhir pekan.
Di sisi lain, angka bunuh diri di akhir pekan justru meningkat di Amerika Selatan dan Tengah; Finlandia; di Afrika Selatan.
Negara-negara Eropa yang termasuk dalam survei ini antara lain Republik Ceko, Estonia, Finlandia, Jerman, Italia, Rumania, Spanyol, Swiss, dan Inggris.
Masih belum jelas apa yang menyebabkan perilaku ini. Namun, para pelajar melaporkan bahwa meningkatnya tekanan kerja di awal minggu, konsumsi alkohol di akhir pekan, dan isolasi sosial menjelang hari libur, terutama di kalangan laki-laki, mungkin menjadi penyebabnya.
Associate Professor Sosiologi Universitas Nottingham, Brian O’Shea, menjelaskan tingginya risiko bunuh diri di tahun baru antara lain karena rasa takut atau cemas yang terkadang disertai rasa lapar.
“Mungkin hal yang logis adalah orang-orang minum lebih banyak pada Tahun Baru dibandingkan sebelumnya. Jika Anda sudah memiliki masalah emosional dan penarikan fisiologis dari alkohol secara visual, hal itu bisa menjadi lebih buruk dan membuat Anda kewalahan,” kata O’ Shea.
“Risikonya mungkin lebih buruk bagi laki-laki, yang minum lebih banyak dan memiliki jaringan sosial yang lebih lemah dibandingkan perempuan,” tambahnya.
Risiko bunuh diri pada Tahun Baru juga berbeda-beda di setiap negara, dengan tingkat risiko terendah di Jepang dan tertinggi di Chili.
Para peneliti juga meneliti dampak Tahun Baru Imlek di Tiongkok, Korea Selatan, dan Taiwan. Alhasil, risiko bunuh diri pada hari ini hanya menurun di Korea Selatan.
Sejauh ini, belum ada kesimpulan universal mengenai risiko bunuh diri di Hari Natal. Jumlah kasus bunuh diri pada Hari Natal meningkat di negara-negara Amerika Tengah dan Selatan serta Afrika Selatan. Namun, angka tersebut menurun di Amerika Utara dan negara-negara Eropa.
Jumlah kasus bunuh diri sedikit menurun pada hari libur nasional lainnya, meski terkadang meningkat satu atau dua hari setelahnya.
Para penulis mengatakan bahwa hubungan keluarga dan interpersonal yang kuat dapat membantu menjelaskan rendahnya risiko bunuh diri selama liburan, namun diperlukan lebih banyak penelitian karena tingkat bunuh diri bervariasi dari satu negara ke negara lain.
Martin Ploderl, psikolog dan peneliti pencegahan bunuh diri di Paracelcus Medical University di Austria, menjelaskan bahwa faktor-faktor seperti alkohol, isolasi, dan stres kerja mungkin penting atau kurang penting di beberapa negara tergantung pada keyakinan agama, hari libur, dan ekspektasi penting. tentang keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi.
“Kita perlu melihat lebih dekat berbagai permasalahan sosial di berbagai wilayah,” kata Ploderl.
Dia sebelumnya telah menjelaskan metode seperti itu di Austria. Hasilnya, ia menemukan bahwa jumlah orang yang melakukan bunuh diri meningkat pada hari Senin, selama musim semi dan musim panas, dan setelah hari libur besar.
Namun, jumlah kasus bunuh diri menurun pada akhir pekan dan pada bulan Desember, mencapai tingkat terendah pada Natal sebelum mencapai Tahun Baru.
“Studi baru ini adalah salah satu studi pertama yang melihat masalah ini secara global,” kata Ploderl.
Secara umum, katanya, temuan pada hari kerja mungkin tidak relevan bagi dokter kesehatan mental dan program pencegahan bunuh diri, namun memahami hari libur mana yang memiliki risiko bunuh diri tertinggi dapat membantu mereka merencanakan tindakan.
Sementara itu, O’Shea mengatakan hasil ini dapat memperkuat dukungan bagi pekerja pencegahan bunuh diri dan sumber daya darurat lainnya selama masa-masa kritis seperti Tahun Baru.
“Jika kita mengetahui hal ini pada tingkat epidemiologi atau populasi, itu berarti kita dapat menyediakan sumber daya untuk memberikan dukungan yang mungkin dibutuhkan masyarakat,” kata O’Shea.
“Ini bisa membantu mengurangi angka kematian [akibat bunuh diri],” tutupnya. (luar biasa / luar biasa) Tonton video di bawah ini: Video: Timnas Indonesia Raih Lima Rekor Usai Kalahkan Arab Saudi Berikutnya Bali Punya Angka Bunuh Diri Tertinggi di Indonesia, Apa yang Terjadi?