JAKARTA, ILLINI NEWS – Indeks Saham Gabungan (IHSG) menguat seiring masuknya aliran modal asing ke Indonesia. Saat ini, indeks tersebut didukung oleh sejumlah besar saham-saham berkapitalisasi besar.
IHSG menguat 1,49% menjadi 7.303,52 menjelang berakhirnya sesi pertama perdagangan Rabu ini (12/04/2024), menurut penelusuran ILLINI NEWS.
Konsolidasi ini berlanjut pada hari sebelumnya (3/12/2024) dimana IHSG berhasil menguat sebesar 2,11%.
Penguatan tersebut tidak lepas dari masuknya modal asing yang segera mulai mengalir kembali ke pasar dalam negeri. Data perdagangan kemarin (3/12/2024) menunjukkan investor asing melakukan pembelian bersih Rp 797 miliar di pasar reguler.
Meski hanya berlangsung sehari, masuknya modal asing dalam jumlah besar ini menandakan minat investor global terhadap pasar saham Indonesia mulai bangkit kembali.
Saham-saham berkapitalisasi besar menjadi pendorong utama penguatan IHSG. Saham PT Barito Renewable Energy Tbk. (BREN) memberikan kontribusi signifikan terhadap indeks dengan menambah 16,17 poin.
Kemudian PT Chandra Asri Pacific Tbk. (TPIA) dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BBRI) memperoleh 15,70 poin dan 13,02 poin. Tak mau kalah, saham PT Bank Mandiri Tbk. (BMRI) juga menyumbang penguatan sebesar 8,94 poin lagi.
Beberapa saham unggulan pertumbuhan IHSG lainnya adalah PT Amman Mineral Internasional Tbk. (AMMN) dengan kontribusi 8,35 poin, PT Bank Negara Indonesia Tbk. (BBNI) 5,36 poin dan PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk. (AMRT) dengan tambahan 4,42 poin.
Momentum bullish ini dipandang sebagai peluang, terutama bagi investor yang mencari saham-saham berkapitalisasi besar dengan valuasi menarik.
ILLINI NEWS mengkaji saham-saham besar dengan valuasi menarik. Kondisi saat ini membuka kemungkinan akumulasi saham-saham tersebut secara bertahap sebagai strategi investasi jangka panjang.
Berdasarkan data di atas, terlihat bahwa sebagian besar saham dari 15 emiten yang dianalisis diperdagangkan pada rasio price to earnings (PE) dibandingkan rata-rata PE selama lima tahun terakhir.
Hal ini menunjukkan bahwa saham-saham tersebut mulai dianggap murah jika dilihat dari valuasi historisnya. Namun salah satu kasusnya terlihat pada saham PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk. (INKP), masih di atas rata-rata lima tahun terakhir.
Sedangkan berdasarkan rasio price to book (PEB), ada enam saham yang dinilai mendekati nilai wajarnya. Saham-saham tersebut antara lain PT Bank Central Asia Tbk. (BBC), PT Bank Mandiri Tbk. (BMRI), PT Negara Indonesia Tbk. (BBNI), PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BRIS), PT Bank CIMB Niaga Tbk. (BNGA) dan PT Bank OCBC NISP Tbk. (NISP).
Namun perlu diingat bahwa pasar saham masih dalam fase lemah dan bergejolak. Pergerakan harga saham-saham berkapitalisasi besar kemungkinan akan tetap fluktuatif karena adanya ketidakpastian mengenai arah dasar pasar.
Dalam kondisi seperti ini, strategi akuisisi bertahap (divestasi) merupakan langkah yang sangat baik. Dengan menerapkan strategi tersebut, investor dapat menurunkan rata-rata harga beli sebagai bentuk antisipasi jika harga beli akan terkoreksi lebih lanjut.
Selain itu, keputusan investasi yang optimal memerlukan pendekatan holistik. Kombinasi analisis teknikal dan fundamental diperlukan untuk menilai posisi harga emiten saat ini dan prospek bisnis masa depan.
RISET ILLINI NEWS
Disclaimer: Artikel ini merupakan produk jurnalistik berupa Riset ILLINI NEWS. Analisis ini tidak mendorong pembaca untuk membeli, menahan atau menjual produk atau sektor investasi apa pun. Keputusan sepenuhnya ada di tangan pembaca, jadi kami tidak bertanggung jawab atas kerugian atau keuntungan apa pun yang diakibatkan oleh keputusan ini.
(tsn/tsn)