JAKARTA, ILLINI NEWS – Perencanaan keuangan merupakan kunci kebebasan finansial bagi setiap individu. Ada banyak cara untuk meningkatkan keterampilan keuangan, namun semuanya memerlukan pemahaman yang baik tentang literasi keuangan.
Untuk itu ILLINI NEWS bersama Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) menyelenggarakan kelas Money Goes to Campus dengan topik “Implementasi Keuangan Terencana Masa Depan” pada Kamis, 14 November 2024, di Auditorium Universitas Ekonomi Indonesia dan Fakultas Bisnis. (UI).
Acara tersebut dihadiri oleh tiga narasumber yang profesional di bidangnya masing-masing yaitu Direktur Eksekutif Sumber Daya Manusia dan Administrasi LPS Rudi Rahman, Founder Scarlet Felicia Angelista dan Pakar Keuangan ILLINI NEWS Ay Ahmad Hidaya. Beberapa mahasiswa UI dari berbagai jurusan seperti Akuntansi, Manajemen, Ekonomi, Bisnis Islam dan lain-lain tampak mengikuti dengan sangat antusias.
Mengawali acara, Direktur Eksekutif Sumber Daya Manusia dan Administrasi LPS, Rudi Rahman menjelaskan pentingnya masyarakat mengetahui profil risiko masing-masing sebelum memutuskan untuk menabung atau berinvestasi.
Menurutnya, baik tabungan maupun investasi dapat meningkatkan keuangan seseorang. Oleh karena itu, masyarakat harus mengetahui lebih banyak tentang ciri-ciri menabung dan berinvestasi.
Tabungan merupakan bagian pendapatan yang tidak dimanfaatkan secara maksimal. Tabungan dimaksudkan untuk lebih dari tujuan utama. Sedangkan investasi adalah pembelian aset dengan tujuan meningkatkan pendapatan di masa depan. Tujuan utama investasi adalah mendapatkan return.
“Jadi (saat) kita investasi, cek saja, pengetahuan keuangan kita cukup baik, kemampuan engagement kita cukup baik, maka sekarang tinggal cek perusahaannya melalui OJK,” ujarnya.
Kemudian sesi kedua diisi oleh Felicia Angelista yang merupakan seorang seniman dan pengusaha serta Ayy Ahmad Hidayah yang merupakan pakar keuangan dari ILLINI NEWS.
Sebelum sesi kedua dimulai, ILLINI NEWS melakukan survei mengenai hambatan terbesar dalam mencapai tujuan finansial seseorang. Akibatnya, mayoritas atau sekitar 33% generasi sandwich, 28% tidak mempunyai cukup uang, 27% mempunyai gaya hidup konsumeris dan 12% kesulitan menabung atau berinvestasi.
Menanggapi hal tersebut, Felicia berbagi pengalamannya dalam mencapai tujuan finansial. Salah satunya adalah pengelolaan keuangan yang efektif. Ia menyadari bahwa perencanaan keuangan penting agar keuangan stabil dan aman dalam jangka panjang. Karena pengelolaan uang bukanlah hal yang mudah.
“Jadi misalnya mengatur uang pasti sulit karena keinginan biasanya lebih brutal daripada kebutuhan. Sebenarnya kebutuhan kita terpenuhi, tapi keinginan itu membuat kita kesulitan mengelola uang apalagi menabung,” kata Felicia.
Lebih jauh lagi, Felicia menemukan, penting untuk mengetahui apa yang menjadi prioritas dan apa yang tidak, atau sekadar FOMO, dalam hal pengelolaan uang. Ia mengaku selalu mengutamakan kebutuhan finansial dan mengesampingkan masalah emosional.
Felicia pun menegaskan, perlu konsistensi untuk menabung. Dalam hal ini, kegiatan menabung harus terus dilakukan, baik dalam jumlah besar maupun kecil.
Sementara itu, Ai menegaskan, tingkat literasi keuangan di Indonesia relatif rendah dibandingkan negara maju. Pasalnya, indeks literasi keuangan di negara maju rata-rata di atas 90%.
Sekadar mengingatkan, Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) tahun 2024 menunjukkan indeks literasi keuangan penduduk Indonesia sebesar 65,43%. Sedangkan indeks inklusi keuangan sebesar 75,02%.
“Melek huruf kita masih berkisar 65%, jadi sebenarnya masih sangat rendah. Kalau negara maju rata-rata di atas 90%, Singapura 98%, Jepang 98%, jadi rata-rata di atas 90%,” kata Ai.
Pencapaian angka inklusi keuangan di Indonesia sebenarnya sudah bagus, lanjutnya. Namun pendidikan keuangan di masyarakat perlu dikembangkan dan ditingkatkan. Pasalnya, sebagian orang membeli produk keuangan hanya atas dasar undangan atau sekadar mengikuti rekan kerja.
Padahal, ketika membeli suatu produk keuangan, baik berupa investasi maupun asuransi, sebaiknya memperhatikan fitur-fiturnya terlebih dahulu. Sebab membeli produk keuangan secara sembarangan akan menimbulkan kerugian.
Untuk itu, masyarakat harus diedukasi ketika ingin membeli suatu produk keuangan. Tujuannya adalah untuk memastikan stabilitas keuangan jangka panjang. Ai juga menekankan bahwa tidak ada kata terlambat untuk belajar atau berinvestasi sampai seseorang sesuai dengan profil risiko yang relevan (lihat video dpu/dpu di bawah: Video: Investor Klien Kaya Berinvestasi saat Fed Memperingatkan Bunga Pemotongan Suku Bunga Artikel berikutnya). Mengabaikan 4 Fakta Ini Bisa Bikin Anda Miskin!