illini news Gurita Bisnis Salim Kuasai Ritel, Data Center Hingga Tambang RI

Jakarta, ILLINI NEWS – Konglomerat Anthoni Salim dan keluarganya dikenal dengan manuvernya di berbagai sektor yang menggerakkan pasar saham dalam negeri. Melalui Grup Salim, Anthoni Salim mengelola beberapa emiten besar Indonesia, mulai dari sektor barang konsumsi hingga perbankan, perkebunan, dan pertambangan.

Generasi pertama keluarga Salim yakni ayah Anthoni Salim, Liem Sioe Liong (Sudono Salim), sebelumnya merupakan pemegang saham pengendali bank terbesar di Indonesia (berdasarkan kapitalisasi pasar) yaitu PT Bank Central Asia Tbk. BBCA).

Namun Grup Salim terpaksa kehilangan sebagian besar sahamnya di BBCA ketika krisis keuangan melanda Indonesia pada tahun 1998. Saat itu, bank yang memiliki aset Rp 1,228 triliun itu mengalami nasib bank yang dijalankan oleh nasabahnya ketika Sudono Salim dilaporkan tewas dan pecah kerusuhan Mei 1998.

Likuiditas yang mengering akibat menurunnya dana pihak ketiga (DPK) membuat pemerintah harus mengambil alih BBCA, memberikan suntikan modal, dan menata ulang di bawah Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN).

Saat itulah Grup Salim kehilangan kendali atas BBCA dan kini berpindah tangan ke Grup Djarum milik Hartono bersaudara yang dipimpin oleh PT Dwimuria Investama Andalan.

Namun, pasca hilangnya BBCA, kesuksesan kelompok Salim tidak merosot. Kuncinya adalah memperluas dan mendiversifikasi bisnis.

Hingga saat ini, ia memiliki dua emiten konsumen sebutan Grup Salim paling terkenal, yakni PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) dan anak usahanya PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP).

Sebagai perusahaan induk, INDF memiliki 80,53% saham ICBP yang menjual berbagai produk makanan dan minuman yang pastinya sudah tidak asing lagi bagi konsumen Indonesia.

Berbagai merek ICBP di berbagai segmen antara lain Indomie & Pop Mie kategori mie instan, Susu Indomilk, Snack Chitato hingga Qtela, aneka bumbu merek Indofood mulai dari saus, kecap dan bumbu, merek SUN hingga makanan bayi di bawahnya. berbagai merk minuman kemasan seperti air mineral Club dan Ichi Ocha pada kategori minuman kemasan rasa.

Segmen bisnis Indofood tidak hanya mencakup convenience food tetapi juga bahan makanan seperti gandum dengan merek Cakra Kembar, Segitiga Biru, Kunci Biru, Lecana Merah dan Taj Mahal. Lalu ada segmen usaha yang bergerak di bidang usaha minyak nabati dan margarin dengan merek ternama seperti Bimoli, Delima, Happy, Palmia dan Amanda.

INDF sendiri, sebagai perusahaan induk dengan 50,07% sahamnya, juga dimiliki oleh keluarga Salim di First Pacific Co yang terdaftar di Hong Kong. Melalui perusahaan investasi yang ditunjuknya, Salim Group memiliki lebih dari 40% saham First Pacific, yang memiliki kapitalisasi pasar sebesar HKD 12,51 miliar.

Di Indonesia, selain INDF dan ICBP, portofolio bisnis Grup Salim sangat beragam, dengan kepemilikan langsung dan tidak langsung pada perusahaan publik dan swasta.

Di segmen konsumen lainnya, perusahaan “Tbk” yang juga berasosiasi dengan keluarga Salim merupakan perusahaan roti yang menggunakan merek Sari Roti yaitu PT Nippon Indosari Corpindo Tbk (ROTI).

Keluarga Salim memiliki 25,77% saham ROTI melalui PT Indoritel Makmur Internasional Tbk (DNET).

Selain itu, Salim bersama keluarga Gelael memiliki 35,84% saham Indonesia Fast Food (FAST), emiten pengendali KFC di Indonesia, melalui DNET.

Jejak bisnis keluarga terkaya ketiga di Indonesia ini juga terlihat dari bisnis minyak nabati di bawah bendera PT Salim Ivomas Pratama Tbk (SIMP) yang dimiliki oleh INDF dan Indofood Agri Resources.

Selanjutnya di sektor perkebunan kelapa sawit, keluarga Salim juga memiliki perusahaan bernama PT PP London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP) yang kepemilikannya sebesar 59,48% melalui SIMP.

Bisnis Salim Group berkembang melampaui industri otomotif melalui PT Indomobil Sukses Internasional Tbk (IMAS) dan anak perusahaannya PT Indomobil Multi Jasa Tbk (IMJS).

FYI: 91,97% saham IMJS dikuasai oleh IMAS, dan hampir 50% saham IMAS dimiliki oleh Gallant Venture, perusahaan publik Singapura yang sahamnya dikendalikan oleh Salim dan Parallax Group, kesepakatan dengan nilai kapitalisasi hampir S$732,3 juta .

Selain itu, di sektor konstruksi dan engineering, Grup Salim memiliki 74,65% saham di PT Nusantara Infrastructure Tbk (META) melalui PT Metro Pacific Tollways Indonesia.

Asal tahu saja, Metro Pacific Tollways Indonesia merupakan anak perusahaan Metro Pacific Investment Corporation (MPIC), perusahaan publik yang terdaftar di Bursa Efek Filipina, yang juga dikendalikan oleh Salim dan keluarganya.

Pengambilalihan bisnis dari pimpinan Indofood ini sudah terbukti di sektor lain, terutama di sektor energi melalui kepemilikannya di PT Medco Energi International Tbk (MEDC) milik grup Salim.

Di perusahaan yang dipimpin Arifin Panigoro ini, 21,46% sahamnya dimiliki oleh perusahaan Singapura bernama Diamond Bridge yang juga dimiliki oleh keluarga Salim.

Portofolio investasi Grup Salim selanjutnya adalah pada emiten data center PT DCI Indonesia Tbk (DCII) yang didirikan oleh Otto Sugiri. FYI: DCII adalah salah satu perusahaan besar di pasar modal Indonesia.

Diluncurkan pada 6 Januari 2021, harga saham perseroan naik ribuan persen sejak melakukan penawaran umum perdana (IPO) hingga kapitalisasi pasarnya menembus Rp 100 triliun.

Sebelumnya Grup Salim melalui Anthoni Salim memiliki 72,29 juta saham DCII, namun pada akhir Mei 2021, Anthoni Salim menambah kepemilikannya dengan membeli 192,7 juta saham DCII dengan modal hingga Rp 1 triliun sehingga kepemilikannya meningkat menjadi 11,12%. .

Kendaraan keluarga Salim di bidang keuangan adalah perusahaan asuransi jiwa dan dana pensiun bernama PT Indolife Pensiontama. Melalui perusahaan asuransi ini, keluarga Salim memiliki berbagai saham perbankan dalam portofolionya.

Sekadar informasi, PT Indolife Pensiontama mempersempit saham PT Bank Mega Tbk (MEGA) milik pengusaha nasional Chairul Tanjung sebesar 4,74% pada 31 Desember 2022.

Perusahaan perbankan Chairul Tanjung lainnya yang beroperasi sebagai bank digital, yakni PT Allo Bank IndonesiaTbk (BBHI), juga 6% dimiliki oleh keluarga Salim melalui kendaraan bernama PT Indolife Investama Perkasa.

Setelah kehilangan kendali atas BBCA 2 dekade lalu saat krisis keuangan, keluarga Salim kini kembali menguasai sebuah bank yaitu PT Bank Ina Perdana Tbk (BINA).

Informasi yang dirilis Bank Ina Perdana pada 10 Januari 2020 yang diungkapkan oleh Presiden dan Direktur Bank Ina Daniel Budirahayu serta Chief Compliance Officer Bank Ina Wardoyo menyebutkan bahwa Grup Salim telah resmi menjadi pemegang saham utama atau pengendali utama. Pemegang saham PT Bank Ina Perdana Tbk (BINA) (PSPT) dengan pemilik Bali United Pieter Tanuri.

Dalam keterbukaan informasi tersebut diungkapkan informasi faktual terkait yaitu adanya perubahan struktur pemegang saham Bank Ina, dimana PT Indolife Pensiontama, perusahaan grup Salim, menjadi pemegang saham pengendali, yang sebelumnya hanya dimiliki oleh Pieter PT Philadel Terra. . Lestari. . Melalui PT Indolife Pensiontama, keluarga Salim menguasai 22,83% saham BINA.

Tak mau kalah, jejak bisnis Grup Salim juga merambah ke sektor teknologi dan media milik Eddy Kusnadi Sariaatmadja, yakni PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK) yang 9% sahamnya dimiliki oleh Anthoni Salim.

Salim juga bergabung dengan emiten pertambangan Indonesia. Grup Salim bergabung dengan dua emiten yang terafiliasi dengan Grup Bakrie, yakni emiten batu bara BUMI dan anak usahanya PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS).

Di BUMI, Grup Salim memasuki skema private penempatan melalui Mach Energy (Hong Kong) Limited (MEL) pada Oktober tahun lalu. Mach Energy (Hong Kong) Limited memiliki 45,78% saham BUMI pada akhir September 2023.

Komposisi pemegang saham MEL adalah 42,5% saham MEL dipegang oleh PT Bakrie Capital Indonesia. Clover Wide Limited kemudian memegang 15% sahamnya. Terakhir, Mach Energy (Singapura) Pte. Itu milik kft. (MPEL) 42,5% saham MEL.

Ya, Mach Energy Pte. Teo merupakan perusahaan yang berada di bawah grup Salim. Anthoni Salim memegang kendali penuh atas Mach Energy Pte. lebih. Ltd

Sementara Anthoni Salim menggunakan wahana investasi bernama Emirates Tarian Global Ventures SPV untuk bergabung dengan BRMS dengan kepemilikan saham terbesar di perusahaan tambang emas itu mencapai 25,10%.

Belakangan ini, Grup Salim bersama keluarga Panigoro dan Agoes Projosasmito (sering disebut-sebut dekat dengan grup Salim) menjadi pemegang saham produsen pertambangan emas-tembaga PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) yang go public. 7 Juli 2023

Saham AMMN meningkat 300 persen sejak penawaran umum perdana (IPO) dan memiliki kapitalisasi pasar (market cap) sebesar Rp 496,03 triliun per 2 November 2023, terbesar keenam di pasar saham.

Grup Salim sendiri bergabung dengan AMMN melalui PT Sumber Gemilang Persada (SGP) dan menjadi pemegang saham terbesar perseroan. Selanjutnya, Salim Group juga memiliki kepemilikan saham di Medco AMMN. Jembatan Berlian Pte. Ltd., sebagaimana disebutkan di atas, terkait dengan grup Salim dan merupakan pemegang saham Medco.

Selain itu, tentakel grup Salim juga bergabung dengan AMMN melalui PT Pesona Sukses Cemerlang (PSC), pimpinan KFC Indonesia, Fast Food Indonesia (FAST) dan Edie Herjadi yang namanya masuk dalam perusahaan milik Salim. Kelompok.

Pasca IPO, kepemilikan tidak langsung Anthoni Salim di AMMN mencapai 7,14%. Secara total, Grup Salim melalui beberapa tentakel bisnis diperkirakan menguasai 43,72%, disusul kemitraan Agus Projo melalui AP Investment sebesar 15,58%, disusul total kepemilikan tidak langsung keluarga Panigoro sebesar 14,96%.

Secara total, emiten yang terkait baik langsung maupun tidak langsung dengan Grup Salim, dengan kepemilikan saham kurang dari 10% hingga lebih dari 75% nilai kapitalisasi pasarnya, mencapai beberapa ribu triliun dan memiliki porsi signifikan terhadap total kapitalisasi pasar. IHSG. .

Dengan menjalarnya tentakel bisnis ke mana-mana, tak heran jika manuver Salim Group menarik perhatian dan kerap menjadi motor penggerak pasar dalam negeri. (fsd/fsd) Tonton video di bawah ini: Video: Alfamart Ungkap Alasan Utama Tutup 400 Toko di 2024 Artikel Selanjutnya Salim Group Akan Akuisisi Tambang Emas-Tembaga Australia 4.35T

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *