Jakarta, ILLINI NEWS – Hidup dikelilingi sungai membuat banyak masyarakat Kalimantan memiliki kebiasaan berenang di tepi air. Di bawah ini diambil salah satu warga di pinggir Sungai Barito, Kalimantan Tengah.
Warga yang belum disebutkan namanya ini memiliki hobi berenang di Sungai Barito. Ia melakukannya hampir setiap hari untuk tujuan rekreasi atau mencari sesuatu untuk dijual kembali. Namun suatu hari terjadi peristiwa yang mengubah kehidupan warga.
Suatu hari, pada bulan Desember 1954, dia berenang di sungai sepanjang 1.090 km. Tidak ada persiapan. Ia juga menikmati menyelam melalui lumpur yang menghalangi pandangannya.
Namun di tengah kegembiraan tersebut, tiba-tiba ia melihat sebuah benda bersinar. Objek tersebut kontras karena berada di tengah sungai yang gelap dan keruh. Ia segera mengambilnya dan pergi ke permukaan.
Saat dia menghirup udara dan menjernihkan matanya, dia terkejut melihat benda bercahaya. Ternyata harta karun tersebut sangat berharga yaitu berlian. Dia terbang ke darat dan menuju area penjualan. Dari sini diketahui berlian itu memiliki berat 30 karat, yang dijualnya seharga 500 ribu rubel.
Pada tahun 1954, 500k tidak bisa dianggap enteng. Dalam surat kabar harian Indonesia Raja (9 Juni 1954) terungkap bahwa harga 1 gram emas pada tahun 1954 bisa dibeli hanya dengan Rp 86. Artinya Rp 500 ribu. dapat membeli 5,8 kg emas. Jika dikonversikan, berarti berlian 30 karat bernilai Rp500.000 atau setara dengan 5,8 kg emas pada tahun 1954, dan bernilai Rp6 miliar saat ini.
“Tiba-tiba, orang yang tadinya miskin tiba-tiba menjadi orang yang sangat kaya,” tulis surat kabar Merdeka (24 Desember 1954).
Ternyata kejadian seseorang tiba-tiba menjadi kaya raya berkat ditemukannya berlian tidak hanya menimpa satu warga saja. Surat kabar Merdeka menyebutkan, banyak orang serupa di Kalimantan yang cukup beruntung mendapatkan berlian dengan karat berbeda. Mulai dari 22 karat hingga 50 karat yang dijual seharga 850 ribu rubel.
Dari banyaknya pemberitaan tersebut, muncullah profesi baru, yaitu pemburu berlian di sungai-sungai penghasil berlian di pulau Kalimantan
Penemuan berlian di Sungai Kalimantan bukanlah hal yang mengejutkan. Pasalnya Kalimantan sudah lama menonjol sebagai penghasil berlian.
Penjelajah Portugis Tome Pires dalam catatan perjalanannya yang bertajuk Suma Oriental mencatat keberadaan berlian di Kepulauan Khatulistiwa. Ia mengatakan, banyak kota pelabuhan di Kalimantan, seperti Banjar di Kalimantan Selatan atau Lowe di Kalimantan Barat, yang menjadikan intan sebagai komoditas ekspor.
Bahkan, berlian Kalimantan disebut-sebut sebagai berlian terbaik di dunia yang tidak bisa ditemukan di wilayah lain mana pun di muka bumi. Selain Pires, pegawai negeri asal Inggris Thomas Stanford Raffles juga menyampaikan hal serupa dalam karya besarnya History of Java (1817).
Saat menjadi orang nomor satu di Hindia Belanda pada tahun 1811-1816, ia melihat berlian bisa dengan mudah didapat di Kalimantan. Baik di sungai, di kaki bukit, bahkan di dataran. Padahal, menurutnya, semakin dalam bumi digali, maka kualitas berlian tersebut akan semakin baik.
Tak heran jika berlian menjadi objek eksploitasi bersama rempah-rempah yang dilakukan para penjajah. Tercatat sejak tahun 1738 Belanda mengekspor berlian dari tambang di Kalimantan senilai US$200.000 hingga US$300.000 setiap tahunnya. Semua berlian tersebut kemudian dijadikan perhiasan orang-orang terkaya di dunia.
Hingga saat ini, berlian Kalimantan masih mempesona. Aktivitas penambangan dan penjualan masih berlangsung. (mfa/sef) Tonton video di bawah ini: Video: lirik bisnis produk perawatan rambut lokal go global Artikel berikutnya Pembongkaran rumah, Desa Quli temukan emas Rp 5 miliar