Jakarta, ILLINI NEWS – Perang di kawasan Timur Tengah semakin intensif. Perang Arab kini meluas hingga ke Lebanon. Namun, meningkatnya perang Arab gagal merangsang sentimen positif pada minyak mentah WTI dan Brent global.
Nyatanya, memanasnya konflik di Timur Tengah tidak membuat harga emas hitam terangkat. Memang benar, banyak konflik terus berlanjut sejak pemboman tersebut, hampir semuanya melibatkan Israel. Diantaranya 8 Oktober 2023, perang Hamas-Israel, konflik Houthi di Laut Merah, ketegangan Iran-Israel, dan eskalasi konflik Israel-Hizbullah bulan lalu sebesar $71,77 per barel. dolar, sedangkan harga minyak WTI turun 7,3 persen. Sejak konflik meningkat pada 8 Oktober 2023, Brent anjlok 15,15% dan WTI anjlok 17,7%.
Menurut catatan Refinitiv, hingga akhir September, rata-rata harga minyak dunia mencapai 81,8 USD per barel Brent dan 77,6 USD per barel WTI. Pada tahun 2023, harga rata-rata minyak Brent akan menjadi $82,2 per barel dan $77,6 per barel WTI.
Masih ada beberapa komentar yang mempengaruhi harga minyak. Salah satunya adalah rencana OPEC+ untuk meningkatkan produksi minyak hingga Desember. Lalu ada kekhawatiran bahwa pertumbuhan ekonomi, permintaan minyak, terutama di Tiongkok, dan harga minyak yang lebih rendah, serta pengurangan produksi OPEC+, akan menghasilkan lebih sedikit minyak dibandingkan yang mereka gunakan secara global.
Badan Informasi Energi AS (EIA) kembali merevisi perkiraan minyak mentahnya karena “pergulatan kontroversial antara pasokan minyak global”.
Dalam Outlook Energi Jangka Pendek (STEO) tahun 2024, harga minyak mentah Brent rata-rata $89 per barel pada paruh kedua tahun 2024, naik dari $84 per barel pada paruh pertama tahun ini.
“Kami memperkirakan harga akan naik pada paruh kedua tahun ini jika perselisihan antara pemasok minyak global terus berlanjut,” kata laporan itu.
EIA memperkirakan pasokan minyak global akan turun sebesar 500.000 barel per hari pada paruh pertama tahun 2024 dan sebesar 700.000 barel pada paruh kedua tahun ini.
“Penurunan persediaan didorong oleh pengurangan produksi OPEC+, yang diperkirakan akan tetap pada tingkat saat ini hingga akhir September hingga awal Juni,” kata EIA.
Akibatnya, pada akhir tahun 2024, EIA memperkirakan Brent akan mencapai $86,37 per barel dan West Texas Intermediate (WTI) akan mencapai $82,03 per barel.
Badan tersebut memperkirakan bahwa pada tahun 2025, minyak Brent akan rata-rata $88,38 per barel, dan WTI akan rata-rata $83,88 per barel.
Sementara itu, produksi minyak AS diperkirakan rata-rata 13,25 juta barel per hari pada tahun 2024, naik dari 12,93 juta barel per hari pada tahun lalu. Sementara itu, produksi minyak bumi diproyeksikan mencapai 13,77 juta barel per hari pada tahun 2025.
Badan tersebut juga memperkirakan rata-rata produksi minyak global akan mencapai 102,43 juta barel per hari pada akhir tahun 2024 dan 104,6 juta barel pada tahun 2025.
Sementara itu, kebutuhan minyak global diperkirakan mencapai 102,91 juta barel per hari pada tahun 2024 dan 104,68 juta barel pada tahun 2025.
Perang Lebanon-Israel
Berdasarkan pemberitaan terkini pada Minggu (29//2024), 105 orang tewas dan 359 luka-luka kemarin akibat pemboman terus-menerus yang dilakukan Israel di Lebanon, kata Kementerian Kesehatan Masyarakat Lebanon.
Israel mengatakan pihaknya menargetkan operasi dan fasilitas Hizbullah ketika meningkatkan serangannya di Lebanon akhir pekan ini, menuduh kelompok pemberontak tersebut menggunakan warga sipil sebagai “perisai manusia”. Serangan tersebut meratakan bangunan tempat tinggal dan menghancurkan infrastruktur publik, sehingga memperparah krisis kemanusiaan di negara tersebut.
Israel membenarkan serangan besar-besarannya terhadap kota-kota Lebanon yang menyebabkan ribuan orang mengungsi. Israel melancarkan beberapa serangan udara di Lebanon.
Ratusan warga Lebanon terbunuh, ribuan lainnya terluka, dan ribuan lainnya melarikan diri, berjuang untuk menemukan tempat yang aman untuk membawa keluarga mereka.
Militer Israel menyebut bagian dari perang di Gaza ini sebagai “fase baru” dan mengatakan pihaknya telah mencapai lebih dari 1.000 sasaran di Lebanon, sebagian besar merupakan benteng Hizbullah atau instalasi militer di rumah-rumah warga sipil.
Israel juga mengatakan pihaknya menyerang Hizbullah untuk memulangkan warganya yang mengungsi ke utara.
Sebelumnya, Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant mengumumkan bahwa perang tersebut memasuki “fase baru” dan memindahkan “pasukan, sumber daya, dan energi” ke utara dan Hizbullah, yang tampaknya menandakan berakhirnya perang di Gaza.
Menurut Gallant, ini adalah bagian dari upaya untuk memulangkan 65.000 warga Israel yang diperintahkan untuk mengungsi dari rumah mereka di dekat perbatasan Lebanon pada hari-hari awal konflik sebelum serangan Hizbullah.
Meski serangan besar Hizbullah ini tidak pernah terjadi, Israel dan Hizbullah terus melakukan penembakan di perbatasan selatan Lebanon hingga Oktober 2023.
Hizbullah telah berjanji untuk melanjutkan serangannya sampai Israel mencapai gencatan senjata dengan sekutunya di Gaza, Hamas.
Dalam konferensi pers pada Senin (23/9/2024), juru bicara militer Israel tidak mengesampingkan invasi darat ke Lebanon dan mengatakan: “Kami akan melakukan apa pun yang diperlukan untuk mengembalikan semua warga negara kami ke perbatasan utara dengan aman.”
Survei ILLINI NEWS
[email protected] (dilihat/dilihat) Tonton video di bawah ini: Prabowo: Benar-benar Down, Tidak Bisa Ditawar!