Jakarta, ILLINI NEWS – Dalam beberapa tahun terakhir, Vietnam berhasil mendominasi ASEAN dan mengalahkan Indonesia di berbagai sektor. Saat ini, Vietnam menjadi negara dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi di ASEAN sebesar 7,09% selama tahun 2024.
Angka ini jauh di atas target pemerintah yang hanya sebesar 6,5%, dan pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan akan tetap berada pada kisaran 5% pada tahun 2024. Berbagai pencapaian Vietnam saat ini sejatinya merupakan buah manis dari kebijakan yang diterapkan negara komunis tersebut sejak tahun 1980-an.
Sekadar gambaran, setelah memperoleh kemerdekaan pada 2 September 1945, Vietnam menjadi medan pertempuran yang menjerumuskannya ke dalam jurang kemiskinan. Pada akhir perang tahun 1976, Vietnam praktis berada dalam kesulitan. Tingkat pengangguran sangat tinggi. Infrastruktur rusak parah.
Inflasi juga mencapai 900%. Banyak orang menderita kelaparan karena kurangnya lahan pertanian. Vietnam juga diembargo oleh banyak negara, sehingga semakin mengucilkannya dalam persaingan politik global.
Berbagai tantangan tersebut kemudian memaksa elite Hanoi menciptakan resep kebijakan ekonomi yang menjadi rahasia kesuksesan Vietnam saat ini. Apa ini?
Konsep ekonomi Doi Moi
Konsep ekonomi Doi Moi disebut pembaharuan dalam bahasa Indonesia. Didirikan pertama kali pada tahun 1986. Secara harfiah, peneliti Anya Baum dalam bukunya “Vietnam’s Development Success Story and the Unfinished SDG Agenda” (2020) menjelaskan Doi Moi sebagai transisi dari ekonomi terpusat ke ekonomi pasar dengan menggabungkan insentif pasar bebas. Melupakan dasar-dasar Vietnam sebagai negara komunis-sosialis.
Singkatnya, Doi Moi merupakan peralihan perekonomian ke pasar terbuka tanpa menghilangkan ciri-ciri perekonomian sosialis. Dalam sejarah, kebijakan perubahan perekonomian ke pasar terbuka sebenarnya dilakukan oleh Presiden Soeharto pada tahun 1966 untuk mengatasi permasalahan perekonomian yang diwarisi oleh Presiden Soekarno. Namun, kebijakan-kebijakannya serupa namun tidak identik. Soeharto, yang anti-komunis, sepenuhnya menghilangkan aspek-aspek komunis dalam perekonomian.
“Diawali dengan reformasi pertanian, Doi Moi membuka perekonomian terpusat, membuka pasar bebas dan perdagangan internasional, serta memulai reformasi yang berorientasi bisnis,” tulis Anja Baum.
Hal pertama yang diubah pemerintah adalah reformasi pertanian. Hal ini karena 70% masyarakat Vietnam menggantungkan mata pencahariannya pada sektor ini. Mulai dari pekerjaan hingga konsumsi nasi yang tinggi.
Secara umum, pemerintah melaksanakan reformasi pertanian dengan memberikan subsidi harga pertanian, memberikan lahan kepada petani, dan membangun irigasi.
Selain itu, peneliti Kosal Path menyatakan dalam “Asal Usul dan Evolusi Kebijakan Doi Moi Vietnam sejak 1986” (2020) bahwa setelah berakhirnya pertanian, pemerintah melakukan liberalisasi perdagangan dan membuka pintu seluas-luasnya bagi investor asing dan pengusaha lokal. Pemerintah komunis juga menjamin keamanan bisnis.
Selain itu, negara menghilangkan berbagai hambatan dan melepas wisman. Kemudian penguatan sektor fiskal dan makro (melalui devaluasi dong Vietnam dan pengurangan defisit anggaran), penghapusan birokrasi yang rumit, mitigasi korupsi, dan penguatan stabilitas politik.
Singkatnya, dalam waktu kurang dari satu dekade, Doi Moi telah membuahkan hasil yang nyata. Sejak diplomat Hong Anh Tuan tahun 1989, tiga tahun setelah Doi Moi, Vietnam tidak lagi mengalami krisis beras. Negara tersebut mengekspor beras sebanyak 1,4 juta ton.
Faktanya, sejarah mencatat bahwa Tiongkok merupakan eksportir beras terbesar di dunia selama bertahun-tahun setelah era komunis. Dan salah satu negara tujuannya adalah Indonesia yang sudah makmur ketika Doi Moi dirilis.
Sejak itu, Vietnam telah berhasil mengurangi kemiskinan secara signifikan. Awalnya 70% menjadi 32% pada tahun 2000an. Kemudian bisnis swasta berkembang, investasi asing masuk, dan anggaran negara tumbuh hingga pertumbuhan ekonomi melonjak.
Akhirnya, semuanya terungkap dalam 5-10 tahun terakhir. Sebuah negara miskin bernama Vietnam berhasil bangkit menjadi “raja” Asia Tenggara. Berbagai prestasinya berhasil mengalahkan negara lain, termasuk negara generasi 1945 bernama Indonesia Selatan.
Meski di sisi lain, kunci keberhasilan Vietnam yaitu Doi Moi justru mengakibatkan kesenjangan antara kapitalisme dan penduduk. Dengan kata lain, negara ini menjauh dari perekonomian komunis-sosialis yang asli. (mfa) Tonton video di bawah ini: Video: Kabar prospek bisnis perawatan rambut lokal mendunia