Catatan: Artikel ini merupakan pendapat pribadi penulis dan tidak mencerminkan pandangan staf redaksi illinibasketballhistory.com.
Obesitas merupakan masalah kesehatan umum yang terjadi pada semua kelompok umur di dunia. Obesitas biasanya disebabkan oleh tidak seimbangnya asupan makanan berkalori tinggi, kurangnya aktivitas fisik, dan konsumsi energi.
Menurut WHO pada tahun 2017, obesitas merupakan masalah epidemi yang menyebabkan lebih dari 9 juta orang meninggal akibat obesitas setiap tahunnya. Hasil penelitian Hasani-Ranjbar tahun 2013 menyatakan bahwa penyakit ini dapat menyebabkan peningkatan mortalitas dan morbiditas yang signifikan terkait penyakit jantung koroner, diabetes melitus 2, sindrom metabolik, stroke dan kanker.
Obesitas adalah suatu kondisi yang ditandai dengan penumpukan lemak berlebihan di jaringan adiposa. Kondisi ini disebabkan oleh ketidakseimbangan antara asupan makanan dan pengeluaran energi. Chooi dan Magkos, 2018 mengungkapkan kelebihan energi disimpan di jaringan adiposa dalam bentuk trigliserida, jika jumlahnya terus meningkat akan membahayakan kesehatan.
WHO (2018) menyatakan bahwa kondisi obesitas secara umum diklasifikasikan berdasarkan indeks massa tubuh (BMI) ≥ 30 kg/m2. Silakan periksa BMI atau BMI kita, apakah kita kelebihan berat badan atau tidak.
Bagaimana cara mengetahui BMI kita? Kami menimbang berapa berat kami dan kemudian mengukur tinggi badan kami dalam meter. Misalnya tinggi 150 cm dibuat menjadi 1,5 meter. BMI dikenal sebagai berat badan kita dalam kg dibagi tinggi badan kita dalam meter kuadrat. Contohnya, seseorang dengan berat badan 70 kg dan tinggi badan 1,5 meter memiliki BMI 31,1 yang dianggap kelebihan berat badan karena usianya sudah di atas 30 tahun. Tren obesitas di Indonesia Data epidemiologi menunjukkan bahwa prevalensi obesitas di seluruh dunia semakin meningkat. Pada tahun 2021, WHO menyatakan obesitas meningkat hampir tiga kali lipat sejak tahun 1975 hingga 2016. Berdasarkan data Riskesda tahun 2018, angka obesitas nasional berkisar 21,8% berdasarkan nilai indeks massa tubuh.
Riskesdas juga menunjukkan bahwa proporsi penduduk yang tidak aktif secara fisik sangat tinggi. Data menunjukkan angka obesitas pada orang dewasa di Indonesia mengalami peningkatan dari 14,8% pada tahun 2013 menjadi 21,8%. Prevalensi obesitas lebih tinggi pada perempuan (29,3%) dibandingkan laki-laki (14,5%). Prevalensi obesitas sentral pada penduduk usia ≥15 tahun saat ini sebesar 31%, dan prevalensinya lebih tinggi pada perempuan (46,7%) dibandingkan laki-laki (15,7%).
Proporsi penduduk dewasa Indonesia yang mengalami obesitas dengan BMI > 27 masing-masing mencapai 10,5%, 14,8%, dan 21,8% pada tahun 2007, 2013, dan 2018, sedangkan rata-rata proporsi penduduk obesitas sebesar 21,8%. Persentase tertinggi terdapat di Sulawesi Utara (30,2%) dan terendah di Nusa Tenggara Timur (10,3%) berdasarkan data Kementerian Kesehatan RI tahun 2018. Faktor Penyebab Obesitas William (2015) menyatakan bahwa obesitas merupakan suatu hal yang kompleks. penyakit. yang dapat disebabkan oleh kombinasi beberapa faktor, antara lain genetik, lingkungan, perilaku, sosial, dan ekonomi. Menurut Nicolaids (2019), selain faktor genetik, gaya hidup manusia yang sedikit aktivitas fisik dan pola makan yang buruk diyakini dapat merangsang patogenesis obesitas.
Koliaki (2018) menyatakan bahwa obesitas juga memberikan kontribusi terhadap penyakit lain, antara lain berkembangnya berbagai penyakit degeneratif seperti diabetes melitus 2, penyakit jantung koroner, penyakit kardiovaskular, berbagai jenis kanker dan masalah kesehatan lainnya yang menyebabkan kesakitan dan kematian.
Penyebab utama obesitas adalah ketidakseimbangan antara asupan energi dan pengeluaran energi. Menurut Park (2006), pasien yang kelebihan berat badan mempunyai perkembangan resistensi insulin yang lebih tinggi, yang ditandai dengan berkurangnya kemampuan insulin dalam menghambat pelepasan glukosa dari hati dan penyerapan glukosa pada jaringan lemak dan otot.
Hal ini sejalan dengan pernyataan Xin (2023) bahwa obesitas dapat menjadi faktor risiko terjadinya diabetes. Penelitian Abdulhadi dan Al-Mousa (2021) menyebutkan bahwa obesitas bertanggung jawab atas 80-85% perkembangan penyakit diabetes melitus 2. Angka kejadian obesitas sangat tinggi dan kontribusinya semakin meningkat terhadap berkembangnya penyakit degeneratif khususnya diabetes. Oleh karena itu, diperlukan upaya untuk mencegah, mengobati dan mengelola obesitas. Bagaimana cara mengobati diabetes? Mengingat tingginya angka kasus obesitas yang muncul saat ini, maka diperlukan penanganan obesitas dengan pendekatan terapeutik dan medis. Pencegahan dan pengobatan obesitas penting bagi sistem kesehatan untuk mengurangi kejadian obesitas dan kelebihan berat badan serta komplikasi terkait.
Penggunaan obat sintetik mempunyai efek samping bagi pasien, namun obat tersebut masih banyak digunakan di Indonesia. Penelitian Hasim (2020) menyatakan bahwa efek samping penggunaan obat sintetik antara lain asidosis laktat, anoreksia, detak jantung lambat, sakit kepala, nyeri otot dan hipoglikemia.
Permasalahan ini dapat diatasi dengan pengobatan alternatif yang relatif aman, ekonomis dan tidak menimbulkan efek samping, termasuk penggunaan bahan-bahan alami seperti herbal. Hasil penelitian Hasim (2023) dengan menggunakan metode meta-analisis menunjukkan 10 tanaman herbal Indonesia yang berpotensi menjadi anti obesitas, antara lain daun kelor (Moringa oleifera), daun kemangi (Ocimum basilicum) dan daun asam jawa (Tamarindus indica).
Kemudian buah asam gelugur (Garcinia atroviridis), rimpang lengkuas (Alpinia galanga), rimpang lengkuas (Kaempferia galanga), daun janggut kucing (Orthosipon aristatus), daun jambu biji (Psidium guajava), serai wangi (Cymbopogon nardus) dan Cambopogon nardus (Cymbopogon nardus). ). Diperlukan lebih banyak penelitian untuk melihat perkembangan terkini mengenai efek 10 herbal ini terhadap obesitas. (miq/miq)