illini news Ajaib, Bunga Ini Bangkitkan Semangat Warga Jepang Usai Dihajar Gempa

JAKARTA, ILLINI NEWS – Duka tidak selalu berakhir dengan keputusasaan. Bahkan di tengah puing-puing tragedi, harapan seringkali muncul secara tak terduga, bagaikan bunga matahari yang mekar di negeri bencana.

Di Kobe, Jepang, bunga ini tidak hanya menjadi pengingat akan kehilangan, tapi juga simbol keberanian untuk bangkit.

Haruka Kato merupakan salah satu dari 6.434 korban gempa dahsyat yang melanda Kobe pada 17 Januari 1995. Gempa berkekuatan 7,3 skala richter tersebut menewaskan lebih dari 6.400 orang dan menimbulkan kerugian sebesar US$100 miliar. 

Japan Times melaporkan bahwa dia meninggal pada usia 11 tahun, meninggalkan adik laki-lakinya Itsuka Kikuchi, yang selamat dari kehancuran rumah mereka. Bagi Kikuchi, bunga matahari yang mekar di bekas rumahnya awalnya menjadi beban emosional, ibarat kenangan yang terus menyibukkan dirinya.

Namun seiring berjalannya waktu, bunga tersebut menjadi simbol penyembuhan. Kini Kikuchi berbagi kisahnya kepada generasi muda, menjadikan bunga matahari bukan sekedar kenangan, tapi pelajaran keberanian di saat kehilangan.

Kisah serupa juga terulang pada tahun 2011. Gempa bumi dan tsunami melanda Fukushima, disusul bencana nuklir di pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima Daiichi. Bunga matahari sekali lagi memainkan peran penting dalam upaya mengatasi lingkungan yang terkontaminasi radioaktif.

Ribuan bunga matahari telah ditanam di Joenji, sebuah kuil Buddha di Fukushima, sebagai bagian dari sistem fitoremediasi yang menggunakan tanaman untuk menyerap zat berbahaya dari tanah dan air. “Bunga matahari sangat bagus dalam menyerap isotop radioaktif tertentu,” jelas pakar tanah Michael Blaylock dalam wawancara dengan Reuters (2011).

Tanaman ini telah terbukti secara ilmiah efektif menyerap isotop radioaktif seperti cesium dan strontium. Proses ini berhasil diterapkan di Chernobyl, di mana bunga matahari membantu mencemari air dan sebagian tanah setelah bencana nuklir tahun 1986.

Namun, keberhasilan di Fukushima terbatas karena perbedaan kondisi lapangan. Bahan mika dan tanah liat di Fukushima mempersulit cesium untuk keluar dari tanah, sehingga menantang efektivitas fitoremediasi.

Meski begitu, bunga matahari masih membawa harapan bagi masyarakat Fukushima. Penduduk setempat seperti Tomo menganggap menanam dan merawat bunga matahari bermanfaat secara emosional.

Kini bunga matahari telah menjadi simbol ganda dari keberanian penyembuhan dan janji teknologi alami. Di masa depan, metode fitoremediasi dapat terus dikembangkan untuk mengatasi permasalahan lingkungan yang kompleks.

ILLINI NEWS Studi Indonesia (Emb/Emb)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *