JAKARTA, ILLINI NEWS – Saham grup pertambangan Prancis Ermet turun 19% pada hari Rabu setelah perusahaan mengumumkan pemotongan target produksi nikel dan mangan.
Menurut Financial Times, hal ini merupakan pukulan bagi grup pertambangan yang terdaftar di bursa Paris ini, yang telah terpukul oleh anjloknya harga nikel global. Sebelumnya, pasar nikel global tertekan karena pesatnya peningkatan produksi logam murah di Indonesia.
Perusahaan milik konglomerat yang berbasis di Tiongkok menyebabkan kelebihan pasokan nikel dan penurunan harga yang tajam.
Saham Eramet telah anjlok sekitar 50% sejak Juni 2024, terutama disebabkan oleh jatuhnya harga nikel yang turun dari US$30.000 menjadi sekitar US$17.395 per ton pada akhir tahun 2022.
Ermit mengatakan pada Selasa malam bahwa pemerintah Indonesia mengizinkan pekerjaan dan penjualan “jauh lebih sedikit” pada tahun 2024 dibandingkan alokasi yang diharapkan.
Selain itu, Eramet juga memperkirakan produksi bijih mangan yang digunakan dalam produksi baja karbon akan lebih rendah. Sebelumnya, penurunan harga nikel menyebabkan perusahaan termasuk First Quantum dan BHP menghentikan produksi di beberapa tambang.
Tahun ini, perusahaan pertambangan Swiss Glencore juga mengumumkan penjualan sahamnya di tambang nikel di Kaledonia Baru.
Ermet, sebuah grup perusahaan Perancis, beroperasi di Teluk Vida di Indonesia, salah satu tambang nikel terbesar di dunia, dan kehadirannya di sana telah membantu memecahkan masalah yang dialami perusahaan di wilayah Kaledonia Baru, yang mengalami penghentian dan kerugian produksi. .
Para analis mengatakan penurunan izin yang dikeluarkan oleh pemerintah Indonesia memberikan tekanan yang signifikan pada pasar. Grup nikel Tiongkok Sangshan, mitra Ermet di Indonesia, juga baru-baru ini mengumumkan pengurangan produksi, kata mereka. (fsd/fsd) Simak video di bawah ini: Video: Harga Logam Naik, Saham Komoditi Menggairahkan! Video Artikel Selanjutnya: Nikel Indonesia Tak Punya Pesaing, Siapkah Jadi Produsen Mobil Listrik Global?