JAKARTA, ILLINI NEWS – Industri kehutanan Indonesia terus mengibarkan benderanya di pasar internasional, khususnya produk kertas, furnitur, dan berbagai hasil hutan lainnya.
Kualitas tinggi dan nilai unik dari setiap serat kayu tropis menjadikan Indonesia salah satu pemain terdepan. Menurut statistik dari Badan Pusat Statistik (BPS), ekspor hasil hutan Indonesia akan menjadi salah satu yang tersibuk dalam perdagangan internasional pada tahun 2023, dengan Tiongkok, Amerika Serikat, dan Jepang lebih menyukai produk dari kepulauan tersebut. Mencapai 17,19 juta ton, lebih tinggi 9,03% dibandingkan tahun sebelumnya yang tercatat 15,77 juta ton.
Nilai ekspor turun 10,20 persen, dari $14,21 miliar pada tahun 2022 menjadi $12,76 miliar pada tahun 2023, meskipun terjadi peningkatan volume ekspor. meminta
Tiongkok masih menjadi penghubung utama produk kehutanan Indonesia, dengan nilai ekspor mencapai US$5,8 miliar (Rp 88,13 triliun) pada tahun 2023, menyumbang 26,39 persen dari total ekspor. Sebagai kemitraan yang erat, hubungan bisnis ini terus berkembang.
Amerika Serikat dan Jepang juga tidak kalah pentingnya, dengan mencatatkan ekspor masing-masing senilai US$1,65 miliar dan US$1,24 miliar, memperkuat posisi Indonesia di pasar dunia.
Produk kertas merupakan salah satu hasil hutan lainnya. Ekspor mencapai 4,90 juta ton dan bernilai US$ 4,31 miliar pada tahun 2023, peningkatan volume sebesar 4,9% yang mencerminkan kuatnya permintaan global terhadap kertas Indonesia. Sebagai kertas yang selalu mencatat, faktur kertas ini mencatat perjalanan panjang industri kehutanan Indonesia.
Sementara itu, volume ekspor meningkat 13,66% menjadi 6,62 juta ton pada tahun 2023. Namun, penurunan harga di pasar dunia menyebabkan nilai ekspor turun 7,17% menjadi US$3,45 miliar. Bahwa setiap pertumbuhan selalu disertai tantangan.
Jika kertas dan pulp mewakili sebuah industri, maka furnitur kayu Indonesia merupakan industri yang memukau dunia. Sayangnya, penjualan furnitur akan menurun drastis sebesar 21,59% dan bernilai 24,61% menjadi $1,49 miliar pada tahun 2023. Namun, di balik tantangan tersebut, pengerjaan kayu membawa cerita berbeda. Volume produk mencatat peningkatan 7,30%, dengan 1,34 juta ton produk melintasi batas negara, sementara nilainya turun 6,55% menjadi $900,81 juta.
Selain itu, furnitur Indonesia juga terus diincar pasar internasional, khususnya China. Dengan bahan baku berkualitas seperti jati dan mahoni, ekspor furnitur mencapai 1,8 juta ton pada tahun 2023 dengan nilai US$ 2,7 miliar (US$ 1=15.915 dengan nilai tukar $41,1 triliun), naik dari 1,4 juta ton per tahun pada tahun 2020. . Produk furnitur kami telah menjadi simbol ketahanan dan keindahan yang semakin dicari-cari di dunia.
Tak hanya ekspor, industri kertas dan furnitur juga menunjukkan kontribusi signifikan terhadap devisa negara. Pada tahun 2023, devisa hasil hutan mencapai Rp. 231 triliun atau setara dengan peningkatan 12 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Pertumbuhan tersebut tentunya membawa angin segar bagi perekonomian, memberikan ruang bernapas bagi Indonesia di tengah tantangan perekonomian global.
Keberhasilan ini tidak lepas dari koordinasi antara pemerintah dan pemangku kepentingan industri dalam menjaga keseimbangan antara ekonomi dan lingkungan. Pengelolaan hutan lestari menjadi landasan yang menjamin kelestarian hutan Indonesia untuk generasi mendatang selain menghasilkan devisa negara.
Riset ILLINI NEWS[email protected] (emb/emb) Simak video di bawah ini: Prabowo: Turun Total, Tak Bisa Ditawar!