Jakarta, ILLINI NEWS – Jalan hidup manusia ibarat roda yang berputar. Terkadang karena kesenangan. Terkadang Anda juga menderita. Hal serupa terjadi pada pangeran Siam (sekarang Thailand) Paribatra Sukhumbandhu.
Sejak kecil hingga dewasa, Pangeran Paribatra hidup berkecukupan di istana kerajaan Bangkok. Namun pada tahun 1932, ia diusir dari istana dan harus membangun kehidupan baru sebagai tukang kebun sukses yang membangun taman bunga indah di Bandung.
Cerita apa?
Semula kehidupan pria kelahiran 29 Juni 1881 ini berjalan damai.
Sebagai putra Raja Chulalongkorn atau Rama V, ia hidup mewah di istana. Bahkan, ketika ia beranjak dewasa, ia mendapat jabatan khusus di PNS. Dalam Thailand: A Brief History (2004) ia dikenal sebagai komandan angkatan laut, menteri dalam negeri, dan penasihat raja.
Namun semua jasa dan keistimewaan tersebut berakhir pada tanggal 24 Juni 1932. Saat itu terjadi kudeta di kerajaan yang menggulingkan kekuasaan Rama V. Paribatra yang secara de facto merupakan bagian dari kerajaan, baik secara politik maupun politik. secara biologis. revolusi. Dia harus meninggalkan istana. Saudaranya diusir dari rumahnya yang ia tinggali selama 50 tahun.
Bingung mau tinggal di mana jika terjadi kecelakaan. Awalnya dia memutuskan untuk pergi ke Eropa, namun kemudian sejarah menulis berbeda.
Anak ke-33 Raja Rama V ini memutuskan menetap di Hindia Belanda pada Agustus 1932. De Indische Courant (6 Agustus 1932) mengabarkan sempat berkunjung ke Batavia sebelum akhirnya memilih menetap di kawasan Sipaganti, Bandung. Ia datang bersama istri, 5 orang anaknya dan beberapa orang lainnya.
Keputusan tinggal di Paris van Java dipilih karena suasana kota cocok untuknya sebagai pensiunan. Sejuk, tenang dan banyak pemandangan alam yang indah.
Meski dianggap sebagai tawanan di Thailand, Paribatra sangat dihormati di Hindia Belanda. Mereka yang menduduki jabatan tinggi masih menganggapnya sebagai orang yang hebat dan berjasa. Tak heran ia diberi kebebasan di Bandung.
De Indische Courant (22 Agustus 1933) melaporkan bahwa pejabat Hindia Belanda menyediakan tiga rumah besar di Bandung sebagai tempat tinggal Paribatra. Belakangan, sang pangeran menggunakan kediaman ini untuk aktivitas rahasianya: menjadi tukang kebun.
Sejarawan Bandung Harioto Kunto dalam bukunya Bau Bunga di Bandung Raya (1986) menyebutkan, di rumah barunya, Paribatra menjadi ahli anggrek.
Ia bekerja sebagai tukang kebun setiap hari dan berhasil membangun taman bunga yang indah di depan rumah. Dari kebun itu Paribatra membawa bibit anggrek yang nantinya akan disebarkan di wilayah Bandung. Mengutip Majalah Mooi Indie (1937), ia bersedia menjadi tukang kebun karena merasa Bandung masih miskin bunga.
Selain berkebun, Paribatra senang jalan-jalan ke Jawa, Sumatera, dan Bali. Setiap kali pergi berlibur, jejak Paribatra selalu menjadi sorotan media. Pada tahun 1933-1938 Malang, Surabaya, Jogja, Bali, Kediri Bogor, Medan, dll. Paribatra biasanya datang bersama rombongan dan menginap di hotel selama beberapa hari.
Dalam kunjungannya ke Malang misalnya, Soerabaijasch handelsblad (15 Juni 1937) melaporkan bahwa ia dan 12 orang lainnya diberi akomodasi hotel oleh pejabat setempat. Kemudian mereka diajak berkeliling tempat wisata. Atau terkadang ia bepergian ke beberapa daerah yang dikunjungi Rama V di Hindia Belanda.
Kehidupan Paribatra Sukhumbandhu berakhir pada 18 Januari 1944. Ia meninggal pada usia 62 tahun dan dimakamkan di Bandung. Namun, pada tahun 1948, jenazah Paribatra dikembalikan ke rumah untuk dikremasi di Istana Kerajaan di Bangkok.
(mfa/sef) Tonton videonya di bawah ini: Video: Lirik tentang produk perawatan rambut lokal.