Jakarta, ILLINI NEWS – Harga kebutuhan pokok di Indonesia dan negara lain diperkirakan akan terus turun. Hal ini belum tentu merupakan kabar baik, kata para ekonom.
Penurunan harga ini juga dicermati oleh media asing seperti ABC News dalam artikel berjudul “Harga Bahan Pokok di Indonesia dan Negara Lain Turun”. Belum tentu bagus dirilis pada Senin (28/10/2024).
“Meskipun Australia terus mengalami masalah inflasi dalam beberapa tahun terakhir, Indonesia menghadapi masalah sebaliknya,” demikian laporan media. “Meskipun penurunan harga disambut baik oleh sebagian besar orang, para ekonom mengatakan hal tersebut belum tentu merupakan hal yang baik.”
Badan Pusat Statistik (BPS) sebelumnya melaporkan Indonesia mengalami deflasi sebesar 0,12% pada bulan September. Ini merupakan deflasi selama lima bulan berturut-turut.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan deflasi selama lima bulan berturut-turut akan berdampak “positif”.
“Hal ini akan berdampak signifikan terhadap daya beli, terutama bagi kelas menengah ke bawah, yang [secara proporsional] membelanjakan sebagian besar uangnya untuk makanan,” katanya kepada wartawan awal bulan ini.
Pada dasarnya, pangan menjadi lebih mudah diakses oleh mereka yang kurang mampu. Namun, media menekankan bahwa penurunan harga terjadi setelah harga naik tajam tahun lalu dan upah gagal mengimbangi inflasi.
“Deflasi yang terjadi saat ini merupakan ‘peringatan’ karena mengindikasikan melemahnya daya beli konsumen,” jelas Elisa Mardian, peneliti di lembaga pemikir ekonomi Core Indonesia.
Mardian mengatakan harga-harga turun karena lebih sedikit orang yang memiliki cukup uang dan kemauan untuk berbelanja, namun situasinya “mengkhawatirkan” karena harga pangan dan produk segar seperti cabai lebih murah dibandingkan biasanya di luar musim panen.
“Jika permintaan terus melemah, para pelaku usaha, bahkan petani, akan mengurangi kegiatan produksinya… mereka akan melakukan efisiensi biaya, yang akan berdampak pada berkurangnya ekspansi usaha dan juga dapat berujung pada PHK,” ujarnya.
“Itu semua efek domino,” tambahnya seraya menambahkan banyaknya orang yang kehilangan pekerjaan juga menyebabkan penurunan daya beli masyarakat Indonesia.
Data resmi dari Badan Pusat Statistik menunjukkan bahwa sekitar 60.000 orang diberhentikan pada bulan Oktober – naik dari 46.240 pada bulan yang sama tahun lalu. Mardian juga mengatakan para analis melihat kelas menengah menyusut, dengan 9,5 juta orang tidak termasuk dalam kategori tersebut.
Dalam upaya untuk meningkatkan belanja, bank sentral Indonesia bulan lalu memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin menjadi 6% untuk pertama kalinya dalam tiga tahun. Sementara itu, Presiden baru Indonesia, Prabowo Subianto, mengatakan pemerintahannya menginginkan pertumbuhan ekonomi sebesar 8%.
“Hal ini dapat dicapai, tetapi hanya jika mereka memilih mesin yang tepat untuk meningkatkan perekonomian,” kata Mardian. (pgr/pgr) Saksikan video di bawah ini: Video: Media asing liput kabinet merah putih ‘tebal’ Prabowo-Gibran Artikel berikutnya Video: Hizbullah mengebom Israel hingga media asing memperingatkan Ketua IKN