JAKARTA, ILLINI NEWS – Hari ini warga Jakarta akan menyaksikan debat perdana calon gubernur dan wakil gubernur Pilkada Jakarta yang diselenggarakan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Jakarta Pusat, Minggu (6/10/2024).
Peningkatan sumber daya manusia dan transformasi Jakarta menjadi kota global menjadi topik diskusi pembuka.
Calon gubernur DKI Jakarta akan diperdebatkan di Jakarta International Expo (JIExpo), Kemayoran, Jakarta Pusat pada pukul 19.00 WIB. Dua jurnalis MNC Group, Ariyo Ardi dan Anisha Dasuki ditunjuk menjadi pengurus KPUD DKI Jakarta.
Susunan debat Pilkada Jakarta 2024 berbeda dengan debat Presiden-Kawapre 2024.
Mereka adalah Ridwan Kamil-Suswono (RIDO), Dharma Pongrekun-Kun Wardana (Dharma-Kun) dari Mandiri dan Anung-Rano Karno (Pram-Doel) dari Pramo yang akan tampil bersama.
Lantas apakah terpilihnya pemimpin baru Jakarta akan mengubah perekonomian Jakarta menjadi lebih baik?
Riset ILLINI NEWS merangkum situasi perekonomian Kota Jakarta saat ini.
1. Pertumbuhan ekonomi di Jakarta
Badan Pusat Statistik (BPS) DKI Jakarta melaporkan pertumbuhan ekonomi secara tahunan (year) meningkat sebesar 4,90% pada triwulan II tahun 2024. Begitu pula dengan pertumbuhan pada triwulan atau triwulan sebelumnya sebesar 1,38%.
Kepala BPS DKI Jakarta Nurul Hasanuddin mengakui pertumbuhan ekonomi Jakarta masih di bawah angka nasional triwulan II-2024 sebesar 5,05% (tahun). Meski begitu, Jakarta merupakan komponen perekonomian terbesar dengan pangsa 16,67%.
Menurut sektor Bisnis, Jasa Keuangan dan Asuransi, PDRB merupakan sektor dengan kinerja terbaik dengan tingkat pertumbuhan sebesar 10,99%. Penyediaan akomodasi dan makan minum menempati urutan berikutnya sebesar 7,57% dan urutan ketiga adalah pertanian, kehutanan, dan perikanan sebesar 6,98%.
Menurut Nurul, perekonomian Jakarta berdasarkan produk domestik bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku mencapai Rp915,88 triliun pada triwulan II 2024 dan Rp535,37 triliun atas dasar harga konstan pada 2010.
Pada triwulan II-2024, perekonomian Jakarta tumbuh paling tinggi dari sisi manufaktur dibandingkan triwulan I, dengan jasa keuangan menguat 4,75% (ISK).
Sementara itu, dari sisi pengeluaran, pengeluaran konsumsi rumah tangga (PKRT) mengalami peningkatan paling besar sebesar 3,71% (ISK).
Sementara itu, perdagangan besar dan eceran serta reparasi mobil mendominasi struktur PDB DKI Jakarta menurut sektor usaha berdasarkan harga berlaku pada triwulan II tahun 2024 sebesar 17,95%. Kemudian, jika dilihat dari aktifnya triwulan II tahun 2024, struktur PDB DKI Jakarta berdasarkan pengeluaran tidak menunjukkan perubahan yang signifikan, mengingat perekonomian Jakarta masih didominasi oleh segmen ekspor barang dan jasa yang cukup baik. 67,71%. Pos terbesar kedua adalah pengeluaran konsumsi rumah tangga (PKRT) atau 63,19%.
Nurul menjelaskan, pertumbuhan ekonomi tersebut tidak lepas dari percepatan hari raya keagamaan dan liburan sekolah yang akan datang pada Mei hingga Juni 2024. Laju pertumbuhan ekonomi tersebut diprediksi akan meningkat seiring dengan potensi ekonomi dari kegiatan pemilu daerah. Akan dilaksanakan pada bulan November 2024.
2. Jakarta sedang mengalami deflasi
Pada bulan September 2024, tingkat inflasi tahunan (year-on-year) Provinsi DKI Jakarta sebesar 1,70% dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 104,97.
Inflasi tahunan disebabkan oleh kenaikan tingkat harga yang ditunjukkan oleh kenaikan indeks pengeluaran yaitu: kelompok makanan, minuman, dan tembakau 2,33%; sandang dan alas kaki 0,44%; perumahan, air, listrik, dan bahan bakar untuk keperluan rumah tangga 0,51%; Kelompok perkakas, perkakas dan pemeliharaan rutin rumah tangga 2,20%; kelompok kesehatan sebesar 0,83%; Kelompok Transportasi menjadi 1,07%; Kelompok informasi, telekomunikasi dan jasa keuangan 0,04%; kelompok hiburan, olah raga dan budaya sebesar 0,65%; Kelompok pendidikan mempunyai 2,35%; kelompok jasa makanan dan minuman/restoran 2,22%; dan Kelompok Perawatan Pribadi dan Jasa Lainnya sebesar 6,57%.
Namun secara bulanan, Jakarta mencatat deflasi sebesar 0,10% pada September 2024 dan inflasi year-to-date (ytd) pada September 2024 sebesar 0,79%.
Fenomena deflasi terutama terjadi pada kelompok makanan, minuman, dan tembakau serta kelompok transportasi.
Sementara itu, jasa perawatan pribadi dan jasa lainnya, serta persediaan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga, mengalami inflasi.
3. Jakarta mengurangi pengangguran
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), tingkat pengangguran terbuka (TPT) di Jakarta pada Februari 2024 mengalami penurunan sebesar 1,54% menjadi 6,03% dibandingkan Februari 2023.
Berdasarkan Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakaranas) pada Februari 2024, jumlah pekerja di Jakarta sebanyak 5,43 juta orang, meningkat 179 ribu orang dibandingkan Februari 2023. Tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) meningkat sebesar 2,10% poin .
Jumlah penduduk bekerja di Jakarta sebanyak 5,11 juta orang, meningkat 249 ribu orang dibandingkan Februari 2023. Kesempatan kerja yang mengalami peningkatan paling besar adalah pada sektor perhotelan dan makanan minuman. Jumlah penduduk yang bekerja di sektor ini bertambah 136 ribu orang.
Sebanyak 1,84 juta orang (36,06%) bekerja pada sektor informal, meningkat 1,28% poin dibandingkan Februari 2023, dan jumlah mereka yang tidak bekerja penuh waktu meningkat 199 ribu orang atau 22,85% dibandingkan tahun lalu. Kondisi bulan Februari. 2023.
4. Kemiskinan di Jakarta sedikit menurun
Proporsi penduduk miskin Jakarta sebesar 4,30% pada Maret 2024, turun 0,14 poin persentase dibandingkan Maret 2023 sebesar 4,44%. Namun dibandingkan Maret 2016, kemiskinan justru meningkat di Jakarta.
Jumlah penduduk miskin di Jakarta tercatat sebanyak 464,93 ribu orang pada Maret 2024, turun 12,9 ribu orang dibandingkan Maret 2023 sebanyak 477,83 ribu orang.
Garis kemiskinan Jakarta Maret 2024 tercatat sebesar Rp825.288/kapita per bulan dengan garis kemiskinan pangan sebesar Rp571.647/kapita (69,27%) dan garis kemiskinan bukan makanan sebesar Rp253.647/kapita per bulan. %).
Pada Maret 2024, rata-rata rumah tangga miskin di Jakarta memiliki 4,92 anggota rumah tangga. Dengan demikian, rata-rata garis kemiskinan per rumah tangga per bulan adalah Rp4.060.417/rumah tangga miskin.
Riset ILLINI NEWS
[email protected] (dilihat/dilihat) Tonton video di bawah ini: Prabowo: Hilirisasi Penuh, Tak Bisa Ditawar!