Jakarta, ILLINI NEWS – PT Pertamina (Persero) saat ini sedang mengerjakan pilot project budidaya sorgum di wilayah Nusa Tenggara Barat (NTB). Sebab sorgum mempunyai potensi besar untuk membantu Indonesia mencapai swasembada pangan dan energi.
Senior Vice President (SVP) Innovation Technologies PT Pertamina Oki Muraza mengetahui saat ini pemerintah telah menyiapkan lahan seluas 700 ribu hektare untuk budidaya tebu dan pengembangan produksi bioetanol. Namun, Indonesia juga perlu mendiversifikasi sumber bahan bakunya.
Menurut Oki, untuk pangan, sorgum bisa menjadi alternatif pengganti gandum yang selama ini impornya tercatat 10 juta ton per tahun. Sedangkan untuk energi, batang sorgum dapat diperas hingga menghasilkan sarinya, yang kemudian difermentasi menjadi bioetanol.
“Tugasnya bagaimana meningkatkan kapasitas produksi nasional dan untuk meningkatkan kapasitas produksi nasional itu perlu budidaya. Menanam sorgum adalah salah satu hal yang kami kejar saat ini. NTB sudah kita petakan, lalu kita scaling ke Nusa Tenggara dan dari situ kita kerjakan pilot projectnya,” kata Oki dalam program Energy Corner ILLINI NEWS, Selasa (22/10/2024).
Sebelumnya Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkapkan, Indonesia saat ini memiliki 13 industri bioetanol. Namun dari 13 industri tersebut, hanya terdapat 2 pabrik bioetanol yang bahan bakarnya digunakan sebagai bahan bakar campuran minyak (BBM).
Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (Dirjen EBTKE) Kementerian ESDM Eniya Listiani Dewi mengatakan, pihaknya masih membahas program pencampuran bahan bakar bioetanol, apakah dimulai 2,5% dulu atau 5%. . .
Namun yang pasti dari 13 pabrik bioetanol yang ada saat ini, setidaknya ada 2 pabrik yang hampir tidak memenuhi kriteria untuk diklasifikasikan sebagai bahan bakar.
“Jadi kita ingin mempercepat industrinya juga, dari 13 industri bioetanol yang ada, hanya dua yang memenuhi kriteria untuk masuk dalam jaring bahan bakar, satu lagi jaring makanan,” ujarnya dalam acara Green Economy Expo: Advancing Technology , Inovasi dan Sirkularitas.
Menurut Eniya, program pencampuran bioetanol untuk bahan bakarnya sendiri sebenarnya sudah ada. Namun sayang, sejauh ini pencapaian tersebut masih nihil, padahal pada tahun 2025 Indonesia menargetkan pencapaian bioetanol sebesar 20%.
“Yah, program bioetanol ini sudah lama, peraturan di Kementerian ESDM sudah banyak, bahkan pada tahun 2025 kita seharusnya mencapai bioetanol 20%, tapi sejauh ini nihil. katanya. (pgr/pgr) Simak video berikut ini: Video: Inovasi Pengolahan Sorgum Pertamina untuk Konversi Nipah Menjadi Bioetanol Artikel Selanjutnya Wow! RI Temukan Sumber Energi Baru Bersih yang Bisa Menggantikan Bahan Bakar