Catatan: Artikel ini merupakan pendapat pribadi penulis dan tidak mencerminkan pendapat dewan redaksi illinibasketballhistory.com
Program pangan bergizi gratis merupakan janji nyata Presiden terpilih Prabowo Subianto, bukan sekadar retorika politik. Prabowo berencana meluncurkan program MBG di sekolah-sekolah di seluruh Indonesia.
Program ini diharapkan dapat dimulai tahun depan dan menyasar siswa dari sekolah dasar hingga menengah serta pesantren. Program tersebut juga mencakup bantuan gizi untuk anak balita dan ibu hamil.
Meskipun program ini menawarkan banyak manfaat, program ini juga menghadapi tantangan yang signifikan, termasuk rantai pasokan, logistik distribusi dan, yang paling penting, anggaran yang memadai untuk memastikan keberlanjutannya.
Oleh karena itu, pemerintahan Prabowo sebaiknya mempertimbangkan untuk bergabung dengan gerakan internasional School Feeding Alliance untuk mendapatkan dukungan terhadap program MBG dan berbagi prestasi Indonesia dengan negara lain.
Pada 12-13 November 2024, Ukraina akan menjadi tuan rumah School Feeding Summit. Meski mengalami krisis akibat invasi Rusia, Ukraina tetap berkomitmen memberikan nutrisi terbaik bagi tumbuh kembang anak-anaknya.
Sejak bergabung dengan aliansi ini, Ukraina telah mencapai kemajuan signifikan dalam reformasi gizi sekolah, yang dapat menjadi model berharga bagi negara-negara lain, termasuk Indonesia, yang baru saja memulai perjalanannya.
Dukungan Ukraina terhadap School Feeding Alliance, yang diluncurkan pada awal tahun 2020, sangat konsisten, dan meskipun terjadi perang yang melanda Ukraina, komitmen tersebut telah menginspirasi negara-negara lain untuk bergabung dalam gerakan ini.
KTT Kiev akan menjadi platform penting bagi negara-negara lain untuk bekerja sama meningkatkan kualitas gizi anak usia sekolah, yang merupakan sumber daya manusia masa depan masing-masing negara.
Meski Indonesia belum mengirimkan perwakilannya, namun bergabungnya aliansi ini sangat penting dalam komunikasi karena menyampaikan dua hal. Pertama, dukungan Indonesia terhadap inisiatif Ukraina; dan kedua, memperkuat kepemimpinan Indonesia dalam mendorong penyediaan makanan bergizi bagi seluruh anak usia sekolah di seluruh dunia.
Jika kita kaitkan dengan diplomasi Prabowo, saya kira politik luar negeri Indonesia di bawah kepemimpinannya mengedepankan keseimbangan antara nasionalisme, keamanan, dan kerja sama multilateral.
Pendekatan diplomasi yang dilakukan Prabowo mungkin tidak mencerminkan pendekatan Sukarno yang cenderung memandang Indonesia sebagai protagonis (melihat ke luar). Saya kira gaya diplomasi Prabowo lebih sesuai dengan strategi Soeharto dan Jokowi.
Kampanye netral dan terfokus secara diplomatis, KTT Aliansi Makanan Sekolah, sejalan dengan tujuan kebijakan luar negeri pemerintahan Prabowo yang lebih luas, yaitu mengubah tujuan internal untuk memastikan gizi siswa melalui kerja sama multilateral.
Hal ini juga menunjukkan komitmen global Presiden Prabowo terhadap kesejahteraan anak. Indonesia terlibat langsung dalam gerakan netralitas di kancah dunia.
Saya menyebutnya netral karena School Feeding Alliance merupakan bagian dari upaya multilateral untuk mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) 2030 dan mengembangkan sumber daya manusia yang berkualitas.
Kampanye ini memastikan bahwa semua anak memiliki akses terhadap makanan bergizi di sekolah dan merupakan bagian penting dari agenda Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Aliansi Makanan Sekolah mendukung negara-negara di seluruh dunia untuk membangun dan memperluas program makanan sekolah gratis sehingga pada tahun 2030 semua anak mempunyai akses terhadap makanan bergizi di sekolah.
Untuk mencapai tujuan ini, negara-negara anggota pada awalnya menetapkan tiga tujuan: pertama, memulihkan program pemberian makanan sekolah nasional yang hilang akibat epidemi pada tahun 2023; kedua, memberikan manfaat kepada 73 juta anak-anak yang paling rentan pada tahun 2030, bahkan di sekolah-sekolah besar dan ketiga, meningkatkan kualitas dan efisiensi program kesehatan dan gizi sekolah di seluruh dunia pada tahun 2030.
School Food Alliance didirikan empat tahun lalu dengan tujuan menyediakan makanan bergizi bagi 388 juta anak di seluruh dunia. Saat ini, 105 negara dan 134 organisasi mitra berpartisipasi dalam Aliansi.
Negara-negara tersebut mencakup negara-negara dengan tingkat pendapatan dan aliansi yang berbeda-beda, termasuk Tiongkok, Perancis, Jepang, Uni Emirat Arab, dan Afrika Selatan, serta tiga negara Asia Tenggara: Filipina, Thailand, dan Timor-Leste.
Di Indonesia, Badan Gizi Nasional yang baru dibentuk memperkirakan pendanaan awal harian untuk program makanan bergizi gratis setidaknya berjumlah Rp 800 miliar per hari.
Jumlah ini hanya memenuhi 75% dari total proyeksi kebutuhan harian sebesar Rp 1,2 miliar. Namun, bagi negara yang memandang sumber daya manusia sebagai investasi mendasar, menyediakan makanan bergizi bagi anak-anak sekolah adalah suatu keharusan.
School Feeding Alliance dapat memberikan dukungan yang berharga dalam mencapai tujuan Indonesia. Presiden Prabowo sebaiknya mempertimbangkan pengiriman wakilnya ke KTT berikutnya di Kiev, Ukraina. (Mick/Mick)