JAKARTA, ILLINI NEWS – Sapu fiber, produk buatan tangan yang terbuat dari serat alam seperti ranting, daun lontar atau ijuk, termasuk produk ekspor yang paling laris di pasar internasional.
Direktorat Jenderal Industri Kecil Menengah dan Aneka Kementerian Perindustrian Provinsi Jawa Barat, wilayah Tasikmalaya dan Siam dikenal sebagai sentra produksi sapu. Di sana, banyak perajin yang mengolah bahan-bahan tersebut menjadi produk sapu yang berkualitas.
Selain Jawa Barat, Yogyakarta juga dikenal sebagai penghasil sapu yang aktif dalam industri kerajinan tangan. Perajin lokal bisa menghasilkan sapu yang kuat dan tahan lama sehingga menarik pasar ekspor. Hasil produksi ini kemudian dipasarkan ke berbagai negara.
Berdasarkan data ekspor kode SA 96031020 (sapu dan sikat berbahan nabati), China menjadi negara tujuan ekspor terbesar dengan jumlah 6.969,97 ton, disusul India sebanyak 4.407,60 ton.
Amerika Serikat (AS) menempati urutan ketiga dengan kebutuhan 2.591,49 ton. Tingginya minat ekspor Negeri Paman Sam ke Tanah Air menunjukkan tingginya minat terhadap produk sapu Indonesia karena konsumen di sana lebih memilih produk ramah lingkungan.
Sementara dari sisi nilai ekspor, Amerika juga menempati peringkat ketiga dengan nilai US$1,29 miliar. Posisi pertama dan kedua masih ditempati China dan India.
Menariknya, harga sapu Indonesia yang dijual di AS sangat mahal. Harganya bervariasi mulai dari US$7 hingga US$25 per unit atau setara dengan Rp109.000 per unit (berdasarkan kurs Rp15.600/USD), tergantung jenis dan kualitasnya.
Mengutip laporan US Consumer Goods Analysis, konsumen AS diketahui memiliki kesadaran tinggi terhadap produk ramah lingkungan. Hal inilah yang menjadi salah satu alasan mengapa sapu Indonesia banyak peminatnya.
Terbuat dari bahan alami dan dibuat secara tradisional, sapu Indonesia menawarkan kualitas yang tidak hanya mengedepankan fungsi, tetapi juga aspek lingkungan. Di pertengahan musim gugur, saat daun-daun berguguran, selain menggunakan garu, sapu seperti yang ada di Indonesia menjadi alat yang tepat untuk membersihkan pekarangan rumah di Amerika.
Secara umum produk sapu Indonesia mampu bersaing di pasar global karena perpaduan antara kualitas, harga, dan daya tarik ramah lingkungan. Dengan negara-negara pengekspor utama seperti Amerika Serikat, Jepang, dan Jerman, industri ini memiliki prospek yang baik untuk terus dikembangkan.
Namun untuk meningkatkan pangsa pasar, Indonesia perlu memperkuat merek produknya di pasar global termasuk Amerika Serikat. Memperkenalkan produk melalui pameran internasional, memperkuat kemasan menarik dan memperluas saluran pemasaran merupakan strategi untuk meningkatkan penetrasi pasar. Jika strategi ini dijalankan dengan baik, bukan tidak mungkin Indonesia bisa semakin menyapu pasar Amerika dan memperkuat posisinya di kancah ekspor global.
Riset ILLINI NEWS (tsn/tsn)