Jakarta, ILLINI NEWS – Di media sosial, aksi para peternak sapi di Jawa Timur dan Jawa Tengah mandi susu sangat lumrah. Hal ini mereka lakukan sebagai bentuk protes karena produk susu tersebut tidak diterima oleh Industri Pengolahan Susu (IPS).
Peristiwa ini tentu sangat ironis karena menyebabkan ia kehilangan keuntungan yang sangat besar. Namun, pada saat yang sama, permintaan susu di Indonesia tidak sedikit, terutama seiring dengan diterapkannya kebijakan makan siang gratis di sekolah.
Di Indonesia, industri susu bukan hanya pemain kecil. Sejak dahulu kala, banyak orang yang sukses dengan berjualan susu. Salah satu “raja susu” Indonesia adalah Nahar Zahiruddin Tanjung. Belum diketahui nama Nahar, namun ia memiliki anak dan produknya dikenal. Ia merupakan ayah dari politikus Akbar Tanjung dan pendiri merek susu ternama yaitu Indomilk.
Namun sebelum mendirikan Indomilk, Nahar memiliki produk susu warisan ayahnya, Usman Zahirudin. Namanya NV Marison yang bermula di Tapanuli dan berdiri sekitar tahun 1945-1949. Di tangan Nahar, Marison memindahkan operasionalnya ke Jakarta. Evakuasi tersebut dibarengi dengan dukungan pemerintahan Soekarno karena saat itu sedang digalakkan Rencana Benteng.
Richard Robinson dalam Indonesia: The Rise of Capital (2009) mengatakan Benteng Plan merupakan kebijakan pemerintah untuk mendukung pengusaha pribumi agar mampu bersaing dengan pengusaha Tiongkok. Selain Nahar, pengusaha lain seperti Ahmad Bakrie, Gobel, dan Harlan Bekti juga mendapat dukungan pemerintah.
Namun perkembangan NV Marison baru terlihat ketika pemerintahan berganti ke Presiden Soeharto. Terbukanya investasi asing membuat NV Marison kaya raya. Majalah Berita Industri (1967) menyebutkan bahwa pada tanggal 3 Juli 1969 NV Marison berganti nama menjadi PT Indomilk.
Perubahan nama menjadi Indomilk disebabkan Nahar bermitra dengan perusahaan susu, Australian Dairy Council. Hubungan ini terjadi karena Australia kelebihan produksi susu dan sengaja mengekspornya ke Indonesia.
Total investasi mencapai 2 juta dolar. Seluruhnya digunakan untuk pembangunan pabrik di Gandaria, Jakarta. Diperkirakan akan ada 50 juta botol susu yang diproduksi Indomilk.
“Perusahaan ini berencana menawarkan susu kental manis. Kemudian susu pasteurisasi dan susu lainnya,” tulis reporter Notizie Industriali.
Presiden Soeharto mengatakan, berdirinya Indomilk mampu membuat Indonesia berhemat karena tidak lagi mengimpor susu dari negara-negara Eropa. Oleh karena itu, saya mendukung penuh tindakan Indomilk.
Meski demikian, Indomilk bukanlah merek susu pertama yang hadir di Indonesia. Awalnya ada Frisian Flag yang sudah ada sejak zaman kolonial. Persaingan pun muncul antara kedua merek tersebut.
Singkat cerita, kendali Nahar atas Indomilk tidak bertahan lama. Meski dijuluki raja susu, Nahar terlalu banyak bekerja hingga ia berhutang ke bank saat menjalankan Indomilk. Manfaatnya kecil. Saat itu, pengusaha besar Sudono Salim berminat membeli saham Indomilk.
Oleh karena itu, Salim dan modalnya masuk ke dalam kepemilikan Indomilk. Belakangan Indomilk diproduksi oleh PT Indolakto, anak perusahaan PT Indofood milik Grup Salim. Namun Nahar juga mengelola Indomilk dan tetap disebut sebagai raja susu RI hingga kematiannya pada tahun 1985.
Sepeninggal Nahar, Indomilk tetap hidup karena Salim ada di tangan Salim. Hingga saat ini Indomilk masih eksis dan menjadi salah satu brand susu terpopuler di Indonesia. (mfa/mfa) Simak videonya di bawah ini: Video: Lirik Produk Perawatan Rambut Lokal Prospek Bisnis Mendunia