Jakarta, ILLINI NEWS – Sudono Salim alias Liem Sioe Liong adalah seorang pengusaha Indonesia. Semasa hidupnya, ia memiliki bisnis yang banyak dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia. Misalnya Bank Sentral Asia (BCA), Indomie, Indomaret, Indofood, dll.
Jaringan bisnis yang besar membuat Salim menjadi orang terkaya di Indonesia. Tak gentar, ia menjabat posisi tersebut selama 30 tahun, mengingat kejayaan usahanya terjadi pada masa pemerintahan Presiden Soeharto.
Namun, kekayaan Ghani tidak serta merta datang dari kemampuan bisnis dan jaringan pertemanannya yang luas, melainkan berkat satu hal sederhana: mengikuti nasihat ibunya. Anak kesayangan ibu
Bersama Richard Borsuk dan Nancy Cheng dalam Liem Sioe Liong dan Grup Salim (2016), Salim mengaku sebagai anak kesayangan ibunya. Ibunya selalu memberinya pelajaran berharga di setiap tahapan kehidupannya.
Bagi Salim, ibunya adalah sosok yang berhati lembut dan tak pernah mengeluh. Meski dianggap tidak kompeten, sang ibu selalu berusaha membantu semua orang. Ibunya dihormati oleh seluruh penduduk desa karena karakternya ini.
Kisah Salim yang paling mengharukan terjadi saat ia dibela habis-habisan oleh ibunya. Suatu hari, Salim kecil pulang pada malam hari tanpa alasan. Sang ayah yang dikenal sangat disiplin pun langsung geram dengan perilaku tersebut. Akibatnya, Salim dipukul ayahnya dengan tongkat. Namun saat pohon itu mendekati tubuh Salim, tiba-tiba ibunya datang dan menghentikannya.
“Apakah kamu ingin membunuhnya?” tanya ibu
Oleh karena itu, dia tidak dipukuli. Salim menyadari kebaikan ibunya lebih dari sebelumnya
Selama Salim dekat dengan ibunya, mereka selalu membicarakan sulitnya pekerjaan. Jika ingin mencapai sesuatu, Anda harus bekerja keras dan tidak mencari jalan pintas.
Salim sendiri menyaksikan hal ini di masa mudanya. Orang tua Salim menghabiskan waktu berjam-jam setiap hari di ladang. Semua itu dilakukannya untuk mengisi meja makan dan mengenyangkan perut anak-anaknya, termasuk Salim tentunya.
Apapun kendalanya, orang tua Salim selalu menghadapinya untuk mencapai keinginannya. Dari sudut pandang ini, Salim selalu mempraktikkan kebiasaan tersebut, terutama kerja keras yang selalu dibalut dengan sikap cinta dan tolong menolong. Sikap inilah yang kemudian menjadi alasan utama kesuksesannya di Indonesia.
Selain nasehat kerja keras, kehidupan Salim tak lepas dari pesona sang ibu. Ketika memutuskan pindah ke Indonesia pada tahun 1938, Salim mendapat rezeki dari ibunya sebagai pemberi nafkah. Jimat itu dijahit pada sepotong akar ginseng.
Perlu diketahui, tidak mudah menuju Indonesia dari Tiongkok dengan menggunakan kapal. Ada banyak kapal karam. Tidak mengherankan jika perjalanan dengan perahu bagaikan pertaruhan hidup atau mati. Percaya atau tidak, jimat tersebut membawa keberuntungan bagi Salim. Ia tiba dengan selamat di Indonesia dan memulai hidup baru sendirian tanpa orang tuanya.
Belakangan, pelajaran berharga dari ibunya tentang kerja keras dan membantu orang selalu menjadi kehidupan Salim dalam berbisnis di Indonesia.
Sejarah kemudian mencatat Salim melakukan hal itu. Dia mengawasi toko kelontong, berjualan, dan memasok kebutuhan pokok. Bahkan, dia sering membantu orang. Salah satunya membantu seorang prajurit bernama Soeharto yang kekurangan perlengkapan pokok saat perang.
Belakangan, dukungannya terhadap Soeharto membawa berkah bagi Selim. Ia menjadi pengusaha besar di Indonesia pada masa orde baru yang dipimpin Soeharto. Setelah kesuksesannya, Salim berkali-kali kembali ke desanya di Fujian untuk mengunjungi makam ibunya dengan penuh hormat dan cinta. (mfa/sef) Simak videonya di bawah ini: Video: Puisi tentang prospek bisnis produk perawatan rambut lokal hingga mendunia Artikel berikutnya Kakek Sukarno percaya hal itu membawa keberuntungan, orang terkaya di Indonesia pun begitu.