Jakarta, ILLINI NEWS – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil mengupas koreksinya pada akhir perdagangan Jumat (15/11/2024), setelah anjlok lebih dari 1% ke level psikologis 7.100.
IHSG ditutup menguat 0,74% pada 7.161,25. IHSG turun lebih dari 1% pada kuartal I hari ini. Kemudian pada fase kedua, IHSG berhasil terkoreksi. Sayangnya, IHSG gagal bertahan di level psikologis 7.200.
Nilai transaksi indeks hari ini mencapai sekitar 11 triliun rupiah, termasuk 48 miliar saham yang berpindah tangan sebanyak 1,2 juta kali. Sebanyak 198 saham dinilai, 393 saham ditetapkan dan 196 saham mengambang.
Hampir semua sektor terlihat berada di zona merah pada akhir perdagangan hari ini, dengan sektor produk dan sektor konsumen yang paling terkena dampaknya, masing-masing mencapai 1,92% dan 1,38%. Namun sektor industri menjadi satu-satunya yang berhasil menghijau dengan tumbuh sebesar 0,49%.
Sementara dari sisi saham, pemasok mineral Salim Group PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) paling banyak mendapat tekanan pada IHSG pada akhir perdagangan hari ini hingga mencapai 6,1 poin indeks.
Selain itu, ada konglomerat Prajogo Pangestu PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA) dan raksasa perbankan Hibara PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) yang juga membebani IHSG dengan masing-masing 5,6 dan 2,9 poin.
IHSG kembali melemah setelah bank sentral Amerika Serikat (AS) menyatakan tidak akan terburu-buru menurunkan suku bunga. Hal ini membuat pelaku pasar internasional khawatir proses penurunan suku bunga akan berakhir.
Ketua Fed Jerome Powell mencatat bahwa The Fed akan menurunkan suku bunga secara perlahan. Situasi ini didasari oleh kuatnya pertumbuhan ekonomi AS. The Fed telah menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi AS adalah salah satu yang terbaik di dunia.
“Perekonomian tidak menunjukkan tanda-tanda bahwa kita harus segera menurunkan suku bunga,” kata Powell dalam pidatonya di hadapan para pemimpin bisnis di Dallas, menurut ILLINI NEWS International.
Perekonomian AS tumbuh sebesar 2,8% pada kuartal ketiga tahun 2024, sedikit lebih rendah dari perkiraan namun masih di atas rata-rata historis AS sebesar 1,8%-2%. Menurut perkiraan awal, perekonomian AS akan tumbuh sebesar 2,4% pada kuartal keempat tahun 2024.
Powell juga menambahkan bahwa pasar tenaga kerja tetap kuat meskipun terdapat laporan ketenagakerjaan yang mengecewakan pada bulan Oktober, yang ia kaitkan terutama dengan kerusakan akibat badai dan pemogokan buruh. Nonfarm payrolls naik hanya 12 pada Oktober 2024, terendah sejak Desember 2020.
Mengenai inflasi, dia mengatakan ada kemajuan dan pejabat Fed memperkirakan inflasi akan terus kembali ke target 2%. Namun data inflasi minggu ini menunjukkan adanya sedikit kenaikan harga konsumen dan produsen yang jauh dari target The Fed.
“Inflasi semakin mendekati target jangka panjang kami sebesar 2%, namun hal itu belum tercapai. Kami berkomitmen untuk mencapainya,” kata Powell.
Sebagai catatan, inflasi AS naik menjadi 2,6% (y/d) di bulan Oktober dari 2,4% (y/y) di bulan September 2024. Pengangguran mencapai 4,1% pada September 2023. Pengangguran bahkan sempat menyentuh 4,3% pada Juli 2024, tertinggi sejak Oktober 2021.
Sementara itu, di dalam negeri, rencana kenaikan PPN sebesar 12% pada tahun 2025 kini sudah terbuka ke publik.
Menteri Keuangan Shri Mulyani Indrawati mengatakan pemberlakuan tarif PPN sebesar 12% pada tahun 2025 telah dibahas panjang lebar dengan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Saat mengambil keputusan, semua indikator diperhitungkan.
Bukan membabi buta, tapi APBN harus dijaga kesehatannya, kata Sri Mulyani dalam rapat kerja dengan Komite XI DPR di Gedung DPR, Rabu (13/11/2024).
Pemberlakuan tarif baru tersebut mengacu pada Undang-Undang Harmonisasi Peraturan Perpajakan (UU HPP). Kenaikan PPN dilakukan secara bertahap: dari 10% menjadi 11% pada tahun 2022, dan kemudian menjadi 12% pada tahun 2025.
Kenaikan PPN diperkirakan akan semakin membebani daya beli masyarakat dan perekonomian Indonesia. Dengan kenaikan PPN, masyarakat harus membayar lebih banyak. Padahal, konsumsi Indonesia mencapai 53-56% dari total konsumsi.
Akibatnya, jika daya beli terus menurun maka akan berdampak pada perekonomian Indonesia sendiri, mulai dari penciptaan lapangan kerja hingga pemulihannya, kemungkinan penjualan komersial menjadi lesu, dan indeks kepercayaan konsumen (IKK) melemah. bisa jadi malas juga.
Riset ILLINI NEWS
[email protected] (chd/chd) Tonton video di bawah ini: Video: IHSG Tegaskan Kembali, Kembali ke 7100an Artikel selanjutnya Image Euphoria IHSG kembali ke 7300an